Kerajaan Mataram

Wilayah Yogyakarta memiliki sejarah panjang sejak zaman kerajaan.

Di atasnya pernah berdiri dua buah kerajaan besar, yakni Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Hindu-Budha dan Kerajaan Mataram Baru yag bercorak Islam.

Makanya, hingga sekarang, kamu bisa menemui peninggalan-peninggalan budaya yang masih melekat, khususnya di daerah Yogyakarta dan Surakarta, Jawa Tengah.

Nah, seperti apa sih sejarah Kerajaan Mataram yang melewati dua jaman berbeda itu?

Berikut adalah ulasan lengkap sejarah Kerajaan Mataram yang pastinya asyik untuk kamu ikuti.

Happy reading, guys!

Kerajaan Mataram Hindu (Mataram Kuno)

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

salah satu sumber sejarah kerajaan mataram kuno adalah candi prambanan
Sumber gambar: www.phinemo.com

Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno erat kaitannya dengan peran Sanjaya dan Sanna.

Sanna, atau yang juga dikenal dengan nama Senna, adalah ratu Kerajaan Galuh.

Setelah melewati 10 tahun jadi ratu Galuh, Sanna akhirnya kemudian turun tahta dari jabatannya sebab seringkali terjadi pemberontakan pada masa pemerintahannya.

Kekacauan-kekacauan yang terjadi ini bertujuan untuk melengserkan Raja Sanna dari tahta kerajaan, yang dipimpin oleh Purbasora alias paman dari Sanjaya.

Sanjaya sendiri adalah putra dari Sannaha, adik dari Raja Sanna.

Kemudian atas bantuan Raja Sanna, Sanjaya dinikahkan dengan putri dari Tarusbawa, Raja Sunda.

Ini tak lepas dari keterikatan Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda yang baik karena dulunya sama-sama bagian Kerajaan Tarumanegara.

Menjadi menantu seorang Raja Sunda, membuat Sanja leluasa memainkan peran politiknya.

Niat jahat pun muncul saat ia ingin balas dendam kepada Purbasora yang telah merebut tahta kerajaan dari trah keluarganya.

Sanjaya menyampaikan maksud ini kepada Tarusbawa, untuk meminta restu dalam merebut kekuasaan di Galuh.

Tatkala Sanjaya naik tahta di Kerajaan Sunda, keinginan tadi semakin menjadi-jadi.

Tapi, sebenarnya yang berhak naik tahta adalah istri Sanjaya, karena ia adalah keturunan Tarusbawa.

Tapi karena dipandang tidak memiliki kemampuan memimpin kerajaan, akhirnya kursi pemerintahan ini diberikan kepada Sanjaya.

Sanjaya sendiri naik tahta bukan untuk kebesarannya, tapi karena hanya menjalankan tugas mertuanya yang makin menua.

Perang melawan Purbasora pun dimulai.

Ia berhasil mengalahkan Purbasora dan menguasai kembali kerajaan milik keluarganya.

Dalam perjalanannya, saat itu Sanjaya lebih memilih menjadi pemimpin Kerajaan Sunda, peninggalan mertuanya.

Bahkan, ia jugalah yang membesarkan Kerajaan Kalingga sebagai kerajaan bercorak Hindu-Budha setelah Ratu Sima wafat.

Di akhir abad ke-7, Sanjaya memecah kerajaan jadi 2 bagian, untuk diberikan kepada putranya.

Sanjaya sendiri, bermaksud kembali ke wilayah Galuh dan mulai memerintah di sana.

Nah, sejak itulah perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dimulai.

Hingga dalam sejarah, Sanjaya dikenal sebagai Wangsa Sanjaya yang berkuasa di Mataram Kuno sejak berdiri.

Lokasi, Letak Geografis, dan Peta Wilayah

gambar lokasi, letak geografis, dan peta wilayah kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.slideshare.com

Kerajaan Mataram Kuno dulunya berkedudukan di Jawa Tengah.

Pusta kotanya berada di daerah yang disebut Bumi Mataram.

Wilayahnya banyak dikelilingi pegunungan, seperti Gunung Sindoro, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Sewu, dan Gunung Lawu.

Daerah ini juga banyak mengalir sungai-sungai, misalnya Sungai Progo, Sungai Bogowonto, Sungai Bengawan Solo, dan Sungai Elo.

Silsilah Raja

sumber sejarah silsilah raja kerajaan mataram kuno dapat diteliti dari candi
Sumber gambar: www.borobudurpark.com

Tercatat, ada 3 dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno, yakni Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra, dan Wangsya Isyana.

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya

Nama yang disebut di atas adalah raja pertama Kerajaan Mataram, yang memerintah pada tahun 717-746 Masehi.

Hal ini terungkap berkat penemuan Prasasti mantyasih dan Prasasti Canggal.

2. Rakai Panangkaran Dyah Sankhara

Kemudian, nama ini muncul sebagai raja kedua yang memrintah Kerajaan Mataram, pada tahun 746-784 Masehi.

Masa kekuasaannya ditandai dengan bergairahnya berbagai macam pembangunan candi yang beraliran Budha Mahayana.

Candi-candi ini lokasinya ada di daerah Prambanan, yang meliputi Majusrigrha, Tarabhavanam, dan Abhayagirivara.

3. Rakai Panunggalan (Dharanindra)

Dharanindra, atau yang terkadang disebut Indra saja, adalah raja berdarah Syailendra yang berkuasa pada tahun 784-803 Masehi.

Selama berkuasa, ia diberi gelar Sri Sanggrama Dhananjaya.

Hal ini bisa dilacak dari tulisan yang ada di Prasasti Kelurak.

Masa kekuasaannya ditandai dengan ditaklukannya daratan Indocina, atau yang sekarang termasuk wilayah Semenanjung Malaya.

4. Rakai Warak Dyah Manara

Maharaja Rakai Warak merupakan raja selanjutnya yang berkuasa di Mataram pada tahun 803-827 Masehi.

Nama ini ditemukan pada daftar nama raja-raja Mataram yang ditulis pada Prasasti Mantyasih.

Rakai Warak memiliki nama asli Samaragrawira, yang adalah ayahanda dari Balaputradewa, raja Kerajaan Sriwijaya.

5. Dyah Gula

Nama di atas, tersemat dalam Prasasti Wanua Tengah III, yang berasal dari tahun 827-828 Masehi.

Proses penemuan situs sejarah ini berlokasi di Dukuh Kedunglo, Desa Gandulan, Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah.

Kini, parasasti ini disimpan dengan aman di Balai Arkeologi Yogyakarta.

6. Rakai Garung

Nah, Rakai Garung merupakan raja Mataram yang berdarah Wangsa Sanjaya.

Namnya disebutkan dalam Prasasti Wanua Tengah III dan berkuasa selama 24 tahun, dari 823-847 Masehi.

Di prasasti ini disebutkan bahwa Rakai Garung merupakan raja sebelum Rakai Pikatan dan memiliki gelar Maharaja.

7. Rakai Pikatan Dyah Saladu

Menurut informasi dari Prasasti Argapura, Rakai Pikatan memiliki nama asli Mpu Manuku, yang memerintah pada tahun 847-855 Masehi.

Karena keberhasilannya membangun pusat kota baru di Mamrati, Rakai Pikatan juga diberi gelar Rakai Mamrati.

Nah, istana baru ini dinamakan Maratipura, yang menggantikan ibu kota yang lama, yakni Mataram.

8. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala

Raja yang berkuasa di kerajaan Mataram pada tahun 856-880 Masehi ini merupakan putra bungsu Rakai Pikatan dengan permaisuri Pramodawardhani.

Menurut Prasasti Wantil, Rakai Kayuwangi memiliki nama asli Dyah Lokapala.

Sementara, berdasarkan Prasasti Argaupra, nama aslinya adalah Mpu Lokapala.

9. Dyah Taqwas

Berdasarkan informasi dari Prasasti Wanua Tengah III, Prabu Dyah Taqwas berkuasa di Mataram pada tahun 885 Masehi.

10. Rakai Panumwangan Dyah Dawendra

Masih dari situs sejarah Prasasti Wanua Tengah III, ada nama Rakai Panumwangan yang memerintah Kerajaan Mataram pada tahun 885-887 Masehi.

Ia merupakan raja Mataram yang berasal dari Dinasti Syailendra.

11. Rakai Gurunwangi Dyah Wadra

Nama ini tersebut dalam Prasasti Poh Dulur dan Munggu Antan, yang memerintah pada tahun 887 Masehi.

Tapi, pada Prasasti Mantyasih namanya tidak terdaftar sebagai raja.

Di akhir masa jabatannya, terjadi perpecahan internal keluarga kerajaan.

12. Rakai Watuhumalang Dyah Jbang

Berdasarkan situs Prasasti Mantyasih, Rakai Watuhumalang merupakan raja yang diangkat sesudah Rakai Kayuwangi.

Ia berkuasa di Kerajaan Mataram pada tahun 894-898 Masehi.

Sampai saat ini, belum diketahui Rakai Watuhumalang membuat prasasti atas namanya sendiri.

13 Rakai Watukura Dyah Balitong

Nama ini adalah raja yang berkuasa di Mataram pada tahun 899-911 Masehi.

Wilayah kekuasaannya mencakup Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Bali.

Pada masa pemerintahannya, kerajaan yang pimpinnya juga dikenal sebagai Kerajaan Galuh.

Tapi, bagaimana kehidupan rakyatnya pada masa itu tidak banyak diketahui.

14. Mpu Daksa

Selanjutnya, Mpu Daksa berkuasa di Mataram pada tahun 913-919 Masehi.

Dari beberapa prasasti, disebutkan Mpu Daksa ini adalah saudara Ipar dari Rakai Watukura.

Hubungan kekerabatan ini sering disebutkan dengan istrinya yang bernama Dyah Balitung.

15. Rakai Layang

Sepeninggal Mpu Daksa, kekuasaan dilanjutkan oleh putrinya yang bernama Rakai Layang.

Ia bekuasa di Mataram dari tahun 919-924 Masehi.

Kekuasaannya berakhir karena terjadi kudeta yang dilancarkan Dyah Wawa bersama Mpu Sindok.

16. Rakai Sumba

Anak dari Rakai Kayuwangi ini, mulai berkuasa di Mataram pada tahun 924 M hingga 929 M.

Pada Prasasti Sangguran disebutkan kalau Rakai Sumba ini adalah seorang pengkudeta.

17. Mpu Sindok

Mpu Sindok memulai petualangannya sebagai orang nomer satu di Mataram pada tahun 929 M hingga 947 M.

18. Sri Isyana Tunggawijaya

Sri Isyana berkuasa di Mataram pada tahun 947 Maehi, yang ia jalankan bersama suaminya, Sri Lokapala.

Oleh ayahnya, nama Isyana ini dijadikan sebagai nama dinasti baru, yakni Wangsa Isyana yang berada di Jawa Timur.

19. Sri Makutawangsawardhana

Setelah Sri Isyana wafat, tonggak kekuasaan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Sri Makutawangsawardhana.

Ia berkuasa dari tahun 990 Masehi dan tidak diketahui secara pasti kapan era pemerintahannya berakhir.

20. Sri Isyana Dharmawangsa 

Nama ini menjadi raja terkahir Kerajaan Mataram Kuno, yang berkuasa dari tahun 991 M sampai 1016 M.

Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari Kerajaan Lwaram yang dilakukan secara mendadak berkat bantuan Kerajaan Sriwijaya.

Tercatat pula dalam sejarah, bahwa ia mengawinkan putrinya dengan Airlangga.

Kelak, setelah keruntuhan ini, Airlangga akan mebentuk kerajaan baru.

Kehidupan di Kerajaan Mataram Kuno

1. Kehidupan Politik

gambar kehidupan politik kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.romadecade.org

Dalam menjalankan roda pemerintahan, Kerajaan Mataram Kuno membuka kran kerja sama dengan beberapa negara luar, seperti Sriwijaya, India, dan Siam.

Saat itu, Mataram Kuno juga sudah mengenal perkawinan politik, di mana Samaratungga berusaha mempersatukan kembali Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya di Mataram.

Caranya adalah dengan mengawinkan anaknya, Pramodyawardhani dari keturunan Syailendra, dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya.

Dengan pernikahan ini, kehidupan beragama di Mataram makin terasa lebih erat, dengan pemeluk Hindu dari bangsa Sanjaya, serta umat Budha dari Wangsa Syailendra.

2. Kehidupan Ekonomi

kehidupan ekonomi kerajaan mataram kuno bertumpu pada pertanian
Sumber gambar: www.kompasiana.com

Perekonomian Kerajaan Mataram ditopang oleh sektor pertanian.

Ini tak lepas dari kondisi tanahnya yang subur, dengan dikelilingi banyak gunung dan mengalir sungai-sungai besar.

Hasil buminya yang utama adalah beras dan palawija.

Sektor pelayaran dan perdagangan juga cukup berkembang di wilayah Kerajaan Mataram Kuno, meski tak semaju bidang pertanian.

Sebab, saat itu pelayaran dan perdagangan dunia banyak yang terfokus pada keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Sementara, wilayah laut di Mataram kurang bersahabat dikarenakan ombaknya yang besar.

3. Kehidupan Agama

kehidupan agama rakyat kerajaan mataram kuno menganut agama hindu budha
Sumber gambar: www.primaberita.com

Dalam sektor keagamaan, ada 2 agama besar yang dianut oleh kerajaan.

Agama Hindu Siwa dipeluk oleh keturunan Wangsa Sanjaya.

Sementara, agama Budha Mahayana dianut oleh mereka yang berdarah Dinasti Syailendra.

Para raja yang berkuasa juga cukup perhatian untuk masalah kerohanian ini.

Sebab, pendeta Hindu dan Budha banyak yang didatangkan ke Mataram untuk ditugaskan dalam pengajaran agama.

Tempat ibadah seperti biara dan candi juga banyak dibangun di era Kerajaan Mataram Kuno ini.

4. Kehidupan Sosial Budaya

kehidupan sosial budaya kerajaan mataram kuno banyak meninggalkan candi
Sumber gambar: www.moedjionosadikin.wordpress.com

Dalam aspek sosial, menurut kepercayaan Hindu yang dianut oleh keluarga Sanjaya, mayarakat dibagi menjadi 4 kasta.

Sementara, berdasarkan ajaran agama Budha yang dipeluk Dinasti Syailendra, tidak ada pembagian kasta dan pengelompokan masyarakat.

Candi-candi yang dibangun pada masa ini pun memiliki corak masing-masing menurut keprcayaannya.

Misalnya saja, candi yang bercorak Hindu adalah Candi Gedong Songo, Candi Dieng, Candi Brahma, Candi Siwa, Candi Wisnu, Candi Boko, Candi Sukuh, dan Candi Prambanan.

Sementara, candi yang bercorak Budha antara lain Candi Borobudur, Candi Kalasan, CAndi Sewu, Candi Mendut, Candi Sojiwan, Candi Plaosan, Candi Sari, dan Candi Pawon.

Masa Kejayaan

gambarilustrasi masa kejayaan kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.yuksinau.id

Masa jaya Kerajaan Mataram Kuno terjadi pada saat Dyah Balitong memerintah dari tahun 898-910 Masehi.

Puncak keemasan ini tampak dari keberhasilan Raja Balitonh dalam menaklukkan wilayah-wilayah di sisi timur kerajaan.

Akibat dari perluasan itu, wilayah kekuasaan Mataram Kuno di bawah panji Dyah Balitong mencakup daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kejayaan ini tak lepas dari kekuatan militer Mataram yang sudah memiliki keahlian perang sejak zaman Raja Sanjaya.

Hal lain yang ikut berpengaruh pada masa-masa emas ini adalah akibat dibangunnya waduk di wilayah Waringin Sapta.

Waduk ini dibangun untuk mengontrol arus pada aliran Sungai Berangas yang menjadi salah satu jalur perdagangan utama.

Sungai tersebut dimanfaatkan sebagai pelabuhan yang banyak menjadi tempat sandar kapal-kapal dagang dari Sri Lanka, Benggala, Burma, Chola, dan Champa.

Pusat kekuasaan, juga sempat dipindahkan dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur.

Alhasil, dari perpindahan ini menyebabkan adanya pemetaan lagi sungai-sungai yang akan dipakai dalam jalur perdagangan, misalnya Sungai Bengawan Solo dan Brantas.

Wilayah Jawa Timur juga dikenal dengan dataran rendahnya yag subur, sehingga hal ini berhasil meningkatkan kapasitas penanaman padi.

Tak hanya itu, Jawa Timur juga menjadi lokasi strategis perdagangan rempah-rempah dari Maluku, sehingga sangat menguntungkan Kerajaan Mataram.

Penyebab Keruntuhan

penyebab keruntuhan kerajaan mataram kuno karena serangan sriwijaya
Sumber gambar: www.yuksinau.id

Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno disebabkan beberapa hal, yakni sebagai berikut.

1. Perselisihan Internal dan Serangan Sriwijaya

Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno salah satu faktornya disebabkan karena serangan Kerajaan Sriwijaya.

Uniknya, serangan ini langsung dipimpin oleh Balaputradewa, yang merupakan putra Samaratungga dan Dewi Tara.

Mulanya, Balaputradewa yang masih berstatus penduduk Mataram Kuno, tidak sudi menerima pemerintahan Rakai Pikatan.

Lalu dilancaraknlah pemberontakan Balaputradewa terhadap pusat kerajaan, tapi sayangnya gagal.

Untuk menyelamatkan diri, larilah Balaputradewa menuju ke Sumatra dan menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.

Berlatar belakang dendam, kemudian ia melancarkan serangan ke Mataram yang saat itu dipimpin oleh Dyah Belitong.

Meskipun tak langsung kalah, tapi lambat laun kekuatan Mataram makin melemah.

Puncaknya terjadi pada tahun 1016 Masehi, di mana Kerajaan Sriwijaya berhasil mengakhiri kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno sebagaimana informasi yang tertulis di Prasasti Pucangan.

2. Erupsi Gunung Merapi

Meletusnya Gunung Merapi memang berhasil memporak-porandakan Kerajaan Mataram.

Laharnya berhasil menimbun banyak candi sehingga bangunannya jadi rusak.

3. Krisis Politik

Pada tahun 927-929 Masehi terjadi krisis politik di internal Kerajaan Mataram, yang disinyalir membuat posisi Mataram kian lemah.

4. Perpindahan Pusat Pemerintahan

Perpindahan ibu kota kerajaan dari Jawa Timur ke Jawa Tengah ternyata menjadi blunder.

Di tempat yang baru, tanahnya kurang subur dan tidak memiliki sunga besar.

Pusat pelabuhan pun tidak ada, sehingga menyebabkan jalur perdagangan menjadi terganggu.

Akibatnya, komoditi ekonomi makin melemah, dan turut melemahkan situasi kerajaan.

Sumber Sejarah

prasasti canggal adalah sumber sejarah kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.wikipedia.com

Sumber informasi yang bisa diperoleh untuk mempelajari keberadaan Kerajaan Mataram Kuno antara lain lewat prasastinya.

1. Prasasti Canggal

Ditemukan di Magelang, Jawa Tengah, prasasti ini dilengkapi dengan ukiran tahun 654 Saka atau 732 Masehi.

Prasasti yang ditulis menggunakan Bahasa Sanskerta ini bercerita tentang Sanjaya yang merupakan raja kaya raya berkat emas dan padinya.

2. Prasasti Kelurak

Prasasti yang dibuat pada tahun 782 Masehi ini, ditemukan di Desa Kelurak, Prambanan.

Isinya menceritakan tentang pembuatan bangunan suci Asrca Manjustri yang dipercaya sebagai perwujudan Budha (Wisnu, Siwa, dan Brahma)

3. Prasasti Mantyasih

Prasasti yang ditemukan di Kampung Mateseh, Jawa Tengah ini, berisi silsilah raja Kerajaan Mataram.

4. Prasasti Sojomerto

Kemudian, prasasti yang ditemukan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah ini, merupakan peninggalan Wangsa Syailendra yang tak memuat tahun pembuatan.

Yang pasti, tulisannya menggunakan Bahasa Melayu Kuno dan Aksara Kawi.

5. Prasasti Tri Tepusan

Prasati yang dibuat tahun 842 Masehi ini bercerita tentang pemberian tanah kepada Desa Tri Tepusan dari Sri Kaluhun.

Kini, duplikat dari prasasti ini tersimpan di Museum Candi Borobudur.

6. Prasasti Wanua Tengah III

Prasasti ini dibuat tahun 983 Masehi dan ditemukan di Desa Gandula, Temanggung.

Di dalamnya disebutkan daftar nama-nama raja yang berkuasa di Mataram sebelum era Raja Rakai Watukura.

7. Prasasti Rukun

Prasasti ini ditemukan pada tahun 1975 di Jawa Tengah.

Prasasti yang dibuat menggunakan Bahasa Jawa Kuno ini, tertanggal tahun 829 Saka atau 907 Masehi.

8. Prasasti Plumpungan

Yang ini, adalah prasasti yang dibuat tahun 750 M dan ditemukan di Desa Hampra, Salatiga.

Informasi pada prasasti ini mengungkap kapan berdirinya Kota Salatiga.

9. Prasasti Siwargrha

Prasasti yang memakai Bahasa Sanskerta ini berasal dari tahun 778 Saka atau 856 Masehi.

Isinya menceritakan tentang candi yang dipersembahkan untuk Dewa Siwa.

10. Prasasti Gondosuli

Selanjutnya, prasasti yang memakai Bahasa Melayu Kuno dan Aksara Kawi ini, ditemukan di daerah Temanggung, Jawa Tengah.

Sesuai angka yang terpahat di permukaannya, prasasti ini disinyalir berasal dari tahun 792 Masehi.

11. Prasasti Kayuwumwungan

Prasasti ini adalah situs sejarah yang ditemukan di Temanggung, Jawa Tengah yang ditulis memakai Bahasa Sanskerta.

12. Prasasti Ngadoman

Prasasti yang ditemukan di Salatiga, Jawa Tengah ini, dipercaya sebagai perantara Aksara Budha ke Aksara Jawa Kuno.

13. Prasasti Kalasan

Ditemukan di daerah Sleman, Yogyakarta, prasasti ini adalah peninggalan Wangsa Sanjaya yang dibuat pada tahun 700 Saka atau 778 Masehi.

Isinya bercerita tentang pembangunan tempat suci bagi Dewi Tara dan biara untuk para pendeta.

14. Prasasti Belitung

Yang ini, adalah prasasti yang dibuat tahun 907 Masehi.

Isinya bercerita tentang 5 orang patih di Mantyasih yang diberi hadiah tanah karena jasa-jasanya.

15. Prasasti Ratu Boko

Prasasti ini berasal dari tahun 856 Masehi.

Isinya menceritakan tentang kekalahan Balaputradewa yang lalu melarikan diri ke Sriwijaya dan dilantik jadi raja di sana.

16. Prasasti Nalanda

Prasasti yang dibuat pada tahun 860 Masehi ini bercerita tentang asal-muasal Raja Balaputradewa.

17. Prasasti Ligor

Yang ini, adalah prasasti yang dibuat tahun 860 Masehi, yang berisi oengakuan Balaputradewa sebagai cucu raja Jawa dari Wangsa Syailendra.

Peninggalan

1. Candi Gatotkaca

candi gatotkaca adalah peninggalan kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.mamahtira.blogspot.com

Candi bercorak Hindu ini terletak di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Lokasinya ada di sisi barat komplek Candi Arjuna.

2. Candi Arjuna

gambar candi arjuna peninggalan kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.yacob-ivan.blogspot.com

Candi ini punya bentuk yang tak jauh beda dengan komplek candi di Gedong Songo.

Bangunannya memiliki bentuk persegi seluas 4 m2.

3. Candi Bima

gambar candi bima peninggalan kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.unique-chantika.com

Candi ini lokasinya berada di komplek percandian paling selatan, tepatnya di Desa Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Arsitekturnya cukup unik, karena cukup mirip dengan candi-candi di India.

Sementara, di bagian atapnya juga ada kemiripan dengan shikara dan mempunyai bentuk seperti mangkok terbalik.

4. Candi Borobudur

foto candi borobudur peninggalan kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.wisataoke.com

Candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini ada di Magelang, Jawa Tengah.

Sebagai sebuah situs sejarah bercorak Budha, bangunan ini merupakan komplek candi yang terbesar di dunia.

5. Candi Mendut

gambar candi mendut peninggalan kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.pariwisataku.com

Candi Mendut juga berlokasi di Magelang, jawa Tengah.

Candi ini dibangun oleh Raja Idna dari Wangsa Syailendra dengan corak agama Budha.

6. Candi Pawon

gambar candi pawon peninggalan kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.mapio.net

Satu lagi candi yag terletak di Magelang, Jawa Tengah.

Uniknya, bila diperhatikan dari atas, candi ini akan tampak dalam satu garis lurus dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur.

7. Candi Puntadewa

foto gambar candi puntadewa peninggalan kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.trepelim.com

Candi yang bangunannya kecil dan tinggi ini berada di komplek Candi Arjuna, Dieng.

8. Candi Semar

gambar candi semar peninggalan kerajaan mataram kuno
Sumber gambar: www.tanijiwo.com

Candi ini berhadapan langsung dengan Candi Arjuna.

Bangunannya berupa segiempat membujur dari selatan ke utara.

Kerajaan Mataram Islam (Mataram Baru)

Sejarah Kerajaan Mataram Islam

percampuran budaya terjadi pada masa kerajaan mataram islam (mataram baru)
Sumber gambar: www.sanskertaonline.id

Lahirnya Kerajan Mataram Islam tak lepas dari keberhasilan Ki Ageng Pamanahan dalam mengalahkan Aria Panangsang pada abad ke-16 Masehi.

Sebagai hadiah, Sultan Hadi Wijaya melantik Ki Ageng Pamenahan mejadi mengangkat di kawasan Hutan Mentaok.

Setelah Ki Ageng Pamanahan wafat, jabatan bupati diserahkan kepada anaknya, yakni Sutawijaya.

Tapi, jabatan ini tak sejalan dengan keinginannya yang ingin jadi raja di tanah Jawa.

Ternyata, ambisi ini tercium oleh Sultan Hadiwijaya karena gerak gerik Sutawijaya yang mulai membangun basis pertahanan.

Sultan Hadiwijaya pun menyambutnya dengan serangan ke Mataram, tapi berakhir dengan kekalahan.

Kekosongan tahta di Pajang membuat internal kerajaan menjadi kacau karena terjadi perebutan kekuasan.

Para ahli waris saling berperang memperebutkan tahta, hingga akhirnya dimenangkan oleh Pangeran Benawa, puta Hadiwijaya.

Setelah situasi aman, Pengeran Benawa ini dengan rela menyerahkan tahtanya kepada Sutawijaya.

Alhasil, Kerajaan Pajang pun menjadi wilayah kekuasaan Mataram.

Pusat pemerintahan Mataram awalnya berada di Desa Mentaok, yang saat ini berada di selatan Bandara Adisucipto dan di timur Kota Yogyakarta.

Kemudian Sutawijaya memindahkannya ke Kotagede, sampai ia meninggal dan dimakamkan di kota tersebut.

Lokasi, Letak Geografis, dan Peta Wilayah

gambar lokasi, letak geografis, dan peta wilayah kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.yuksinau.com

Pusat Kerajaan Mataram Islam berada di daerah Kotagede, Yogyakarta.

Pada tahun 1613 M wilayah kekuasaannya meliputi Kerajaan Pajang atau Jawa Tengah.

Pada tahun 1613-1615 M, saat Sultan Agung berkuasa, kekuasaan Mataram makin luas hingga ke Jawa Barat dan sebagain Jawa Timur, seperti Tuban, Pasuruan, Lasem, Surabaya, dan Madura.

Silsilah Raja

dalam silsilah raja, ki ageng pamanahan adalah pendiri kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.cashz.id

Kerajaan Mataram Islam memulai sejarahnya saat berdiri tahun 1556 Masehi.

Berikut adaah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Mataram Islam.

1. Ki Ageng Pamanahan (1556-1584 M)

Beliau adalah raja pertama Kerajaan Mataram.

Pada tahun 1556 Masehi, beliau membuka Desa Mataram yang jadi cikal bakal kerajaan.

Awalnya, lokasi ini adalah hutan yang dinamakan Alas Mentaok, lalu dibuat pemukiman penduduk.

Tahun 1584 Masehi, Ki Ageng Pamanahan wafat dan dimakamkan dekat Kotagede.

2. Sutawijaya / Panembahan Senopati (1584-1606 M)

Tahta kerajaan selanjutnya jatuh ke tangan Sutawijaya, yang merupakan anak Ki Ageng Panembahan.

Di lain sisi, Sutawijaya ini juga menjadi anak angkat dan menantu Sultan dari Kerajaan Pajang.

Di Kerajaan Pajang, beliau menjabat sebagai seorang senopati, sehingga bergelar Panembahan Senopati.

Saat memerintah Mataram, beliau berhasil membuat kebangkitan dengan memperluas wilayah kerajaan dari Pajang, Demak, Tuban, Pasuruan, Madiun dan Surabaya.

Pada tahun 1606 Masehi, Panembahan Senopati menghembuskan nafas terakhirnya.

3. R.M. Jolang / Panembahan Anyakrawati (1606-1613 M)

Kekuasaan kemudian beralih ke tangan Raden Mas Jolang atau Panembahan Anyakrawati, yang merupakan anak Panembahan Senopati dengan putri dari Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati.

Ia memerintah selama 7 tahun, dari tahun 1606-1613 Masehi.

Pada tahun 1613 Masehi, beliau mengkat di Desa Krapyak, lalu dikubur di area makam agung Kotagede.

4. R.M. Rangsang / Sultan Agung (1613-1645 M)

Tahta kerajaan kemudian dilanjutkan oleh anak RM. Jolang, yakni Raden Mas Rangsang.

Beliau lebih dikenal dengan nama Sultan Agung, yang menjadi raja terbesar dalam sejarah Mataram.

Berkuasa mulai dari tahun 1613 M hingga 1645 M, Sultan Agung berhasil membawa Kerajaan Mataram dalam puncak kejayaan dengan wilayah kekuasaan yang hampus mencakup seluruh tanah Jawa.

Tak hanya itu, Sultan Agung juga gigih melakukan perlawanan terhadap VOC hingga wafatnya di tahun 1645 M dan dikubur di Imogiri.

Pada masa kekuasaannya, Mataram tumbuh sebagai kerajaan agraria.

5. Amangkurat I (1645-1677 M)

Sepeninggal Sultan Agung, pemerintahan berlanjut ke tangan anaknya, Sultan Amangkurat I.

Beliau mempunyai tabiat yang berbeda dengan ayahnya, karena dikenal kejam dan tega membantai keluarga sendiri.

Tak hanya itu, baliaujuga membuka pintu kerja sama dengan VOC, yang memicu pecahnya Kerajaan Mataram Islam.

Pada tahun 1647 M, pusat kerajaan dipindahkan dari Kotagede menuju Keraton Plered.

Era kepemimpinannya berakhir setelah beliau wafat di bulan Juli 1677 M.

6. Amangkurat II (1677-1703 M)

Kemudian, Kerajaan Mataram jatuh kendalinya ke tangan anak Sultan Amangkurat I, yakni Sultan Amangkuat II.

Beliau adalah raja sekaligus pendiri Kasunanan Kartasura yang jadi kelanjutan Kerajaan Mataram Islam.

PAda masa kekuasaannya, kedekatan dengan VOC makin terasa.

Bahkan, beliau menjadi raja Mataram pertama yang memakai seragam dinas bergaya Belanda, sehingga juga dinamakan Sunan Admiral (Amral).

Kehidupan di Kerajaan Mataram Islam

1. Kehidupan Politik

sultan agung adalah raja yang membawa kejayaan dalam kehidupan politik kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.an-najah.net

Perluasan wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram dimulai saat Panembahan Senopati memerintah.

Pada masa kekuasaannya, wilayah Jawa Timur berhasil direbut, seperti Pajang, Demak, Tuban, Pasuruan, Madiun dan Surabaya.

Area Jawa Barat juga tak luput dari serangannya, meliputi Cirebon dan Kerajaan Galuh.

Puncaknya, era keemasan Kerajaan Mataram terjadi saat Sultan Agung berkuasa.

Wilayah kekuasaan Mataram saat itu hampir mencakup seluruh Jawa dan Madura, kecuali Batavia yang belum ditaklukkan.

Saat melancarkan serangan ke markas VOC di Batavia, Sultan Agung menderita kekalahan disebabkan pasukannya mengalami kelelahan karena melakukan perjalanan jauh dari Kotagede ke Jakarta.

Di samping, wabah penyakit ternyata juga terjadi dalam perjalanan, sehingga sebagian pasukan meninggal dunia.

Akhirnya, Sultan Agung wafat akibat terjadi perebutan kukuasaan di internal kerajaan, setelah beliau berkuasa selama 32 tahun.

2. Kehidupan Agama

masjid peninggalan bisa dipakai untuk mempelajari sejarah kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.djawanews.com

Perkembangan agama Islam di jaman Kerajaan Mataram mengalami percampuran budaya antara budaya Hindu Budha dengan budaya Islam.

Misalnya pada penyelenggaraan kesenian Grebeg yang masih banyak ditemui di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan jawa Timur.

Awalnya, upacara Grebeg ini dipakai untuk pemujaan roh nenek moyang, lalu setelah Islam datang diganti menjadi perayaan hari besar Islam, seperti Grebeg Maulid, Grebeg Syawal, dan sebagainya.

3. Bidang Ekonomi

pertanian dan perkebunan jadi penopag kehidupan ekonomi kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.gapurasejarah.blogspot.com

Secara umum, sektor ekonomi Kerajaan Mataram ditopang oleh bidang pertanian karena letaknya yang berada di lokasi yang sangat subur.

Hasil pertanianya yang utama adalah beras, yang ketersediaannya sampai bisa diekspor ke negara lain.

Selain itu, perdagangan laut Kerajaan Mataram juga dikenal kuat.

Sebab, di sepanjang pantai utara Jawa banyak terdapat pelabuhan yang menopang kehidupan laut Kerajaan Mataram.

4. Kehidupan Sosial

penerapan hukum islam dipakai dalam kehidupan sosial kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.harianmerapi.com

Kehidupan rakyat di Kerajaan Mataram Islam tertata cukup baik karena dijalankan berdasar hukum Islam tanpa meninggalkan norma yang lama.

Di dalam pemerintahan, raja adalah puncak kekuasaan tertinggi, dengan diikuti para pejabat kerajaan.

Di bidang keagamaan, sudah ada pembagian pekerjaan antara khotib, penghulu, naid, serta surantana dalam memimpin upacara agama.

Di bidang hukum, ada jaksa yang ditugaskan untuk menjalankan pengadilan istana.

Dan untuk menciptakan ketertiban masyarakat, maka pihak kerajaan membuat peraturan yang dinamakan anger-anger agar dipatuhi oleh warganya.

5. Kehidupan Budaya

pengaruh hindu budha dan islam bercampur dalam dalam kehidupan budaya kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.yuksinau.id

Aspek budaya di Kerajaan Mataram Islam, mengalami percampuran antara budaya Hindu-Jawa dengan budaya Islam.

Sehingga tak mengherankan, banyak penginggalan-peninggalan Mataram yang coraknya perpaduan d2 hal tersebut, seperti pada bidang seni ukir, patung, seni tari, dan sastra.

Pada jaman kekuasaan Sultan Agung, juga sudah dimulai perhitungan kalender Jawa berdasarkan perputaran bulan.

Komoditas pertanian Kerajaan Mataram yang sangat besar dimanfaatkan oleh para pejabat dengan cara memberi tanah garapan kepada rakyat kecil.

Lama-kelamaan, praktik ini memicu budaya tuan tanah di kawasan Jawa.

Masa Kejayaan

kepemimpinan sultan agung membawa masa kejayaan kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.ruansagita.blogspot.com

Puncak kejayaan Kerajaan Mataram dialami saat Sultan Agung berkuasa.

Wilayah kekuasannya mencakup hampir seluruh Jawa, kecuali Batavia yang saat itu masih dikuasai VOC.

Saat itu, Kerajaan Mataram sering terjadi gesekan dengan VOC dalam hal perdagangan di Batavia .

Akhirnya, Kerajaan Mataram pun berkoalisi dengan Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten untuk bersama-sama melawan VOC.

Penyebab Keruntuhan

VOC belanda merupakan penyebab keruntuhan kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.tirto.id

Cikal bakal runtuhnya Kerajaan Mataram mulai tercium sejak Sultan Agung gagal menaklukkan VOC di Batavia

Hal itu kemudian makin terlihat jelas ketika Sultan Amangkurat I memindahkan ibu kota kerajaan ke Plered pada tahun 1647 M.

Sebab, pada masa pemerintahannya banyak mengalami usaha pemberontakan.

Yang paling parah adalah pemberontakan yang dilancarkan oleh Trunojoyo, hingga memaksa Sultan Amangkurat I berkoalisi dengan pihak VOC.

Pengaruh VOC ke dalam internal kerajaan makin menjadi tatkala Sultan Amangkurat II berkuasa.

Beliau begitu tunduk terhadap VOC sehingga memicu pemberontakan yang memaksanya memindahkan keraton ke Kartasura.

Sepeninggal Amangkurat II wafat, pemerintahan diturunkan kepada Amangkurat III. Amangkurat IV, dan Pakubuwana II.

Pada masa pemerintahan Amangkurat III, terjadi perlawanan terhadap VOC.

Hal ini memicu kemarahan VOC dengan menobatkan Pakubuwana I menjadi raja, sehingga keberadaan 2 orang raja ini menyebabkan perpecahan di internal keraton.

Amangkurat III terus melakukan pemberontakan hingga ditangkap di Batavia.

Kekacauan ini baru bisa reda pada era kepemimpinan Pakubuwana III, yang memecah wilayah Mataram jadi 2, yakni Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Peninggalan

1. Masjid Kotagede

foto masjid kotagede peninggalan kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.twitter.com

Masjid bersejarah di Kotagede dibangun pada tahun 1640 Masehi.

Sampai sekarang, masjid ini masih digunakan sebagai pusat dakwah Islam oleh warga sekitar.

Bangunannya khas perpaduan gaya arsitektur Islam dan budaya Hindu-Budha yang memang bercampur pada masa kekuasaan Kerajaan Mataram Islam.

2. Pasar Kotagede

foto pasar kotagede peninggalan kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.twitter.com

Tata kota zaman kerajaan kuno, khususnya di Jawa, meletakkan posisi alun-alun, pasar, dan keraton menurut poros selatan-utara.

Termasuk Pasar Kotagede ini, yang sudah ada sejak jaman Panembahan Senopati hingga sampai saat ini.

Pasar ini akan ramai pedagang dan pembeli pada hari pasarnya, yakni pada hari Legi menurut kalender Jawa.

3. Komplek Makam Pendiri Kerajaan Imogiri

contoh peninggalan kerajaan mataram islam komplek makam pendiri kerajaan imogiri
Sumber gambar: www.ardiyanta.com

Komplek ini merupakan area pemakaman yang digunakan oleh para pendiri kerajaan.

Kawasanya dikelilingi tembok tinggi nan kokoh, dengan penjagaan 24 jam oleh abdi dalem yang berpakaian adat Jawa.

Di bagian gapura makam, punya arsitektur bergaya Hindu dengan ukiran yang indah dan pintu kayu yang tebal.

4. Gapura Candi Bentar

contoh peninggalan kerajaan mataram islam adalah gapura candi bentar
Sumber gambar: www.wikipedia.org

Candi ini berada di daerah Klaten, tepatnya di area pemakaman Sunan Tembayat.

Diperkirakan bangunan ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung.

5. Meriam Segara Wana dan Syah Brata

foto meriam segara wana dan syah brata peninggalan kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.mapio.net

Kedua meriam ini merupakan hadiah dari JP. Coen, seorang pembesar VOC, yang diberikan kepada Sultan Agung.

Meriam ini diserahkan ke Kerajaan Mataram Islam, karena Sultan Agung berjanji tidak akan mengadakan serangan ke Batavia.

Kini, Meriam yang dinamakan Segara Wanda Dan Syuh Brata ini tersimpan rapi di halaman komplek Istana Surakarta.

6. Pertapaan Kembang Lampir

salah satu peninggalan kerajaan mataram islam contohnya adalah pertapaan kembang lampir
Sumber gambar: www.ensiklopediaindonesia.com

Area ini dulunya merupakan tempat yang dipakai Ki Ageng Pamanahan dalam merenungkan kemajuan Mataram Islam.

Komplek pertapaan ini berada di Desa Giri Sekar, Panggang, Kabupaten Gunung Kidul.

Di area ini juga terdapat patung-patung pendiri Kerajaan Mataram Islam, yakni Ki Ageng Pamanahan, Panembahan Senopati, dan Ki Jert Mertani.

7. Kalender Jawa

contoh peninggalan kerajaan mataram islam salah satunya adalah kalender jawa
Sumber gambar: www.kratonjogja.id

Kalender ini merupakan karya yang ditinggalkan oleh Sultan Agung.

Pembuatannya memakai perhitungan menurut perputaran bulan.

8. Buku Sastragending

foto buku sastragending peninggalan kerajaan mataram islam
Sumber gambar: www.bukalapak.com

Buku yang bertema filsafat ini juga buah dari karya Sultan Agung.

Hal ini menunjukkan jika pada masa itu berkembang juga bidang sastra.

9. Perayaan Sekaten

contoh peninggalan kerajaan mataram islam salah satunya adalah perayaan sekaten
Sumber gambar: www.kratonjogja.id

Upacara ini dirayakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Puncak acaranya terjadi dengan cara mengarak gunungan dari keraton menuju ke depan area Masjid Agung.

Nah, itu tadi adalah sejarah Kerajaan Mataram, yang meliputi fase Hindu-Buddha dan corak agama Islam.

Jika kamu ada pertanyaan seputar sejarah Kerajaan Mataram dan kerajaan Islam lainnya seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Malaka, dan lainnya, maka jangan lupa segera tayakan ya lewat kolom komentar di bawah.

Jangan lupa, like dan share ya, supaya teman-temanmu tahu dengan sejarah tempo dulu dari negara kita tercinta, Indonesia.

Anas Fauzi

Hallo! Saya adalah seorang engineer. Selain menyukai dunia blogging, saya juga senang membaca dan menanam.

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar