Pakaian Adat Jawa Tengah

Kalian pernah nggak ikut pawai memakai baju adat zaman tk atau saat merayakan 17 Agustus?

Pasti sebagian dari kita pernah kan.

Saat-saat seperti inilah para orang tua akan berlomba-lomba mendandani anak-anaknya dengan baju adat dari masing-masing daerah di Nusantara.

Tentu hal ini menjadi pemandangan yang menarik karena tak hanya baju adat yang dipakaikan kepada anak-anak melainkan semua aksesoris dan kelengkapannya.

Dan baju adat dari Jawa Tengah yang tidak pernah terlewatkan.

Lalu apa saja jenis-jenis dari baju adat dari Jawa Tengah. Mari kita bahas bersama.

Pakaian Adat Jawa Tengah dan Penjelasannya

Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 kabupaten yang ada di Pulau Jawa.

Di antara kabupatennya ada yang begitu terkenal dengan berbagai objek wisata, di antaranya Semarang, Solo, Cilacap dan masih banyak lagi.

Provinsi Jawa Tengah berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jawa tengah juga identik dengan pakaian adatnya dengan budaya dan nilai-nilai filosofisnya pakaian adat merupakan pakaian yang menunjukkan identitas dari daerah asalnya.

Pakaian adat ini masuk dalam semua universal, mulai dari kakek, nenek, pria wanita dewasa bahkan untuk anak laki-laki dan perempuan.

Penggunaan baju adat dapat terlihat saat pernikahan dan acara-acara yang mewajibkan menggunakan jenis baju tersebut.

Keunikan dari baju adat satu ini yaitu dapat mengembangkan desain pakaiannya.

Dengan tujuan dapat mengembangkan nilai-nilai budaya.

Makna dan Filosofi Pakaian Adat Jawa Tengah

Setiap suku di bumi Pertiwi mempunyai baju adatnya masing-masing dengan model dan corak yang juga berbeda.

Penggunaan baju adat diberi nama dan memiliki sertai filosofi tersendiri.

Contoh makna dari pemakaian baju adat Jawa tengah yaitu melambangkan kekayaan khasanah budaya khususnya provinsi Jawa Tengah.

Salah satu baju adat Jawa Tengah yaitu kebaya mempunyai filosofi tersendiri.

Pakaian wajib yang dimiliki setiap perempuan di pulau Jawa ini menyimbolkan kehalusan kepatuhan dan tidak tanduk pemakainya harus disertai sikap yang lemah lembut.

Pemakainya akan selalu terlihat anggun dalam balutan kebaya.

Kemudian kebaya tak akan lengkap jika tak dipasangkan dengan kain jarik.

Kain jarik akan dililitkan pada penggunanya, dan memang akan membuat sang pemakai merasa kesulitan dalam bergerak gesit dan cepat.

Penggunaan kain jarik tidak asal di pasang.

Lilitan kain jarik menyimbolkan seorang perempuan Jawa Tengah wajib bisa diatur dan identik dengan pribadi lemah lembut.

Selain itu, kebaya juga mempunyai bermakna sosial yaitu seorang perempuan harus menjaga kewanitaannya dan tidak mudah menyerahkan kepada sembarang orang.

Seperti cara berpakaian yang rapi dan serapat mungkin, ditambah dengan penggunaan stagen.

Macam-Macam Pakaian Adat Di Jawa Tengah

Jawa Tengah mempunyai beragam baju adatnya yang tidak sembarang dalam penggunaannya.

Berikut macam-macam pakaian adat Jawa Tengah beserta penjelasannya.

1. Jawi Jangkep

jawi jangkep gambar pakaian adat jawa tengah
sumber : https://www.romadecade.org/

Jawi Jangkep merupakan pakaian yang di khususkan bagi kaum pria yang berasal dari adat Keraton Kasunanan Surakarta.

Pakaian yang digunakan oleh abdi keraton saat ada kegiatan resepsi pernikahan.

Jawi jangkep terbagi menjadi dua, ialah Jawi Jangkep dan Jawi Jangkep padintenan (keseharian).

Tetapi pemakaian jawi jangkep padintenan sudah mulai ditinggalkan apalagi dalam kehidupan sehari-hari.

Pakaian ini identik dengan baju atasan yang disebut beskap yang berwarna hitam dan bawahannya seperti kain jarik yang dililit.

Sama halnya dalam pemakaian kebaya dengan kain jarik.

Jika jawi jangkep padintenan (keseharian) atasanya boleh warna lain selain hitam,karena warna hitam dikhususkan untuk acara formal saja.

Tak hanya pakaian atasan dan bawahan berupa kain jarik, jawi jangkep juga mempunyai aksesoris yang juga wajib digunakan.

a. Topi atau penutup kepala yang digunakan yaitu blankon atau destar

b. Atasan baju pada bagian belakang akan jauh lebih pendek dibandingkan bagian dengan yang berfungsi sebagai tempat keris

c. Stagen juga harus digunakan sebagai pelengkap

d. Tak lupa ikat pinggang yang disebut epek, timang, dan lerep

e. Kain bawahan atau kain jarik

f. Keris atau wangkingan yang disematkan pada bagian belakang

g. Alas kaki yang wajib digunakan yaitu canilan atau selop khusus laki-laki

2. Kebaya

desain kebaya pakaian adat jawa tengah
sumber : https://today.line.me/

Budaya Jawa tak akan jauh-jauh kebaya, pakaian yang mempunyai filosofi tersendiri dalam penggunaannya.

Kebaya menjadi saksi bisu berkembangnya negara ini, mulai dari kerajaan-kerajaan hingga merdekanya Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kebaya tak pernah kehilangan pamor dan peminatnya.

Dahulu kebaya hanya boleh digunakan oleh perempuan-perempuan bangsawan dan perempuan kolonial.

Pada tahun 1817 jenis kebaya masih berbahan brokat, sutra dan beludru dengan bagian depan baju akan sedikit terbuka tapi disatukan kembali dengan bros tepat di depan dada.

Zaman sekarang baju kebaya berupa tunik atau blus dengan kain yang tipis dan bermotif khusus digunakan kaum wanita.

Dengan bahan utama berupa kain tipis yang dipasangkan dengan kain jarik, songket maupun sarung yang dililitkan pada sang pemakai.

Sejarah kebaya juga adalah loh.

Kata kebaya berasal dari Bahasa Arab, yaitu abaya artinya pakaian.

Konon pakaian adat Jawa Tengah ini dibawah dari Tiongkok, hingga akhirnya dipengaruhi akulturasi budaya Jawa saat tiba di pulau terbesar kelima di negara ini.

Hingga saat ini kebaya selalu mengalami perubahan dalam model atau desainnya yang eksis selalu mengikuti perkembangan dunia mode.

3. Kanigaran

Kanigaran dari pakaian adat jawa tengah
sumber : https://www.yuksinau.id/

Dahulu pakaian kanigaran adalah pakaian yang khusus digunakan bagi golongan bangsawan.

Pada masa pemerintahan Sultan HB IX, pakaian kanigaran sudah bisa digunakan untuk semua golongan masyarakat.

Baju yang terdiri dari kain hitam beludru lengkap dengan dodot.

Jenis pakaian ini biasanya dikenakan oleh pengantin saat acara pernikahan.

Motif yang diaplikasikan dalam pakaian ini dirancang dengan berbagai pertimbangan dari segi budaya dan estetikanya.

4. Batik

kain batik pakaian adat jawa tengah gambar
sumber : https://tumpi.id/

Batik tak lepas dari baju warga Indonesia dan bahkan wajib digunakan dalam lingkungan sekolah hingga perkantoran.

Batik adalah kain yang digambar dengan alat yang disebut canting dan catnya dari cairan lilin dengan motif yang berbeda-beda.

Ada beberapa metode dalampenggambaran motif batik ada yang di lukis, cetak, atau printing.

Dan batik diperkirakan ada di Indonesia sekitar tahun 700-an dari buku yang ditulis Rens Heringa dengan judul Fabric of Enchantment: Batik from the North Coast of Java (1996).

Batik pertama kali di perkenalkan oleh orang yang berkebangsaan India,yang putranya dinikahkan dengan putri Raja Lembu Amiluhur (Jayanegara) raja Kerajaan Janggala.

Jadi primadona dari pakaian adat Jawa Tengah, batik bisa bisa digunakan dalam berbagai acara formal maupun non formal yang bisa dikreasikan dengan berbagai aksesoris maupun bisa dikembangkan dengan berbagai desain pakaian.

5. Basahan

Basahan pakaian adat jawa tengah dari
sumber : https://www.facebook.com/

Basahan adalah salah satu jenis pakaian adat Jawa Tengah yang digunakan oleh pengantin.

Pakaian basahan tak akan lengkap tanpa tata riasnya.

Sebenarnya tata riasan dan pakain basahan berasal dari Keraton Surakarta Hadiningrat.

Bentuk tata rias tertinggi dalam Keraton Surakarta Hadiningrat yaitu pakaian basahan dan tata riasnya dan dahulu pakain adat ini hanya boleh digunakan oleh keturunan putra-putri Sultan,Sunan atau Raja yang sedang berkuasa.

Seiring berkembangnya zaman, busana ini sudah bisa digunakan oleh segala lapisan masyarakat di Jawa Tengah.

Dengan tujuan memakai tata rias dan pakaian basahan ini pengantin akan terlihat agung, anggung dan artistik.

Rangkaian busana basahan ini dikenakan dari acara akad hingga upacara “Panggih”.

Pengantin akan mengenakan bawahan kain batik dengan warna dasar tertentu, seperti warna hijau yang disebut “Gadung Mlati”. Dan motifnya, yang dilukis dengan air emas atau motif alas-alasan yang diprada.

Untuk hiasan rambut pengantin akan menggunakan cundhuk mentul atau yang biasa disebut kembang goyang dengan motif bunga-bunga bahkan hewan.

Konon busana pengantin basahan tercipta karena adanya perjanjian Giyanti.

Yakni saat semua gaya atau desain busana yang ada di Keraton Surakarta Hadiningrat dibawa menuju Keraton Yogyakarta Hadiningrat, sebagai hadiah dari Susuhunan Paku Buwono II kepada putranya, Pangeran Mangkubumi.

Ciri khas dari baju ini yaitu pada rangkaian busana yang dikenakan pengantin wanita, yang sanggulnya memakai Paes Ageng dan peci yang menjulang tinggi bagi pengantin laki-laki.

Jika baju adat lainnya pengantin pria akan menggunakan baju atasan berbeda dengan basahan yang pria akan bertelanjang dada atau tidak memakai baju.

Sedangkan bawahannya kedua pengantin akan memakai kain batik dengan motif yang sama, bagi pria akan memakainya sebagai Dodotan dan wanita sebagai kemben.

Tak lupa pengantin akan dipakaikan beragam aksesoris seperti gelang kaki, gelang tangan hingga kalung.

6. Jarik

kain Jarik pakaian adat jawa tengah dari
sumber : https://www.yuksinau.id/

Jarik adalah kain dari Indonesia yang sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Jarik adalah selembar kain yang digambar dengan motif batik yang beragam.

Penggunaan jarik juga beragam, mulai dari alas tidur untuk anak bayi bahkan sebagai kain gendongan agar sang bayi nyaman. Makna jarik dalam bahasa Jawa ialah ‘Aja gampang sirik’, yang berarti ‘jangan mudah iri hati’.

Kain jarik berukuran sekitar 2.1 x 1.5 meter sampai 2.5 x 11 meter dengan motif yang beragam tergantung status sosial penggunanya dan cara pemakaiannya. Motifnya pun berbeda karena setiap motif memiliki makna tersendiri.

Misalnya motif sekar jagad, sidomulyo, sidomukti dan masih banyak lagi motif yang terkenal pada kain jarik.

Karena motif kain juga menggambarkan asal setiap daerahnya.

Ketika seseorang memakai kain jarik, mereka akan berjalan dengan hati-hati, khususnya bagi wanita akan berjalan sangat anggun dan lemah lembut kelihatannya.

Diera modern kain jarik akan digunakan sebagai bawahan dari busana kebaya.

7. Kain Tapih Pinjung

warna Kain Tapih Pinjung pakaian adat jawa tengah
sumber : https://www.yuksinau.id/

Pasangan untuk busana kebaya yaitu kain tapih pinjung atau kain sinjang jarik yang dililitkan pada bagian pinggang dari kiri ke kanan.

Untuk menguatkan lilitan pada pinggang pengguna maka harus menggunakan stagen yang juga dililitkan di bagian perut berkali-kali sesuai ukuran panjang stagen.

Stagen kemudian ditutupi kain atau selendang pelangi yang berwarna cerah agar tidak terlihat dari luar.

8. Stagen

stagen dari pakaian adat jawa tengah
sumber : https://www.yuksinau.id/

Stagen adalah sebuah kain yang digulung setelah memakai kain tapih pinjung untuk menahannya agar tidak jatuh ketika digunaka.

Stagen termasuk dalam pelengkap baju adat saat menggunakan beskap dan kebaya.

Stagen sama halnya dengan kemben yaitu kain panjang yang digulung. Pakaian dalam in juga digunakan untuk terapi perut agar tidak terlalu besar.

Namun, zaman sekarang bahan dasar dari kain stagen sudah jarang ditemukan.

9. Kuluk atau Kupluk atau Kopiah atau topi

topi dari pakaian adat jawa tengah
sumber : https://id.carousell.com/

Penutup kepala yang terkesan kaku dan tinggi.

Fungsinya sama seperti blankon. Kuluk khusus digunakan oleh kaum pria saat menggunakan baju tradisional.

Dahulu kuluk atau penutup kepala hanya boleh digunakan raja saat menghadiri upacara atau acara tertentu.

10. Surjan

Surjan pakaian dari adat jawa tengah
sumber : https://www.yuksinau.id/

Surjan merupakan salah satu model baju adat khususnya di Jawa Tengah.

Pada umumnya surjan akan dikenakan oleh kaum pria tapi terkadang tidak sedikit wanita merancang surjan dalam bentuk kebaya agar bisa digunakan.

Pemakaian surjan dilengkapi dengan kain jarik dan blangkon dan digunakan saat upacara adat atau acara adat tertentu.

Jenis surjan yang pertama kali dibuat yaitu surjan lurik.

Yang dibuat oleh Sunan Kalijaga untuk pakaian Takwa.

Kata lurik berarti garis-garis yang menyimbolkan kesederhanaan yang berasal dari kata lorek.

Lurik biasa digunakan oleh para pekerja di keraton dengan lurik yang besar maka semakin tinggi juga jabatan si pemakai.

Motif surjan juga mengalami perkembangan, mulai dari motif garis-garis yang dibuat membujur, hingga motif kotak-kotak yang dikombinasikan dengan garis vertikal dan garis horisontal.

Kemudian ada juga motif surjan ontrokusuma, yang bermotif bunga.

Material kain khusus digunakan dalam pembuatan surjan ontrokusuma , yaitu kain sutra yang sudah bermotif berbagai macam bunga yang beraneka ragam.

Surjan ontrokusuma hanya digunakan oleh kalangan bangsawan keraton dan pejabatnya, dan masyarakat umum tidak diperbolehkan untuk memakai pakaian ini tanpa seizin pihak keraton.

Selanjutnya ada surjan motif jaquad dan motif yang terakhir. Motif ini seperti kebalikan dari motif ontrokusuma, jika motif tersebut gambaran bunga dan warnanya begitu terlihat tidak dengan motif jaquad.

Motif jaquad memang bermotif dasar bunga tapi tidak tegas, warnanya pun tidak mencolok.

11. Kemben

untuk dalaman kember pakaian adat jawa tengah
sumber : https://www.lazada.co.id/

Kemben adalah kain panjang yang berfungsi menutupi dada seorang wanita.

Kemben digunakan dengan cara dililitkan pada bagian depan dada wanita sampai pinggul.

Sebenarnya kemben hanyalah pelengkap pakaian adat, tapi pakaian satu ini sudah dari dulu digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah.

12. Keris

tambahan keris pakaian adat jawa tengah
sumber : https://www.youtube.com/

Keris memang bukanlah pakaian adat.

Tapi keris sudah jadi barang wajib dalam pemakaian pakaian adat Jawa Tengah.

Keris adalah salah satu senjata tradisional bahkan disebut senjata pusaka dalam budaya Jawa.

Pada abad ke-9 lampau, senjata keris sudah ada di Pulau Jawa, dan hingga pada abad ke-14 senjata pusaka satu ini dijadikan lambang kebesaran di Nusantara.

Bukan hanya dalam budaya Jawa menjadikan keris sebagai senjata pusakanya, misalnya seperti Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi hingga Pulau Kalimantan menjadikan keris sebagai lambang daerah masing-masing.

Seiring perubahan zaman, keris digunakan sebagai aksesoris tambahan pada pakaian adat Jawa.

Penggunaan keris pada pakaian adat Jawa Tengah mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

a. Simbol Kejantanan

Orang Jawa mengenal keris sebagai senjata yang sakit bagi mereka.

Sebab itulah keris akan disematkan pada pakaian adat Jawa Tengah yang akan menyimbolkan “kejantanan” seorang pria.

Penyematan keris akan menunjukkan pengantin pria terlihat mempunya kejantanan yang tidak terkalahkan.

b. Perwakilan Jati Diri

Selain melambangkan kejantanan pada pengantin pria, keris yang disematkan pada pakaian adat juga memberi kesan sebagai perwakilan jati diri dari penggunanya.

Jati diri yang dimaksud yakni mengandung makna agar seseorang saling mengingatkan agar tidak mempunyai sifat yang tidak baik.

Seperti, emosional, beringas, pemarah, sewenang wenang, mau menang sendiri dan adigan adigun adiguna.

Akan ada hiasan untaian melati yang dipasang pada keris mengandung makna tersebut.

c. Perwakilan Diri

Karena dianggap sebagai benda atau senjata pusaka maka jika seorang pria atau pengantin berhalangan hadir saat acara penerimaan tamu, maka pengganti bisa digantikan oleh sebuah keris.

Hal ini yang dianggap sebagai perwakilan diri yang cukup untuk menggantikan pengantin pria.

Fungsi pakaian memang cukup beragam apalagi bagi para bangsawan.

Pakain akan difungsikan sebagai hal yang estetik, religius, melambangkan strata sosial dan simbolik.

Contoh fungsi estetisnya adalah menghiasi tubuh agar terlihat lebih bagus dan menarik.

Sekian dulu pembahasan mengenai pakaian adat Jawa Tengah.

Atlanditor Indiron Tana

Dia dhuit! Hallo dalam bahasa Indonesia. Saya senang menulis apa saja yang saya sukai. Serta membaca novel dengan berbagai genre

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar