Pakaian adat

Pakaian adat merupakan salah satu ekspresi jati diri kedaerahan sebagai identitas kebanggaan nasional.

Busananya mewakili tradisi kebudayaan setiap suku bangsa atau kelompok etnis, faktor wilayah geografis, serta periode waktu tertentu.

Bahkan status sosial, perkawinan, atau agama ditunjukkan melalui keberagaman corak dan jenisnya, saat dipakai di acara-acara istimewa.

Mengingat provinsi di Tanah Air ini berjumlah 34 dengan beberapa suku dalam masing-masing wilayah, tentunya ada banyak pakaian adat pula di sana.

Maka untuk mengetahui kesemua itu beserta fungsi dan ciri khasnya, simak penjelasannya di bawah ini:

Pakaian Adat di Indonesia

1. Nanggroe Aceh Darussalam (Ulee Balang)

pakaian adat Ulee Balang
Sumber: https://www.idntimes.com

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan asal dari pakaian adat tradisional bernama Ulee Balang.

Hanya keluarga rajalah yang mula-mula memakai pakaian adat ini.

Kendati busana ini lambat laun berubah menjadi pakaian adat tradisional Aceh.

Menurut tradisi setempat, Peukayan Linto Baro merupakan atasan lengan panjang dengan bahan sutra yang dikenakan oleh kaum pria setempat.

Sedangkan Sileuweu, kain tenun berwarna hitam digunakan untuk bawahannya.

Ditambah Meukeutop atau penutup kepala, dan hiasan senjata khas Tanah Rencong.

Sementara bagi wanita Aceh, pakaian adatnya berupa Baju Kurung dan Celana Cekak Musang, yang diadaptasi dari kebudayaan Melayu, Tiongkok, dan Arab.

2. Sumatera Utara (Ulos)

pakaian adat berbahan Ulos
Sumber: https://moondoggiesmusic.com

Batak merupakan salah satu suku yang paling dominan di antara banyak etnis dalam Provinsi Sumatra Utara.

Itulah sebabnya Kain Ulos terkenal menjadi bahan pakaian adat Sumatra Utara.

Berbahan dasar sutra, kain bermotif Gorga ini ditenun menggunaan alat tradisional.

Masyarakat Suku Batak biasanya memakai Ulos sebagai selempang baju.

Kaum pria Batak Toba memakai kemeja dan jas hitam sebagai atas, sementara wanita mengenakan kebaya cerah atau merah.

3. Sumatera Barat (Bundo Kanduang)

pakaian adat bernama Bundo Kanduang
Sumber: https://www.sejarah-negara.com

Bundo Kanduang adalah pakaian adat dari Suku Minangkabau di Sumatra Barat.

Baju untuk kaum pria Padang ini terdiri dari atasan Teluk Belanga dengan bawahan celana panjang, lalu peci sebagai penutup kepala.

Sementara para wanita mengenakan kebaya panjang, kain sarung, dengan kain yang dililitkan di kepala sebagai penutup kepala.

4. Sumatera Selatan (Aesan Gede)

pakaian adat bernama Aesan Gede
Sumber: https://backpackerjakarta.com

Masyarakat Sumatra Selatan menggunakan Aesan Gede sebagai baju adat untuk upacara pernikahan.

Penggunaan ini menyangkut julukan Pulau Emas atau Swarnadwipa bagi Sumatra, yang terlihat dari adanya perhiasan beraksen keemasan sebagai aksesorisnya.

Para pria Palembang menggunakan semacam penutup untuk kepala mereka, sementara kaum wanita mengenakan Siger (mahkota).

Warna-warna pada Aesan Gede antara lain merah, emas, atau kejinggaan sebagai warna cerahnya.

5. Riau (Melayu)

ciri khas pakaian suku Melayu di riau
Sumber: https://rimbakita.com

Suku Melayu merupakan etnis terbesar di Provinsi Riau.

Tak mengherankan apabila budaya khas Melayu pun sedemikian identik dengan baju adat di sana.

Baju untuk para pria terdiri dari Baju Kurung Cekak Musang yang berasal dari kain berkualitas seperti satin dan sutra, serta sarung dan kopyah.

Sementara kaum wanitanya menggunakan Kebaya Laboh.

6. Kepulauan Riau

a. Teluk Belanga

pakaian adat Teluk Belanga
Sumber: https://seringjalan.com

Pakaian tradisional dari Kepulauan Riau satu ini hanya dikenakan oleh para pria.

Jambi, Riau, dan sekitarnya juga menjadikan baju Melayu ini sebagai ikon pakaian adat mereka.

Kendati demikian, tentu saja terdapat keunikan tersendiri pada Teluk Belanga di wilayah kepulauan ini.

Umumnya, motif yang polos dan warna tak mencolok adalah karakteristik Teluk Belanga.

Terdapat kain sarung sebatas lutut juga pada bagian bawah, dengan Tanjak sebagai aksesorisnya.

Penutup kepala ini berbentuk songkok (peci) yang terbuat dari kain songket segi empat yang diikat.

Hanya pada saat-saat penyelenggaraan upacara resmi, seperti acara adat dan kenduri sajalah Tanjak baru digunakan.

b. Kebaya Labuh

pakaian adat Kebaya Labuh
Sumber: https://seringjalan.com

Jika para pria memiliki Teluk Belanga, maka ada Kebaya Labuh sebagai pakaian tradisional bagi kaum wanita Kepulauan Riau.

Masyarakat setempat lazim mengenakan baju ini dalam upacara adat dan acara resmi, sebagaimana lebih-kurang terlihat melalui gambar di atas.

Bila diperhatikan dengan saksama, tak ada perbedaan yang cukup jauh antara bentuk pakaian Kebaya Labuh dan kebaya pada umumnya.

Hanya saja, ukuran yang lebih panjang menjuntai sampai ke bawah lututlah pembedanya.

Desain keseluruhannya pun terbilang sederhana, dengan pengait berupa peniti dan tiga buah kancing di bagian depan.

Jumlah kancing ini menyebabkan bagian bawah pakaian tampak lebih terbuka dan melebar.

7. Jambi (Melayu Jambi)

ciri khas pakaian adat suku melayu di jambi
Sumber: http://incung.blogspot.com

Para pria dan wanita Jambi sama-sama menggunakan setelan kain beludru sebagai pakaian adat tradisional mereka.

Perbedaannya ada pada ketiadaan lengan pada baju adat wanita, sementara kaum pria dengan baju kurung tanggung berbahan beludru mereka.

8. Bangka Belitung (Paksian)

pakaian adat Paksian
Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id

Bangka Belitung mengenalkan Paksian sebagai baju tradisional khas mereka.

Ada dua warna yang dimanfaatkan dalam baju adat ini, yakni merah dan ungu.

Masyarakat membagi penggunaan pakaian menjadi baju kurung berbahan sutra atau beludru dan mahkota Paksian untuk wanita, sementara baju tertutup dengan sorban sungkon untuk pria.

9. Bengkulu (Melayu)

ciri khas pakaian adat melayu bengkulu
Sumber: http://alkhalifiahza2.blogspot.com

Memang, ada kemiripan antara pakaian adat Bengkulu dan busana Melayu Jambi jika dilihat secara sekilas.

Namun, masih ada penggunaan warna merah yang bisa diidentikkan dari Melayu Bengkulu.

Ditambah adanya corak khas nun istimewa pada penutup dan hiasan kepala para pria dan wanitanya.

10. Lampung (Tulang Bawang)

pakaian adat Tulang Bawang
Sumber: https://www.yuksinau.id

Setelan dengan dominasi warna putih merupakan ciri khas khusus busana daerah “Tulang Bawang” di Provinsi Lampung.

Para pria menambahkan penutup kepala serta lilitan kain tapis, sementara kaum wanitanya mengenakan Siger (mahkota) berhiaskan emas.

11. DKI Jakarta (Betawi)

pakaian adat Betawi
Sumber: https://santinorice.com

Kebaya Encim berwarna terang untuk wanita adalah ciri khas baju adat Betawi dari DKI Jakarta.

Sementara jas hitam dan bawahan kain batik yang melilit bagian pinggang identik dipakai oleh kaum pria.

12. Banten (Pangsi)

pakaian adat Pangsi
Sumber: https://www.sejarah-negara.com

Setelan kemeja polos dan celana longgar dengan panjang tidak lebih dari mata kaki dikenal dengan nama Pangsi di Banten.

Sejumlah suku di Indonesia (terutama Betawi dan Sunda) menjadikan baju ini sebagai pakaian khas yang umum dipakai oleh laki-laki di daerah mereka.

13. Jawa Barat

a. Kebaya Sunda

pakaian adat Kebaya Sunda
Sumber: https://www.idntimes.com

Kebaya Sunda dari Jawa Barat mempunyai ciri khas warna terang pada pakaiannya, seperti putih cerah, ungu, dan merah marun.

Sedangkan jas beludru bersulam benang emas digunakan oleh pria-pria Sunda.

b. Bedahan

pakaian adat Bedahan
Sumber: https://cibungurmaranggi.wordpress.com

Jika daerah lain mengkhususkan baju adat hanya untuk kalangan bangsawan, maka Bedahan bukan salah satunya.

Beragam kelas kalangan dari kaum bangsawan hingga masyarakat biasa menggunakan pakaian adat Jawa Barat ini.

Kendati tetap ada baju adat yang berbeda-beda pada tiap-tiap kalangan untuk para laki-laki dan kaum perempuan.

Penggunaan bahan dan corak dapat memperlihatkan perbedaan di antara mereka.

14. Jawa Tengah (Kebaya model Jawa)

pakaian adat Kebaya model Jawa tengah
Sumber: https://www.3kencanafoto.com

Jawa Tengah mempunyai baju adat khas dengan ciri khas tampilan yang didominasi warna coklat dan hitam.

Aksesoris yang melengkapinya berupa jarik, batik, surjan, dan senjata keris.

15. DI Yogyakarta (Kesatrian Paes Ageng)

pakaian adat Kesatrian Paes Ageng
Sumber: https://tirasennawedding.blogspot.com

Baju tradisional Jogja yang dikenal bernama Kesatrian Ageng terdiri dari lilitan kain batik hingga dada.

Kain beludru panjang warna hitam bersulam benang emas digunakan untuk versi Kesatrian yang lebih tertutup.

Sepotong pakaian adat sebagai perlambang keanggunan dan keberanian.

16. Jawa Timur (Pesa’an Madura)

pakaian adat Pesa’an
Sumber: https://tengahviral.com

Masyarakat Madura di Jawa Timur menggunakan pakaian tradisional khas untuk sejumlah acara penting mereka, seperti upacara pernikahan atau acara penting lain.

Walau pakaian ini bisa pula dipakai untuk kegiatan harian oleh orang-orang Madura pada masa lalu.

Setelan untuk para pria adalah kaos bermotif garis-garis merah dan putih sederhana dengan celana longgar.

Sementara Kebaday berwarna cerah mencolok digunakan oleh para wanita sebagai pasangannya.

Jas polos, kain panjang, dan tutup kepala (odheng) yang menjadi tambahan pada pakaian untuk pria menyimbolkan derajat kebangsawanan pemakainya.

17. Bali

Provinsi dengan kekayaan nilai-nilai budaya ini memiliki keragaman pakaian adat, dengan warna dan corak yang sangat kental.

a. Safari

pakaian adat Safari
Sumber: https://www.indozone.id

Jas lengan pendek yang disebut dengan Safari ini merupakan pakaian adat khusus untuk pria Bali.

Warna-warna pada Safari umumnya netral, seperti krem, putih, dan cokelat.

b. Kebaya

pakaian adat Kebaya khas Bali
Sumber: https://www.kompasiana.com

Jika pria Bali punya Safari dengan warna netralnya, maka ada Kebaya untuk wanita dengan warna cerahnya.

Saat mengenakan baju ini, keanggunan mereka kian meningkat saat ditambah kain yang dililitkan di pinggang.

Corak atau ornamen pada sejumlah baju adat Bali menimbulkan perbedaan antara satu sama lain yang sekilas tampak sama.

Perbedaan ini berdasarkan upacara yang sedang diselenggarakan, kelas sosial, usia, dan jenis kelamin.

18. Nusa Tenggara Barat

Suku Sasak yang mendiami Lombok, salah satu pulau di Nusa Tenggara Barat (NTB) memberikan citra identik tersendiri mengenai pakaian adat di sana.

Kain tenun khas Suku Sasak pun ditambahkan pada baju adat berbahan satin dan sutra ini.

Baju adat ini bisa ditemui saat penyambutan tamu dan upacara adat Nyongkol atau Mendakin.

a. Lambung untuk Wanita

pakaian adat Lambung
Sumber: https://katalog.oleholehkhaslombok.net

Pakaian wanita Suku Sasak yang disebut Lambung ini punya ciri khas kerah serupa huruf V dengan hiasan di tepian bajunya.

Kemudian dilengkapi dengan Tangkong, Pangkak (mahkota emas), Tongkak (kain sabuk), Kereng (kain tenun), Lempot (selempang), dan aksesoris lain.

b. Pegon untuk Pria

pakaian adat Pegon
Sumber: https://www.indozone.id

Sementara Lambung dikhususkan bagi para wanita, kaum laki-laki mengenakan Pegon sebagai baju adat mereka.

Penggunaan jas yang mengambil referensi model dari Eropa disebabkan oleh adaptasi kebudayaan Eropa dan Jawa.

Pegon pun dilengkapi Leang atau Dodot (kain songket) untuk tempat keris, Cappug (mahkota), dan Kain Wiron.

19. Nusa Tenggara Timur

Dari Suku Rote, Sabu, Helong, Sumba, Dawan, Lio, dan Manggarai yang dimiliki Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) empat pakaian adat khas di antaranya adalah:

a. Pakaian Adat Suku Rote (Ti’langga)

pakaian adat Ti'i’ Langga
Sumber: https://rheregina.blogspot.com

Suku Rote menyebut pakaian adat mereka Ti’i langga.

Berupa topi yang memiliki kekhasan Meksiko pada bentuknya dengan daun lontar kering sebagai bahan pembuatannya.

b. Suku Sabu

pakaian adat Nusa Tenggara Timur
Sumber: https://travelingyuk.com

Pria-pria Suku Sabu memakai kemeja putih berlengan panjang sebagai atasan, ditambah ikat kepala dan selendang tenun.

Para wanitanya, mengenakan kain tenun dan kebaya di pinggang.

c. Suku Helong

pakaian adat Suku Helong
Sumber: https://bangwin-ntt.com

Kemben, kebaya, dan hiasan kepala dengan bentuk bulan sabit adalah baju adat khusus wanita suku ini.

Sedangkan para prianya menggunakan Baju Bodo/kemeja, selimut besar sebagai bawahan di pinggang, lalu Habas (kalung), dan Destar (ikat kepala).

d. Suku Dawan

pakaian adat di Nusa Tenggara Timur
Sumber: https://rheregina.blogspot.com

Amarasi adalah baju adat Suku Dawan di NTT.

Baju Bodo/kemeja, selimut kain tenun ikat, aksesoris seperti kalung, Gelang Timor, ikat kepala, dan Muti Salak (kalung) diutamakan dikenakan oleh pria.

Lalu selendang, sarung tenun, dan kebaya, ditambah tusuk konde, Kalung Muti Salak, sisir emas, dan gelang sebagai hiasan hanya diperuntukkan para wanita.

20. Kalimantan Tengah (Baju Sangkarut/Upak Nyamu)

pakaian adat Kalimantan Tengah
Sumber: https://kataomed.com

Upak Nyamu yang berasal dari kulit kayu nyamu ini kadang dibentuk semacam rompi, atau menyerupai baju tak berlengan.

Hiasan berupa manik-manik merah, putih, dan kuning yang cantik untuk Upak Nyamu wanita.

21. Kalimantan Barat (Baju Perang)

Pakaian adat Kalimantan Barat terbagi dalam dua jenis, yakni King Baba (untuk laki-laki) serta King Bibinge (untuk perempuan).

a. King Baba

pakaian adat King Baba
Sumber: https://rimbakita.com

Bentuk King Baba serupa rompi, ditambah kulit kayu Kapuo sebagai bahan khas untuk kainnya, dan manik-manik merah dan jingga sebagai hiasannya.

b. King Bibinge

pakaian adat King Bibinge
Sumber: https://www.artisanalbistro.com

Walau proses dan bahan pembuatan King Bibinge tidak berbeda jauh dari King Baba, desainnya lebih sopan karena menutup dada, dengan ikat kepala bulu burung enggang berbentuk segitiga sebagai hiasannya.

Ditambah Jarat Tangan (gelang tangan) dari akar tanaman yang dipintal sebagai perhiasan penolak bala.

22. Kalimantan Selatan (Bagajah Gamuling Baular Lulut)

pakaian adat Bagajah Gamuling Baular Lulut
Sumber: https://bajuadatradisional.blogspot.com

Suku Banjar di Kalimantan Selatan menamakannya demikian sebagai pakaian pengantin tradisional mereka.

Bawahan berupa lilitan kain sasirangan khusus dikenakan oleh pria, ditambah aksesoris berupa keris dan kalung bunga sebagai perhiasan.

Kemudian wanita-wanitanya akan memakai balutan kain yang menutup hingga dada layaknya gaun.

23. Kalimantan Timur (Baju Kustin)

pakaian adat Kustin
Sumber: https://borneochannel.com

Tampilan pakaian adat Kalimantan Timur atau Kustin ini hampir menyerupai Upak Nyamu.

Bahan pembuatannya berasal dari kulit kayu berhiaskan manik-manik.

24. Kalimantan Utara

Pakaian adat Suku Dayak di Provinsi Kalimantan Utara disebut Ta’a (bagi perempuan) dan Sapai Sapaq (untuk laki-laki).

Keduanya memiliki ciri khas tampilan dengan warna, model, dan motif yang menarik.

a. Sapei Sapaq

pakaian adat Kalimantan Utara
Sumber: http://nonaborneoaf21.blogspot.com

Kendati bahan, model, dan motifnya mirip Ta’a, bawahan gulungan selendang menyerupai celana dalam pada pakaian ini akan membedakannya.

Namun, bawahan yang dianggap kurang sopan seiring berlalunya waktu tersebut kini diganti celana pendek hitam.

Aksesoris senjata berupa perisai perang; mandau di pinggang; dan kalung dari tulang, taring babi, atau biji-bijian melengkapi Sapei Sapaq.

b. Ta’a

pakaian adat Kalimantan Utara
Sumber: https://borneochannel.com

Kalin beludru hitam yang dilengkapi manik-manik merupakan bahan untuk membuat Ta’a.

Baju ini berupa rompi tak berlengan, serta rok dengan warna yang sama, dikenakan bersama gelang, kalung, manik-manik, dan penutup kepala berhiaskan bulu Burung Enggang.

Ada motif Burung Enggang dan Harimau atau hewan lain (bangsawan), serta tumbuhan (rakyat biasa) pada pakaian adat Kaltara.

25. Sulawesi Barat (Lipa Saqbe dari Mandar)

pakaian adat Lipa Saqbe dari Mandar
Sumber: https://bajukaospriaberkerah.blogspot.com

Lipa Saqbe Mandar dikenal sebagai baju tradisional Provinsi Sulawesi Barat.

Pakaian Mandar ini terdiri dari baju berlengan pendek bagi wanita dan jas untuk pria.

Warna-warna yang dipakainya seperti ungu, hijau, merah, dan putih, serta bawahan berupa kain tenun sewarna yang melilit pinggang.

26. Sulawesi Utara (Laku Tepu)

pakaian adat Laku Tepu
Sumber: https://borneochannel.com

Masyarakat Sulawesi Utara biasa mengenakan Laku Tepu untuk upacara Tulude.

Pakaian ini terbuat dari Serat Kofo (serat pisang), karena dikenal kuat dan mudah dipintal menjadi bentuk pakaian.

Warna-warna dasar Laku Tepu biasanya kuning, hijau, dan merah, dengan penambahan tutup kepala khusus untuk pria.

27. Sulawesi Tengah (Nggembe)

pakaian adat di Sulawesi Tengah
Sumber: https://www.tradisikita.my.id

Nggembe, pakaian Suku Kaili dari Sulawesi Tengah ini berbahan kain lembut yang dibentuk baju lengan panjang.

Kemudian, ditambah bordir berbentuk bunga dan manik-manik cantik untuk hiasan di bagian dada.

28. Sulawesi Selatan (Bodo)

jenis pakaian adat di Sulawesi Selatan
Sumber: https://faizalnizbah.blogspot.com

Perempuan Suku Bugis Provinsi Sulawesi Selatan menyebut pakaian adat tradisional mereka Baju Bodo.

Bahan Organza dengan potongan sederhana dan berlengan pendek adalah ciri khasnya.

Warna cerahnya begitu mencolok, ditambah aksesoris berupa kalung dan hiasan kepala.

Baju Bodo dikenal pula sebagai salah satu busana tertua di dunia.

Sebagaimana pakaian dari Suku Toraja yang juga cukup dikenal luas.

29. Sulawesi Tenggara (Kinawo Suku Tolaki)

pakaian adat Kinawo Suku Tolaki
Sumber: https://gpswisataindonesia.info

Kinawo (kulit kayu), hasil karya Suku Tolaki ini merupakan pakaian adat Sulawesi Tenggara.

Pakaian adat yang biasa dikenakan untuk baju harian ini dibuat dari kulit kayu Usongi, Otipulu, Dalisi, dan Wehuka.

Abu dapur digunakan dalam perebusan kulit-kulit tersebut, lalu direndam, dan dipukul-pukul sampai seratnya didapatkan.

Proses yang disebut ‘Monggawo’ ini berarti membuat Kinawo atau bahan pakaian.

30. Gorontalo (Makuta dan Billiu)

pakaian adat Makuta dan Billiu
Sumber: https://borneochannel.com

Pakaian adat Gorontalo secara umum disebut Billu (untuk kaum hawa) dan Makuta (untuk kaum adam).

Kedua baju khas ini hanya digunakan untuk beberapa acara adat atau sakral saja oleh penduduk setempat.

Warna-warna dasarnya terdiri dari tiga jenis dengan arti yang berbeda-beda, yakni kuning keemasan, hijau, dan ungu.

Desainnnya pun cenderung sederhana, dengan aksen khas di bagian dada serta mahkota dan penutup kepala.

Kendati akan tampak mewah saat digunakan, karena penambahan aksesoris pendukung untuk mempercantik penampilan.

31. Maluku Utara (Manteren Lamo)

pakaian adat Manteren Lamo
Sumber: https://bajugamiscouple.blogspot.com

Pakaian adat tradisional Maluku Utara yang disebut Manteren Lamo ini terdiri dari celana hitam panjang dengan bis merah memanjang dari atas sampai bawah.

Atasannya berupa jas tertutup dengan sembilan kancing besar dari bahan perak.

Hanya pada bagian ujung tangan, saku, dan leher jas saja yang berwarna merah.

32. Maluku (Cele)

pakaian adat Cele
Sumber: https://www.idntimes.com

Warna merah dan putih mendominasi Cele, pakaian adat Maluku dengan motif khas berupa garis-garis geometris.

Warna dan motif pada sarung sebagai bawahan baju untuk upacara adat ini tak jauh berbeda dengan atasannya.

33. Papua Barat (Ewer)

pakaian adat Papua Barat
Sumber: https://bajugamitop.blogspot.com

Ewer terbuat dari jerami atau serat kering sebagai bawahan rok untuk para perempuan, dilengkapi atasan baju kurung berbahan beludru dengan rumbai bulu di tepi lengan, leher, atau pinggang.

Beragam aksesoris seperti gelang, kalung, dan penutup kepala juga menambah kelengkapannya.

Model tertutup juga digunakan untuk Ewer para pria, dengan celana pendek sebatas lutut dan kain penutup yang menjuntai di bagian depan sebagai bawahannya.

Batas kain berwarna terang menghiasi tepian tiap-tiap potong Ewer pria, baik celana, rompi, maupun kain penutup.

34. Papua (Koteka)

pakaian adat Koteka
Sumber: https://artworld.indeksnews.com

Dalam budaya sebagian penduduk asli Pulau Papua, Koteka adalah pakaian penutup kemaluan laki-laki.

Bahannya dari labu air tua yang isi dan bijinya telah dikeluarkan, menyisakan kulit yang kemudian dijemur.

Salah satu suku yang mendiami Kabupaten Paniai di Papua memiliki bahasa yang menjadi muasal kata “Koteka” ini, dengan makna harfiah ‘pakaian’.

Sementara sebagian suku di Pegunungan Jayawijaya menggunakan kata Holim atau Horim untuk menyebutkannya.

Kaitan antara ukuran dan bentuknya lebih pada aktivitas pengguna.

Kini, Koteka kian kurang populer dipakai sehari-hari, kecuali di kawasan pegunungan seperti Wamena.

Setidaknya masih ada beragam-macam pakaian adat dalam tiap-tiap provinsi tersebut sesuai ciri khas masing-masing.

Maka keberagaman ini layaknya terus dilestarikan, agar generasi selanjutnya tidak melupakan akar kebudayan leluhur mereka.

Miftachul Arifin

Peminat genre fantasi dalam perbukuan, penulisan, dan perfilman yang ingin terus belajar berkarya. Saya pun penggemar musik-musik orkestra, terutama dari biola, cello, dan piano.

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar