Rumah Adat Sulawesi Tengah

Rumah adat memiliki filosofi yang menyangkut aspek kehidupan bermasyarakat zaman dulu hingga kini.

Di Sulawesi Tengah rumah adatnya ada tiga yang digunakan berdasarkan fungsi, manfaat dan kegunaannya.

Yakni Rumah Tambi, Rumah Souraja dan Rumah Lobo.

Rumah adat di Sulteng sudah menjadi cagar budaya yang diberi perhatian dan perawatan secara maksimal dari pemerintah setempat.

Upaya tersebut bertujuan agar tetap terjaganya nilai-nilai sejarah yang ada.

Di masa lalu rumah-rumah tradisional tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.

Seperti tempat tinggal untuk bangsawan, tempat upacara adat, dan tempat tinggal untuk segala golongan.

Namun, sekarang hunian klasik tersebut beralih fungsi menjadi objek wisata yang menjadi ikon suatu daerah.

Banyak yang perlu dipelajari dari rumah adat yang ada di Sulteng, misalnya bentuk, warna dan estetika.

Berikut daftar rumah adat Sulawesi Tengah beserta penjelasannya.

Jenis Rumah Adat Sulawesi Tengah

1. Rumah Adat Tambi Sulawesi Tengah

salah satu rumah adat sulawei tengah
sumber : https://pewartanusantara.com/

Suku Lore tinggal didaerah sekitar Lembah Bada yang dikelilingi pegunungan tepat di sebelah selatan Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah.

Masyarakat mengembangkan desain rumah yang diwariskan oleh leluhur mereka disebut Rumah Adat Tambi.

Dahulu pembagian rumah di Sulawesi Tengah berdasarkan golongan.

Untuk Rumah Tambi diperuntukkan bagi semua golongan atau semua lapisan masyarakat di Sulteng.

Artinya tambi dapat digunakan sebagai tempat tinggal raja bangsawan maupun rakyat biasa.

Perbedaan antara Rumah Tambi raja dan rakyat jelata terletak hanya pada bubungan rumah yakni ada atau tidaknya kepala atau tanduk kerbaunya.

Pemilik Rumah Adat Tambi dapat dilihat dari bubungan atau atap pemiliknya.

Jika pemiliknya raja atau bangsawan maka di atas bubungannya ada tanduk kerbau.

Dan jika pemiliknya rakyat biasa tidak akan diizinkan memasang tanduk kerbau.

Secara umum tambi yang ada di Lembah Bada ini berukuran antara 5×6 m2 hingga 6×9 m2.

Di dalam Rumah Tambi hanya terdapat satu ruangan disebut lobona, dan tidak memiliki kamar-kamar.

Lobona berfungsi sebagai ruang tamu bagi kalangan dekat.

Meskipun tidak memiliki kamar-kamar tetap lobona dipasang dinding.

Di bagian dalam dinding tambi akan dipasang asari yang memiliki banyak fungsi seperti tempat tidur, wadah penyimpanan benda pusaka atau barang berharga.

Asari yang digunakan sebagai tempat tidur akan dibatasi dengan sampiran.

Rumah ini tidak boleh membelakangi atau menghadap arah matahari.

Alias Rumah Tambi harus dibuat menghadap ke Selatan atau Utara.

Pada bagian tengah Rumah Tambi, di ruang tengah lobona terdapat sebuah dapur dengan ukuran 1×1,5 m2 yang diberi nama rapu.

Dapur ini difungsikan secara ganda, selain tempat memasak.

Rapu juga digunakan sebagai alat penerangan di malam hari dan alat pemanas ruangan saat musim dingin tiba.

a. Arsitektur Bangunan 

Arsitektur Bangunan Rumah Adat Tambi Sulawesi Tengah yaitu
sumber : https://www.youtube.com/

Rumah Tambi yaitu rumah diatas tiang yang terbuat dari kayu bonati dengan bentuk luar segi empat dan atap segitiga.

Ada kalanya atap tambi terbuat dari ijuk atau rumbia tergantung pemiliknya.

Begitupun dengan ukuran rumah tergantung kemampuan pemiliknya.

Bentuk pintu rumah mengikuti bentuk luarnya yaitu segi empat dan menghadap ke depan.

Anak tangga rumah berjumlah 3-5 buah tergantung tingginya rumah dan terbuat dari kayu keras bulat dan ditakik.

Rumah suku Lore ini tidak memiliki dinding luar hanya terdapat atap yang menjuntai berfungsi sebagai dinding penutup bangunan.

Namun, pada bagian dalam terdapat dinding dalam sebagai pembatas ruangan.

Kemudian tangga yang terbuat dari material kayu dopi bulat dengan kemiringan kurang lebih 50-60 derajat.

Desain Rumah Tambi kurang efektif untuk iklim tropis dataran tinggi.

Karena keterbatasan elemen-elemen rumah dalam melindungi penghuninya dari temperatur rendah.

b. Ciri khas dan Keunikan Rumah Adat Tambi Sulawesi Tengah

Ciri khas dan Keunikan Rumah Adat Tambi Sulawesi Tengah yaitu bentuknya
sumber : https://travel.detik.com/

Ciri khas dan keunikan Rumah Tambi tergambar jelas dari arsitektur rumah tersebut.

Ragam hiasnya berbentuk ukiran dengan motif flora dan fauna.

Yang dipahat oleh pemahat yang ahli dalam memahat ragam hias.

Berikut penjelasan dari ukiran yang ada di Rumah Tambi.

Ragam hias pada Rumah Tambi diberi nama Pebaula, berbentuk kepala dan tanduk kerbau.

Pebaula di tambi melambangkan kekayaan raja dan bangsawan yang memiliki banyak kerbau.

Sedangkan Pebaula pada rumah lainnya melambangkan banyakknya kerbau yang di Lembah Bada, yang menunjukkan kekayaan di daerah tersebut.

Pada tampi gampiri/buho (tempat penyimpanan padi suku Lore) ukirannya atau gambar disebut bati.

Ukiran yang berbentuk kepala kerbau, babi dan ayam.

Babi menyimbolkan kekayaan, kesejahteraan, dan kesuburan pemiliknya.

Pada tampi ponembaa (rumah tampi untuk ibadah) ukirannya disebut bangkoilo.

Yang berbentuk ayam jantan yang melambangkan sanksi atas pengakuan Petrus yang menyangkal ajaran Yesus.

Sebelum ayam berkokok tiga kali, telah bertaubat atas kesalahannya yang menyangkal ajaran Yesus.

Keunikan rumah tradisional dari Sulawesi Tengah ini yaitu :

  1. Rumah untuk masyarakat umum
  2. Rumah panggung dengan ukuran yang kecil
  3. Beratap ijuk atau rumbia
  4. Jumlah anak tangga ganjil-genap

c. Filosofi Rumah Adat Tambi Rumah Adat Tambi Sulawesi Tengah

Filosofi Rumah Adat Tambi Rumah Adat Tambi Sulawesi Tengah mengandung berbagai aspke
sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Pembangunan Rumah Tambi mengandung macam-macam elemen dengan deskripsi kehidupan masyarakat suku Lore.

Dengan ciri-ciri tampak depan rumah yang didominasi bentuk persegi panjang dan segitiga.

Dimana segitiga bermakna adanya relasi antara manusia dan supernatural.

Relasi tersebut mempunyai keterkaitan yang digambarkan dengan pola segitiga yaitu relasi vertikal dan relasi horizontal.

Relasi horizontal mencerminkan hubungan antar manusia dan sesamanya.

Dan untuk relasi vertikal melambangkan hubungan antar manusia dan Sang Pencipta.

2. Rumah Adat Souraja Sulawesi Tengah

Rumah Adat Souraja Sulawesi Tengah
sumber : https://kailipgsd13.wordpress.com/

Jika Rumah Tambi diperuntukkan bagi semua golongan berbeda dengan Rumah Souraja yang hanya boleh digunakan oleh raja atau bangsawan yang ada di Sulawesi Tengah.

Khususnya bagi bangsawan yang berasal dari suku Kaili.

Rumah Souraja dibanguna oleh Raja Palu, Jodjokodi pada 1882.

Arti Rumah Souraja yaitu rumah yang besar atau Banua Mbaso atau Banua Oge.

Souraja juga memiliki fungsi sebagai rumah dinas.

Maka jika seorang raja sudah tidak bertakhta.

Sang raja dan keluarganya wajib meninggalkan Souraja.

Rumah Adat Souraja yang di bangun oleh Raja Jodjokodi berada di pusat kota Kalebo yang sekarang disebut Palu Sulawesi Tengah.

Dan masih bisa dikunjungi untuk mempelajari sejarah sebagai bagian warisan dari leluhur.

Sama halnya dengan Rumah Tambi dari suku Lore, rumah dari suku Kaili ini juga berbentuk rumah panggung.

Terbuat dari material yang ramah lingkungan yaitu kayu.

Berdiri dengan megah karena ditopang beberapa tiang kayu balok besar yang dibentuk persegi empat dari material kayu keras.

Seperti material kayu bayan, kayu ulin dan lainnya. Berdasarkan nama yang berarti rumah besar makanya tiang penyangganya berjulam sekitar 36 tiang.

Tiang tersebut di sebar mulai dari teras, bagian induk rumah hingga dapur.

Cukup banyak bukan untuk sebuah rumah yang dibanguna pada zaman dulu.

Bentuk atapnya segitiga piramida, dengan bagian belakang dan depan atap ditutup menggunakan papan yang telah diukir.

Di suku Kaili ukiran tersebut yaitu panapiri.

Pada ujung atas rumah atau bubungannya diberi hiasan mahkota yang dipahat disebut bangko-bangko.

Ujung rumah depan dan belakang akan dipasang bangko-bangko tersebut.

a. Arsitektur Bangunan 

rumah adat sulawesi tengah suku kaili
sumber : https://kakarmand.blogspot.com/

Bangunan Souraja dibagi menjadi tiga bagian yaitu lonta karawana, lonta tata ugana dan lonta rorana.

Lonta karawana atau ruangan depan adalah ruangan yang sengaja dikosongkan untuk menerima tamu yang datang berkunjung.

Dulu tidak ada kursi dan meja di ruangan ini hanya di bentangkan tikar atau warga setempat menyebutnya onysa.

Lonta karawana juga digunakan bagi tamu biasa yang datang menginap.

Lonta tata ugana atau ruangan tengah digunakan bagi raja atau bangsawan yang datang bertamu dan menginap di Souraja.

Ruang belakang atau lonta rorana diperuntukkan sebagai ruang makan raja dan keluarganya.

Namun, kadang ada Souraja yang menggunakan lonta tatangana sebagai ruang makannya.

Untuk kamar tidur anak perempuan atau anak gadis raja yang belum menikah diletakkan di bagian belakang atau lonta rorana.

Agar orang tuanya bisa mengawasi dengan mudah.

Sedangkan jika ada yang bertamu perempuan dan kenalan dekat akan diterima di ruang makan.

Di belakang bangunan induk,dibangun sebuah ruang tambahan.

Yang berfungsi untuk dapur, jamban dan sumur.

Sebagai penghubung ruang induk dan ruang tambahan tersebut dibuatkan sebuah jembatan dengan material kayu beratap yang disebut hambate.

Yang dalam bahasa bugis disebut Jongke.

Pada hambate dibuatkan pekuntu atau ruangan tanpa dinding yang terbuka berfungsi sebagai tempat berangin-angin bagi anggota keluarga raja.

Pada kolong dapur Souraja, akan dikelilingi pagar.

Namun, pada bagian rumah induk tidak akan dipagari atau dibiarkan terbuka begitu saja.

Terkadang kolong rumah Souraja digunakan sebagai tempat kerja pertukangan atau pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan di dalam rumah.

Tak lupa raja atau bangsawan yang menempati Sourja juga memanfaatkan lotengnya.

Yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan barang-barang berharga misalnya benda-benda pusaka dan benda peninggalan raja sebelumya.

Pembagian bagian rumah pada Souraja sebagai berikut:

1. Bagian Atas

fungsi atap rumah adat sulawesi tengah
sumber : https://kakarmand.blogspot.com/

Landue (Loteng) yang berfungsi sebagai gudang untuk menyimpan benda-benda pusaka dan tempat untuk menenun.

2. Bagian Tengah

ruang tengah rumah adat dari sulaweisi tengah
sumber : https://kakarmand.blogspot.com/

Bagian tengah atau bangunan induk yang berukuran kurang lebih 11,5× 24,30 m. Bangunan induk terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu :

 

a. Gandaria atau Serambi

gandaria rumah adat sulawesi tengah
sumber : https://kakarmand.blogspot.com/

Gandaria berfungsi sebagai ruang tunggu untuk tamu.

Di bagian depan terdapat anjungan tempat bertumpunya tangga yang diletakkan pada bagian kiri dan kanan dalam posisi saling berhadapan.

Jumlah anak tangganya 9 buah.

Bagian gandari masih diperbolehkan untuk menggunakan alas kaki.

Bagian ini juga berfungsi ganda yaitu tempat musyawarah dan tempat tidur bagi kaum laki-laki.

b. Ruang tengah atau Lonta Tatangana

Ruangan ini juga terbagi menjadi tiga yaitu :

Toda atau ruang tamu sebagai tempat raja rapat bersama dewan adat.

ruang tengah rumah adat sulawsi tengah
sumber : https://kakarmand.blogspot.com/

– Ruang tidur magau Palu atau ruang tidur raja

ruang tidur raja Rumah Adat Souraja Sulawesi Tengah
sumber : https://kakarmand.blogspot.com/

– Ruang tidur keluarga atau magau

ruang kamar tidur Rumah Adat Souraja Sulawesi Tengah
sumber : https://kakarmand.blogspot.com/

c. Lonta Rarana atau ruang belakang

ruanga belakang Rumah Adat Souraja Sulawesi Tengah
sumber : https://kakarmand.blogspot.com/

Berfungsi sebagai tempat tidur anak raja atau sanak saudaranya.

b. Ciri Khas dan Keunikan Rumah Adat Souraja 

gambar Arsitektur Bangunan Rumah Adat Souraja Sulawesi Tengah
sumber : https://gpswisataindonesia.info/

Ciri khas dan keunikan Rumah Adat Souraja terdapat dari desainnya yang merupakan perpaduan dari rumah adat Bugis, suku Kaili dan rumah adat di Kalimantan.

Keseluruhan bangunan Souraja bisa dikatakan unik dan artistik tentunya.

Dapat dilihat dari hiasan dan tulisan kaligrafi huruf Arab.

Yang diukir pada setiap jendela, jelusi pintu, loteng, dinding, terutama pada bagian lonta karavana.

Dengan motif bunga bertebaran di pinggiran atap dan bangko-bangko lengkap dengan motif daun dan bunga.

Ukiran dan hiasan tersebut melambangkan ciri-ciri kesejahteraan, kemuliaan dan keramahtamahan bagi penghuninya.

c. Filosofi Rumah Adat Souraja 

Filosofi pada bangunan Souraja sangat kental karena dibanguna sebagai rumah untuk raja dan kekeluargnayan, maka diselimuti kekeramatan.

Raja yang disebut sebagai To Mannuru atau keturunan dari langit.

Mata pencaharian suku Kaili pada umumnya bercocok tanam dan nelayan bagi yang tinggal di pesisir pantai.

Awalnya suku Kaili menganut kepercayaan animisme atau menyembah dewa Pencipta, dewa Penyembuh dan nenek moyang sebelum masuknya ajaran agama Islam.

3. Rumah Adat Lobo Sulawesi Tengah

Rumah Adat Lobo Sulawesi Tengah di Indonesia
sumber : https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/

Suku Kulawi adalah suku yang tersebar dan mendiami bagian selatan danau Lindu,daratan Kulawi Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah.

Wilayah tersebut telah mereka huni sejak masa prasejarah,terbukti dari megalitik yang telah berumur 3000 tahun ditemukan di daerah setempat.

Selain itu suku Kulawi juga mempunyai rumah adat yang disebut Rumah Lobo.

Rumah yang mempunyai beragam fungsi, mulai dari tempat tinggal, ruang pertemuan, upacara perayaan panen, tempat rapat dewan adat bahkan tempat pengadilan zaman dulu.

Rumah Lobo masih bisa ditemukan di Desa Toro,Kabupaten Kulawi.

Di tengah desa berdiri sebuah bangunan dengan ukuran 5 x 4 meter dengan tinggi dinding hanya 1 meter sisanya terbuka hingga bagian loteng yang ditutup atap.

Jika Rumah Lobo digunakan sebagai pengadilan maka, si pesakitan akan duduk di tengah dan para tetua adat duduk melingkar di tepi rumah.

Apabila yang pesakitan seorang perempuan akan disidang juga oleh seorang perempuan yang disebut Tinangata.

a. Arsitektur Rumah Adat Lobo 

gambar Ciri Khas dan Keunikan Rumah Adat Lobo Sulawesi Tengah
sumber : https://silviagalikano.com/

 

gambar 2 arsitektur Rumah Adat Lobo Sulawesi Tengah
sumber : https://silviagalikano.com/

Cara membangun Rumah Lobo dengan langkah dasar ata rangka dasar, seperti lantai dan rangka-rangka atas dan kemudian atap.

Rumah Lobo atapnya terbuat dari babm yang dipotong-potong pendek kemudian disusun sedemikian rupah agar tidak terjadi kebocoran pada rumah tersebut.

Berikut adalah bagian-bagian Rumah Lobo dan keterangannya :

1. Tangga Lobo

Jumlah tangganya hanya satu dan anak tangganya ada lima buah

Posisi tangga di tengah bagian depan dan terbuat dari batang kayu bulat yang telah dipahat

2.  Atap Rumah Lobo

Atap pada bangunan Lobo terbuat dari kayu yang disebut atap sirap

Pinggiran atap dilapisi ijuk

3. Lantai (Daula) Rumah Lobo

Lebar setiap papan yang digunakan yaitu 25 cm, maka luasnya menjadi 660 x 520 cm

Dulunya lantai Lobo tidak di paku tapi seiring perkembangan zaman akhirnya di paku

4. Lantai Atas (Tuha Kanavaria) Rumah Lobo

Terbuat dari kayu pohon nibun, dengan lebar 140 cm dan diikat dengan rotan

5. Dinding Rumah Lobo

Dinding bawahnya dibentuk dari 2 kayu bulat yang disusun, diikat dengan rotan, dengan tinggi
dinding bawah 50 cm.

Panjang dinding kiri depan 210 cm dan dinding samping 530 cm

Dinding atasnya terbentuk dari papan,diikat dengan rotan dengan tinggi 50 cm. Panjang dinding kiri bagian depan 380 cm dan dinding belakang 110 cm.

Sedangkan panjang samping 765 cm

6. Tiang Rumah Lobo

Bentuk tiang lingkaran dengan tiang yang berdiri di atas pondasi kayu yang disilangkan, dengan tinggi 3 m

Tiang berdiri dan diikat dengan rotan pada balok jepit

b. Ciri Khas dan Keunikan Rumah Adat Lobo 

Ciri khas dan keunikan Rumah Lobo yaitu :

  1. Hanya terdapat satu Rumah Lobo untuk satu desa di suku Kawali
  2. Mempunyai sejarah sehingga dibuatnya Rumah Lobo
  3. Terdapat ukiran di bagian dinding dan pintu dengan motif kepala kerbau (pebaula) dan kepala ayam serta babi (bati)
  4. Ada juga ukiran pompininie atau tumbuhan yang terbuat dari kulit kayu berwarna-warni

c. Filosofi Rumah Adat Lobo 

Filosofi Rumah Lobo berasal dari sejarahnya yang tragis.

Awalnya masyarakat Toro bermukim di Desa Malino karena ada suatu kejadian mereka akhirnya mereka terpisah-pisah.

Kemudian berdiam di Desa Toro saat ini.

Konon, dulunya anak desa setempat sedang bermain gasing dan muncullah seorang anak asing yang entah dari mana ikut bermain.

Apa nama dari anak itu pun tak diketahui.

Gasing yang di bawah anak itu terbuat dari emas, maka anak tersebut dianggap sebagai anak makhluk halus.

Karena anak makhluk halus tersebut selalu menang dengan gasing emasya, anak-anak desa melaporkannya pada keluarga mereka.

Suatu hari orang tua mereka membunuh anak makhluk tersebut, dan malam harinya peristiwa tragis pun terjadi di desa tersebut.

Untuk membalaskan dendam makhluk halus yang lain datang dan menyerang desa sehingga korban pun berjatuhan.

Membuat warga desa berlarian hingga bertahun-tahun mereka kembali berkumpul di Desa Toro.

Mereka lalu membuat rumah yang diberi nama Lobo.

Yang pengertian dari kata lobo yaitu pisah-pisahkan, karena mereka pernah berpisah kemudian dipertemukan lagi.

Keeksistensian rumah adat di Sulawesi Tengah telah menyedot perhatian wisatawan lokal maupun dari mancanegara untuk macam-macam foto indah.

Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak dinilai bisa memberi contoh kontribusi dalam pemeliharaan budaya warisan leluhur yang ada di sana.

Tak hanya rumah adatnya Sulawesi Tengah juga dikenal dengan beberapa pantainya yang tak kalah epik dari Bali dan pantai yang ada di Yogyakarta.

Maka sebaiknya provinsi yang juga dilewati garis khatulistiwa ini wajib kamu kunjungi suatu saat nanti di waktu libur panjang.

Atlanditor Indiron Tana

Dia dhuit! Hallo dalam bahasa Indonesia. Saya senang menulis apa saja yang saya sukai. Serta membaca novel dengan berbagai genre

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar