Rumah Adat Limas

Terdapat beberapa jenis rumah adat yang bisa ditemui di Provinsi Sumatera Selatan.

Masing-masing memiliki ciri khas, fungsi, dan sejarah.

Dari seluruh rumah adat tersebut, salah satu rumah adat yang berasal dari Sumatera Selatan adalah Rumah Adat Limas.

Pengertian dan Sejarah Rumah Adat Limas

ilustrasi contoh rumah adat limas
Sumber: https://en.wikipedia.org

Rumah Limas adalah rumah adat daerah Sumatera Selatan (Sumsel) dan memiliki nama lain Rumah Bari.

Selain ditemukan di provinsi yang beribukota di Palembang ini, rumah ini dapat ditemukan di Trengganu, Johor, dan Selangor.

Di samping itu, kata “Limas” sendiri berasal dari dua kata, yaitu “lima” dan “emas”, yang memiliki arti lima tujuan dari rumah limas, yaitu: (1) keagungan dan kebesaran; (2) rukun dan damai; (3) adab dan sopan santun; (4) aman, subur, dan sentosa; serta (5) makmur dan sejahtera.

Menurut sejarah, terdapat dua etnis yang mendiami wilayah Sumatera Selatan, yaitu etnis Uluan dan Iliran.

Etnis Uluan membawa pengaruh arsitektur rumah Uluan yang kemudian memunculkan lima jenis rumah adat: Rumah Besemah, Rumah Semende, Rumah Ogan, Rumah Lamban Tuha, serta Rumah Ulu Komering.

Etnis Uluan ini tinggal dan berasal dari daerah hulu Sungai Batanghari Sembilan.

Oleh karena itu, biasanya rumah-rumah adat ini ditemukan di daerah dataran tinggi Sumatera Selatan.

Sedangkan Etnis Iliran yang terdiri dari orang Melayu-Palembang mempunyai tiga jenis rumah adat: Rakit, Limas, dan Gudang.

Sebagai salah satu rumah adat dari etnis Iliran, desain rumah inipun menyesuaikan dengan letak geografis dimana masyarakat etnis tersebut bertempat tinggal.

Yaitu berada di hilir Sungai Batanghari Sembilan.

Dimana, kini daerah tersebut dikenal sebagai Kota Palembang.

Di samping itu, asal usul konsep atap rumah ini juga pada mulanya sangat dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha.

Yaitu atap mencuat ke atas dengan bentuk “meru” yang mempunyai makna hubungan antara manusia dengan Tuhan-nya.

Namun bentuk dari atap ini mulai mengalami sedikit perubahan ketika pengaruh Islam mulai masuk.

Yaitu yang pada mulanya atap berbentuk meru berubah menjadi berbentuk joglo.

Filosofi dari bentuk atap yang baru ini adalah sebagai simbol penyatuan antara umat dengan Tuhan serta antara rakyat dengan raja.

Untuk lebih jelas, berikut pembahasan mengenai ciri khas dan filosofi yang disertai dengan gambar dan penjelasannya.

Ciri Khas Rumah Adat Limas

ilustrasi arsitektur rumah adat limas
Sumber: http://www.hdesignideas.com/

Rumah yang namanya terdiri dari kata lima dan emas ini memiliki banyak keunikan, diantaranya adalah:

1. Atap

Sesuai namanya, atap rumah tradisional ini berbentuk limas.

Secara spesifik, atap rumah tradisional ini berbentuk limas terpancung dengan tiga overstek pada tiga sisi nya; dua pada bagian sisi panjang dan satu pada sisi pendek.

Penutup atap menggunakan genteng khas Palembang yang disebut dengan bela boolo yang dilengkapi dengan berbagai ornamen yang dapat ditemukan di pertemuan kedua sisi atap dan pada bagian bubungan.

Selain itu, atap pada bagian depan rumah memiliki sudut kemiringan sebesar 11 hingga 15 derajat.

Sedangkan atap bagian tengah rumah memiliki sudut kemiringan sebesar 45 hingga 60 derajat.

2. Simbar

Dapat ditemukan mahkota atap atau simbar berbentuk trisula dan melati pada bagian atas rumah yang memiliki manfaat sebagai penangkal petir.

3. Tandook Kambeeng

Atap rumah ini dilengkapi dengan ornamen tandook kambeeng dengan jumlah berbeda-beda di setiap rumah.

Ornamen ini biasanya dibuat dengan material semen dan memiliki kegunaan sebagai hiasan serta untuk mempertegas keberadaan simbar.

4. Struktur dasar

Rumah ini mengusung konsep rumah panggung dan dapat ditemukan kolong pada bagian bawah rumah yang biasanya digunakan sebagai tempat menyimpan berbagai barang.

5. Tiang

Rumah tradisional ini ditopang dengan tiang-tiang penyangga yang membuat letak lantai rumah berada antara 1,5-2 meter dari permukaan tanah.

Biasanya bahan kayu yang digunakan untuk penyangga ini adalah jenis unglen yang terkenal tahan air dan tahan lama.

Alasan dari penggunaan struktur ini adalah kondisi geografis pada masa lalu yang masih berupa rawa-rawa.

6. Kerangka bangunan

ilustrasi desain rumah adat limas
Sumber: http://www.gosumatra.com

Kerangka Rumah Limas ini menggunakan material yang berasal dari bahan kayu seru.

Dimana menurut kepercayaan masyarakat setempat, kayu jenis ini dilarang untuk dilangkahi maupun diinjak.

7. Material bangunan

Secara keseluruhan, bangunan dibuat dari material kayu.

Khusus bagian dinding, lantai, dan pintu Rumah Limas dibuat dengan menggunakan bahan kayu jenis tambesu.

8. Arah rumah

Rumah Limas dibangun menghadap ke dua arah mata angin, yaitu Timur dan Barat.

9. Tangga

contoh ilustrasi letak tangga rumah adat limas
Sumber: https://dipalembang.com

Rumah Limas memiliki dua akses tangga yang berada pada bagian kiri dan kanan sisi depan rumah yang langsung menuju jagon.

10. Ornamen

Rumah adat ini memiliki dua jenis ornamen.

Pertama yaitu ornamen tanpa ukir yang dapat ditemukan pada Pagar Tenggalung.

Kedua adalah ornamen ukir yang dapat ditemukan pada bagian dinding bangunan rumah.

11. Bengkilas

Rumah adat ini memiliki bengkilas atau lantai yang bertingkat-tingkat.

Fungsi dari bagian rumah ini adalah sebagai tempat penyelenggaraan acara atau digunakan ketika ada kepentingan keluarga.

12. Pembagian bangunan

Rumah adat ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

· Depan. Biasanya bagian ini difungsikan sebagai tempat berkumpul para anggota keluarga.

Di tempat yang sama terdapat sebuah gentong air yang digunakan untuk mencuci tangan.

· Tengah. Merupakan bagian tertinggi dari Rumah Limas.

Bagian rumah ini biasanya digunakan untuk kamar pengantin dan diperuntukkan bagi para orang tua (tetuo).

· Belakang. Merupakan bagian yang difungsikan sebagai dapur dengan tiga pembagian, yaitu bagian penyiapan bahan, bagian pengolahan bahan, dan bagian untuk membersihkan peralatan dapur.

13. Kekijing

ilustrasi kekijing rumah adat limas
Sumber: https://docplayer.info

Rumah Limas memiliki beberapa tingkatan rumah yang dikenal dengan nama kekijing.

Pembagian kekijing diatur berdasarkan usia, jenis kelamin, pangkat, bakat, dan martabat.

Berikut pembagian kekijing di Rumah Adat Limas dan penjelasannya.

· Pagar Tenggulung

Bagian yang pertama digunakan untuk menjamu para tamu saat ada hajatan dan berbagai bentuk upacara atau acara adat lainnya.

Lantai ini bersifat santai dan biasanya para tamu yang hadir dipersilakan duduk di lantai dua atau di teras rumah.

Secara struktur, lantai ini tidak memiliki dinding dan hanya berupa ruangan luas saja.

Di samping itu, lantai ini juga memiliki lawang kipas yang dapat berfungsi sebagai langit-langit ruangan ketika dibuka.

· Jogan

Lantai ini dipergunakan sebagai tempat berkumpul anggota keluarga pemilik rumah yang berjenis kelamin laki-laki.

· Kekijing Ketiga

Secara struktur, ruangan ini terletak di lantai tiga rumah dan biasanya ditemukan sekat pembatas ruangan.

Lantai ini juga bersifat sangat privasi dan biasanya digunakan oleh para tamu yang secara khusus diundang pemilik rumah ketika ada hajat, khususnya tamu dan saudara yang sudah paruh baya.

· Kekijing Keempat

Lantai ini diperuntukkan bagi orang yang memiliki ikatan darah dengan pemilik rumah (kerabat dekat) dan juga orang yang sangat dihormati.

Termasuk tamu undangan yang dituakan, seperti tamu undangan yang berusia lanjut, Dapunto, hingga para Datuk.

· Gegajah

Lantai ini bersifat sangat privasi karena bagian rumah tradisional ini hanya diperuntukkan untuk mereka yang memiliki kedudukan sangat tinggi dalam keluarga maupun masyarakat.

Lantai ini memiliki ukuran yang sangat luas dan dapat ditemukan dua bagian penting.

Pertama adalah kamar pengantin yang dipergunakan ketika pemilik rumah mengadakan pernikahan.

Kedua adalah amben berupa undakan lantai yang difungsikan sebagai tempat musyawarah.

Filosofi Arsitektur Rumah Adat Limas

ilustrasi filosofi rumah adat limas
Sumber: https://palembangbatangharisembilan.blogspot.com

Ciri khas yang dimiliki oleh bangunan Rumah Limas tidak hanya menjadi identias bagi rumah tradisional tersebut.

Namun struktur umum dan bahkan bagian-bagian kecil rumah ternyata juga mengandung pesan dan makna tersendiri bagi masyarakat sekitar.

Nah, berikut adalah penjelasan mengenai filosofi dari arsitektur rumah adat Limas secara lengkap.

a) Bentuk atap limas

Atap berbentuk limas mengandung filosofi hubungan manusia dengan Tuhan.

b) Ragam jumlah ornamen tandook kambeeng

Setiap Rumah Limas memiliki jumlah ornamen tandook kambeeng yang berbeda-beda pada bagian atap.

Begitu juga dengan filosofinya yang sangat beragam dan dipengaruhi oleh agama Islam.

Berikut rincian penjelasannya:

· Dua ornamen menggambarkan penciptaan manusia, Adam dan Hawa.

· Tiga ornamen menyimbolkan bulan-bintang-matahari sebagai bentuk kuasa Tuhan.

· Empat ornamen menggambarkan empat sahabat Nabi Muhammad SAW (Umar, Usman, Ali, dan Abu Bakar).

· Lima ornamen melambangkan Rukun Islam (syahadat, sholat, puasa, zakat, haji).

· Tujuh ornamen menggambarkan kekuasaan Tuhan daam menciptakan tujuh lapisan bumi, tujuh lapisan langit, tujuh macam neraka, dan tujuh macam surga.

· Dua puluh lima ornamen (terletak antara satu sisi atap bagian atas ke bagian bawah) menggambarkan 25 orang nabi pilihan.

c) Simbar melati

Ornamen simbar dengan bentuk melati menyimbolkan kesejahteraan serta kedamaian.

Dimana keberadaan simbar melati ini juga sebagai dinilai sebagai bentuk pengharapan agar pemilik rumah memperoleh kerukunan, kedamaian, dan kesejahteraan.

d) Simbar trisula

Ornamen simbar dengan bentuk trisula terinspirasi dari senjata tradisional khas Palembang.

Menurut ajaran agama Hindu, tiga ujung tajam senjata ini memiliki makna tiga senjata, yaitu:

· Pengetahuan; bahwa pengetahuan adalah senjata paling ampuh untuk menuju kemajuan.

· Perbuatan; bahwa perbuatan adalah yang utama daripada sekedar berteori dan setiap janji harus diikuti dengan realisasi atau perbuatan.

· Perilaku; bahwa kedewasaan dan kebaikan seseorang dilihat dari perilakunya (tingkah laku, bahasa, tata krama).

e) Arah bangunan

Rumah tradisional ini dibangun menghadap Timur dan Barat.

Dimana bagian rumah adat yang menghadap Timur menyimbolkan matahari muncul (Matoari Edop) dan bisa juga dimaknai sebagai permulaan kehidupan manusia.

Untuk bagian rumah yang menghadap Barat menyimbolkan matahari terbenam (Matoari Mati) dan juga dapat dimaknai sebagai akhir kehidupan manusia.

f) Tingkatan kekijing

Jumlah tingkatan kekijing pada Rumah Limas merupakan refleksi dari garis keturunan asli Palembang.

Penamaan ini dilakukan oleh Sunan Abdurrahman dan secara berurutan dari bawah ke atas, keturunan tersebut adalah: Kiagus, Massagus atau Kemas, dan Raden.

g) Motif ornamen

Rumah Limas memiliki ornamen yang terdiri dari berbagai motif.

Berikut lima contoh motif yang biasa ditemukan di Rumah Limas beserta deskripsi, ciri, dan filosofinya:

· Motif pucuk rebung

Motif ornamen ini berupa bunga dan dedaunan, serta merupakan motif yang paling tua.

Ukiran ini dapat ditemukan di Pagar Tenggalung dan memiliki makna bahwa hidup manusia sangat bergantung dengan tumbuh-tumbuhan.

· Motif bunga teratai

Motif ini terlihat sederhana namun sangat menarik dan indah dan merupakan simbol dari kehidupan.

Filosofi ini tidak dapat lepas dari sejarah masa Hindu dan Buddha, dimana padma atau teratai melambangkan kelahiran Buddha, bunga tempat keluarnya para dewa, tempat duduk tertinggi para dewa, dan juga simbol kesucian serta kasih.

Pada bagian simbar dan jendela, biasanya ornamen yang digunakan berupa bunga teratai merah dan putih.

Ornamen pada bagian ini mempunyai makna kesucian yang direpresentasikan melalui bersihnya udara yang di dapat dari pergantian udara melalui ventilasi.

Sedangkan pada bagian dinding menggunakan ornamen bunga lotus yang melambangkan kesucian dan keharuman.

Bahwa manusia harus memiliki hati yang bersih (menghindari sifat sombong, iri, dengki, tamak) agar selamat di dunia dan akhirat.

Selain itu, seluruh ornamen bunga teratai yang ada pada Rumah Limas ini juga dapat dimaknai sebagai lambang persatuan dan kesatuan antar manusia dan juga dengan seluruh alam semesta.

· Motif buah srikaya

Motif ornamen ini biasanya didominasi stilasi daun yang berbentuk mahkota dan dimaknai sebagai simbol kenikmatan, kebesaran, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Peletakkan ornamen ini pada bagian dinding mempunyai makna kesenangan dan kenikmatan bagi pemilik rumah dalam bentuk kehidupan yang makmur, damai, serta sejahtera.

Di samping itu, ornamen motif buah Srikaya ini juga dianggap memiliki keterkaitan dengan simbol-simbol agama, adat, dan sistem sosial masyarakat.

Salah satunya adalah berupa pemahaman bahwa motif ini menggambarkan kehidupan yang berkecukupan serta memiliki derajat yang tinggi dan harta berupa petuah.

Menurut sumber lain, motif yang biasanya dibuat terawang ini mempunyai makna bahwa pemilik rumah memiliki kehidupan yang manis dan baik, sesuai dengan buah Srikaya yang rasanya juga manis.

· Motif daun atau sulur-suluran

Flora yang digunakan untuk dapat merepresentasikan motif ini biasanya diambil dari bentuk daun Paku Tadnukrusa (Platycerium coconaium Koenig).

Motif ornamen ini ada tiga tipe, yaitu: (1) daun berbentuk mahkota; (2) daun berbentuk pilin dan suluran memanjang; dan (3) daun berbentuk sulur bebas yang berangkai.

Namun tipe daun tumbuhan paku yang biasa digunakan adalah daun berbentuk panjang menjuntai ke bawah yang biasa tumbuh di pohon yang menjulang tinggi.

Motif ini melambangkan pengayoman serta perlindungan terhadap makhluk hidup lain yang berada di sekitarnya.

Secara filosofis, motif ini memilki makna panjang umur, hidup saling menghormati, menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat, serta hidup berkesinambungan.

Sedangkan apabila dikaitkan dengan agama dan adat istiadat, ornamen ini memiliki makna penghargaraan, pengayoman, dan pemberian petuah dari generasi ke generasi.

Selain itu, ornamen motif sulur-suluran ini dibuat ukiran yang tembus atau terawang yang berfungsi sebagai ventilasi udara serta memiliki makna keterbukaan dari pemilik rumah.

· Motif bunga melati

Motif ornamen ini juga banyak ditemui di berbagai Rumah Limas karena bunga melati mempunyai karakteristik berupa warnanya yang putih suci, baunya yang harum, serta bentuknya yang kecil.

Saat ini bangunan Rumah Limas sudah cukup sulit ditemukan di Palembang.

Selain masalah biaya, untuk membangun rumah ini juga membutuhkan tanah yang cukup luas.

Bahkan, satu Rumah Limas luasnya 400 hingga 1000 meter persegi dan biasanya bangunan disewakan untuk keperluan upacara adat dan pernikahan.

Tidak jarang, bangunan Rumah Limas saat ini lebih dipandang sebagai simbol status sosial dan ekonomi karena hanya yang mampu yang dapat membangunnya.

Apabila kamu masih ingin melihat bentuk otentik Rumah Limas, bangunan rumah tradisional yang masih berdiri hingga saat ini adalah peninggalan Pangeran Syarif Abdurrahman Al Habsi yang berdiri sekitar tahun 1830.

Setelah berpindah kepemilikan, rumah ini dipindahkan ke Museum Balaputra Dewa, yang terletak di Jalan Srijaya Negara I, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Demikian pembahasan mengenai Rumah Adat Limas yang berasal dari Sumatera Selatan, berikut dengan sejarah, ciri khas, dan filosofi yang dimiliki oleh bangunan ini.

Semoga artikel ini bermanfaat dan semoga warisan budaya masyarakat rumah adat Limas ini dapat terus dijaga serta dilestarikan.

Joanda Kevin

content writer

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Satu pemikiran pada “Rumah Adat Limas”

  1. Terkhusus ornamen simbar melati diatas atap.. apa bedanya rumah limas dengan simbar melati diatasnya. Dengan limas yg gak pake maleti diatasnya cma dihiasi tandook kambeeng saja???
    Karena tidak semua rumah limas bisa menggunKan ornamen itu?
    Klo alasannya filosofi kesejahteraan. Harusnya semua rumah limas boleh menggunakan ornamen melati??

    Bukannya yg hanya boleh menggunakan ornamen ini berarti penghuni dibawahnya kalo gak raden. Memiliki jabatan??

    Balas

Tinggalkan komentar