Rumah Adat Karo

Kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia salah satunya adalah keberagaman rumah adat.

Khususnya rumah adat Karo, terdapat rumah tradisional yang cukup megah dan menyita perhatian, namanya Siwaluh Jabu.

Sayangnya, keberadaan rumah adat ini hanya tinggal beberapa saja, lho.

Nah, seperti apa sih rumah adat Karo yang etnik itu?

Berikut ulasannya, yang pasti asyik untuk dibaca.

Check it out, guys!

Mengenal Rumah Adat Karo

1. Sejarah Singkat

foto rumah adat karo siwaluh jabu
Sumber gambar: www.wikimedia.org

Rumah tradisional yang terkenal di Sumatera Utara, salah satunya adalah rumah adat Karo, yang disebut Siwaluh Jabu.

Keberadaan rumah tradisional ini tak lepas dari dibentuknya kuta (kampung) di tanah Karo, yang awalnya dari barung, lalu jadi talun, kemudian menjadi kuta (kampung) yang di dalamnya ada kesain.

Ilustrasi perkembangan wilayah ini sebagai berikut.

  • Barung: terdapat 1 rumah sederhana.
  • Talun: berkembang jadi 3 rumah di dalamnya.
  • Kuta: berkembang jadi 5 rumah di dalamnya.
  • Kesain: jika kuta berkembang lebih besar lagi, maka akan dipecah menjadi kesain (pekarangan).

Istilah Siwaluh Jabu dalam Bahasa Karo berasal dari kata “Waluh” yang berarti (angka) 8 dan “Jabu” yang maknanya adalah rumah.

Jadi, yang dimaksud dengan Siwaluh Jabu adalah rumah yang mempunyai 8 ruangan dan ditempati oleh 8 keluarga.

Karena daya tampungnya cukup banyak, bangunan rumah ini cukup besar, dan disebut paling besar jika dibandingkan rumah adat lain di Sumatera Utara.

Karena diisi oleh 8 keluarga, penempatannya pun diatur oleh pemangku adat setempat.

Pembagian ini terdiri dari Jabu jahe atau Jabu hilir, serta Jabu julu atau Jabu hulu.

Sementara, Jabu jahe masih dipecah lagi menjadi Jabu rumah sendipar ujung kayu dan Jabu ujung kayu.

Keluarga yang dianggap utama berada di sisi tengah, sementara keluarga yang lain berada di sisi kanan dan kirinya.

Peran yang diambil masing-masing keluarga pun juga ditentukan oleh pemangku adat, ada yang jadi pemimpin, wakil pemimpin, solution maker, pengatur kebutuhan rumah, dan lain-lain.

2. Dimensi

ukuran dimensi rumah adat karo
Sumber gambar: www.apriluciadeby.blogspot.com

Rumah adat Batak Karo dapat dikatakan sebagai bangunan berukuran besar, yang panjangnya mencapai 17 meter, lebar 12 meter, dan ketinggian 12 meter.

3. Daya Tampung

ruangan dan daya tampung rumah adat karo
Sumber gambar: dailyvoyagers.com

Dengan ukuran rumah yang besar ini, rumah adat Karo bisa ditempati oleh 8 keluarga atau 40 orang penghuni.

Hitungan ini diukur rata-rata anggota keluarga besar yang terdiri dari 5 orang, yakni suami, istri, dan 3 orang anak.

Anak-anak kecil akan tidur bersama orang tuanya hingga menjelang umur dewasa.

Sementara, para pria dewasa istirahat malam di bale-bale lumbung, dan para gadis tidur bersama anggota keluarga lainnya.

4. Material

rumah adat karo sumatra utara
Sumber gambar: www.travelingmedan.com

Bahan material yang dipakai untuk pendirian Siwaluh Jabu menggunakan bahan-bahan yang diambil dari alam.

Untuk bagian tiang, dinding, lantai, dan semua kerangka, memakai bahan kayu dan bambu yang diambil dari hutan.

Kayu yang dipilih ini pun tidak sembarangan, sebab hanya kayu ndrasi, kayu ambartuah, dan kayu sebernaik saja yang dipakai.

Kayu-kayu ini dipakai karena dipercaya punya beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut.

  • Kayu ndrasi: dipercaya bisa menjauhkan penghuni rumah dari segala macam penyakit.
  • Kayu ambartuah: dipercaya bisa mendatangkan tuah dan kesejahteraan.
  • Kayu sebernaik: dipercaya bisa memudahkan datangnya rejeki.

Sementara untuk atapnya memakai ijuk yang sudah kering.

Ijuk ini akan memberi manfaat yang bagus untuk penghuninya, di mana ruangan tidak akan terasa panas dan kuat di kala hujan menerjang.

Untuk menyambungkan semua bagian, kayu-kayu ini diikat dan dililit dengan tali ijuk, tanpa memakai paku.

5. Pembangunan

swialuh jabu adalah rumah adat karo medan sumatra utara
Sumber gambar: www.triptrus.com

5.1. Padi-padiken Tapak Rumah

Sebagai langkah pertama, pihak keluarga akan menentukan letak dan arah rumah yang akan didirikan.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan Feng Shui pada kepercayaan masyarakat Tionghoa.

Pihak keluarga mesti mengundang seorang dukun untuk melakukan langkah satu ini.

5.2. Ngempak

Setelah arah dan posisi rumah sudah ditentukan, maka waktu pembangunan akan ditentukan.

Untuk menemukan tanggal yang baik dalam mencari kayu hutan, seorang dukun lagi-lagi akan diundang.

Untuk melihat tanggal baik atau buruk, bisa dilihat dari cara jatuhnya kayu waktu ditebang.

Lagi-lagi, hanya dukun lah yang bisa melakukan hal ini.

Agar penghuni hutan tidak murka karena pohon-pohonnya ditebang, maka upacara ritual persembahan juga dilakukan pada fase ini.

5.3. Ngerintak Kayu

Pada tahap ketiga, keluarga yang akan mendirikan Siwaluh Jabu akan bagi-bagi daun sirih kepada warga desa.

Hal ini dilakukan sebagai sebuah permohonan agar ia dibantu dalam mengangkut kayu-kayu dari hutan yang telah ditebang.

Setelah kayu ini sampai di tempat yang dituju, akan digelar makan-makan bersama warga.

5.4. Pebelit-belitken

Pada tahap keempat, keluarga yang akan membangun rumah adat Karo akan mengundang para pekerja untuk datang ke rumah.

Lama pembangunan dan berapa upah yang mesti dibayar kepada para pekerja, akan dibicarakan di tahap ini.

5.5. Mahat

Pada tahap kelima inilah pembangunan rumah benar-benar baru dimulai.

Kayu-kayu dari hutan tadi akan dipotong dan dipahat sesuai dengan prtuntukannya.

Pada proses peletakan batu, sekali lagi akan diadakan upacara ritual supaya pendirian rumah itu bisa mendapat keberkahan dan terhindar dari hal-hal buruk.

5.6. Ngampeken Tekang

Sesudah pondasi selesei dibangun , keluarga serta masyarakat desa akan diminta bantuannya dalam proses memasang balok kayu di atas pondasi-pondasi tersebut.

Hal ini karena kayu-kayu balok tersebut berukuran besar dan cukup berat, sehingga dibutuhkan banyak orang untuk bekerjsa sama memasangnya.

Pemasangan atap rumah yang dibuat dari ijuk juga dilakukan pada fase ini.

5.7. Ngampeken Ayo

Yang dimaksud Ayo adalah anyaman bambu yang terletak di bagian atap Siwaluh Jabu.

Pada tahap ketujuh inilah Ayo atau anyaman bambu itu akan dipasang.

5.8. Pemasangan Tanduk Kerbau

Sebagai tahapn terakhir, pemilik rumah akan memasang tanduk kerbau di bagian atas.

Pemasangan ini harus dilakukan di malam hari, kemudian diikat dengan tali ijuk.

Hal ini berkaitan dengan kepercayaan warga setempat yang meyakini kalau tanduk kerbau inibisa menolak bala.

Siapa saja yang punya niat buruk, akan ditangkal oleh tanduk kerbau dan ia tidak akan bisa masuk ke area rumah.

5.9. Mbengketi Jambu Simbaru

Proses ini merupakan ritual saat pemilik rumah akan menghuni rumah adat Karo yang baru selesei dibangun.

Lagi-lagi, seorang dukun akan dipanggil dalam ritual ini demi menghindarkan hal-hal yang buruk.

Selain itu, pesta untuk wujud rasa syukur juga akan digelar oleh pemilik rumah, dengan mengundang pemangku adat, kerabat, teman-teman, dan orang sekampung.

Terhitung sejak awal proses pembangunan hingga ke tahap akhir ini, oendirian rumah adat Siwaluh Jabu membutuhkan waktu paling tidak 2tahun, karena di samping arsitekturnya rumit, banyak upacara juga yang mesti diadakan.

6. Keberadaan

Sampai saat ini, rumah adat karo atau Siwaluh Jabu ini hanya tinggal 5 rumah saja yang terletak di Desa Dokan.

Padahal di tahun 2011, di lokasi tersebut paling tidak masih ada 7 Siwaluh Jabu.

Kelima rumah adat tersebut adalah Rumah Mbaru, Rumah Ketek, Rumah Tengah, Rumah Sendi, dan Rumah Mbelin.

Selain di Desa Dokan, Siwaluh Jabu inijuga terdapat di Desa Lingga.

Sementara, di Kampung Cingkes keberadaan Siwaluh Jabu ini sudah hancur, padahal dulunya di sini ada 30 Siwaluh Jabu dan menjadi destinasi favorit wisatawan.

Bagian-bagian Rumah Adat Karo

Siwaluh Jabu di bagi beberapa bagian menurut fungsinya masing-masing, yakni bagian atas, tengah, bawah, dan luar.

1. Bagian Bawah

struktur bagian bawah rumah adat karo
Sumber gambar: www.docplayer.info

Sama seperti rumah panggung yang lainnya, rumah adat Karo ini juga memiliki kolong di bawahnya.

Dulu, area ini dipakai untuk lokasi penempatan hewan-hewan ternak, seperti sapi, kambing, atau babi.

Namun, seiring meningkatnya kesadaran kesehatan dan kebersihan warga setempat, hewan-hewan ternak ini tidak ditempatkan di dalam kolong.

Sakarang, bagian ini dibiarkan kosong saja, atau dipakai untuk lokasi penyimpanan kayu dan gerobak.

2. Bagian Tengah

ruangan bagian tengah rumah adat karo
Sumber gambar: rumahadat-indonesia.blogspot.com

Di area tengah rumah ini, semua aktifitas keluarga dilakukan, dari bersantai, bercengkrama, memasak, makan, dan tidur.

Di sinilah terdapat 8 buah jabu untuk masing-masing keluarga yang tinggal di rumah adat Karo ini.

Posisi jabu ini sudah diatur sehingga setiap jabu akan saling berhadapan dan dibatasi dengan sekat kain pembatas.

Untuk kegiatan memasak, ada 4 buah dapur yang letaknya di depan jabu.

Jadi, 1 dapur bisa dipakai bersama-sama oleh 2 keluarga untuk memasak.

Proses pengolahannya pun sangat sederhana, sebab dapur ini masih memakai kayu kering sebagai bahan bakar dan belum memakai tabung gas.

Hal ini juga berlaku untuk pemakaian setrika, yang masih memakai bara dalam menghasilkan energi panasnya.

Di bagian atas lokasi memasak, ada sebuah rak kayu dalam posisi menggantung.

Dahulunya, rak kayu ini dipakai untuk tempat mengeringkan padi sebelum ditumbuk dalam lesung.

Tapi, rak ini sekarang lebih banyak dipakai untuk tempat meyimpan alat makan dan alat dapur, seperti piring, gelas, pisau, dan lain sebagainya.

3. Bagian Atas

ruangan bagian atas rumah adat karo
Sumber gambar: www.marantha.edu

Banyak yang menebak jika bagian atas dari Siwaluh Jabu ini dipergunakan sebagai kamar tidur, padahal tidak demikian.

Bagian atas dari rumah adat Karo ini dipakai sebagai tempat untuk menaruh kayu-kayu bakar.

Untuk menaruhnya, sudah ada 2 buah tangga yang disiapkan oleh penguni rumah dan sifatnya portable, sehingga memudahkan untuk manaruh atau mengambilnya kembali.

4. Bagian Luar

foto bagian luar rumah adat karo
Sumber gambar: dailyvoyagers.com

Bagian luar Siwaluh Jabu merupakan tempat tumbuhnya benih-benih cinta antara pemuda dan gadis Karo.

Posisinya ada sisi depan dan belakang rumah Karo, yang dinamakan Ture.

Tempat ini dibuat dari bambu dalam posisi mendatar, lengkap juga dengan sebuah tangga untuk menaiki dan menuruninya.

Nah, gadis-gadis Karo biasanya menganyam tikar di Ture ini.

Pada saat menganyam inilah, para pemuda Karo suka datang menghampiri guna menemani gadis-gadis itu.

Untuk urusan bersih diri, mandi, dan mencuci juga dilakukan di area luar Siwaluh Jabu.

Hal ini dikarenakan, di dalam rumah tidak disediakan kamar mandi ataupun tempat cucian.

Jaman dulu, kegiatan bersih-bersih ini dilakukan di sungai-sungai.

Tapi, sekarang aktifitas ii sudah dilakukan di kamar mandi umum yang posisinya cukup dekat dengan Siwaluh Jabu.

Struktur

1. Tiang

struktur tiang rumah adat karo
Sumber gambar: www.dailyvoyagers.com

Rumah Batak Karo didirikan memakai enam belas tiang yang disandarkan pada batu-batu berukuran besar, yang didapatkan dari sungai atau guung.

Sebanyak delapan tiang dipakai sebagai penyangga atap dan lantai.

Sementara, delapan tiang sisanya digunakan untuk penyangga lantai saja.

2. Dinding

dinding bangunan rumah adat karo
Sumber gambar: www.korneliusginting.web.id

Bagian dinding dari rumah adat Batak Karo dipakai juga untuk menunjang atap.

Pintu masuk dan jendela dipasang tepat di atas dinding yang miring, di atas lingkaran balok.

3. Pintu Masuk

pintu masuk di rumah adat karo
Sumber gambar: www.picuki.com

Rumah adat Karo adalah rumah yang didirikan dalam bentuk yang simetris untuk kedua porosnya.

Hal ini menyebabkan pintu masuk yang ada di kedua sisi rumah ini kelihatan hampir sama.

Dengan begitu, sulit dibedakan bagian mana yang menjadi pintu utamanya.

Pintu ini ukurannya cukup kecil dan pendek, serta dibuat dengan daun pintu ganda.

Ukuran yang kecil ini dimaksudkan supaya setiap orang yang masuk ke dalam rumah adat Karo harus dalam posisi menunduk, sesuai dengan adab kesopanan dalam tradisi Karo.

Sebagai hiasan, pada bagian kusennya dihias dengan ornamen-ornamen rumit yang dibuat dengan busur dan anak panah.

4. Jendela

struktur jendela rumah adat karo
Sumber gambar: www.medanwisata.com

Struktur jendela di rumah adat Karo dibuat dengan model daun jendela tunggal.

Secara total, paling tidak ada 8 buah jendela di rumah adat ini, di mana masing-masing jabu memiliki 1 jendela.

Jika dilihat, bagian kusen jendela ini terdapat ukiran yang cukup rumit, yang dibuat dari susunan busur dan anak panah.

5. Perapian

perapian di dalam rumah adat karo
Sumber gambar: dailyvoyagers.com

Di dalam Siwaluh Jabu dilengkapi juga dengan perapian yang dipakai untuk kegiatan memasak bersama.

Paling tidak, tersedia 4 perapian di sini, yang masing-masing dipakai oleh 2 keluarga.

6. Atap

struktur atap di rumah adat karo
Sumber gambar: www.dutamedan.com

Kerangka atap untuk rumah adat Karo dibuat dari kombinasi material bambu dan pohon aren.

Kayu aren ini berada di bagian bawah, lalu dilapisi dengan anyaman bambu di atasnya.

Untuk bagian luar, atap ini dilengkapi dengan lapisan ijuk hitam yang cukup tebal dan diikatkan pada kerangkanya.

Sementara, untuk bagian bumbungannya dibuat dari jerami kering dengan ketebalan dari 15 cm sampai 20 cm.

Untuk menahan hujan deras, ada tumbuhan yang ditanam pada sisi terendah atap pertama tepat di pangkalnya sampai menjalar ke semua sisi dinding.

Sebagai hiasan, pada ujung atap yag menonjol dipasang tikar berbahan bambu yang menarik.

Dari atap inilah bisa diketahui status sosial penghuninya, dengan melihat ukurannya yang besar dan susunan atapnya yang rumit.

Keunikan

nama rumah adat karo adalah siwaluh jabu
Sumber gambar: www.innokribow.blogspot.com

1. Penjaga Siwaluh Jabu

Suku Karo meyakini, dulu ada sesosok penjaga kampung dalam wujud ghaib.

Sosok penjaga kampung ini dipercaya bersemayam dalam bentuk garam yang ditaruh dalam wadah di langit-langit Siwaluh Jabu.

Dari garam inilah, warga setempat bisa mendapat gambaran baik dan buruknya sesuatu.

Jika saat diturunkan garam ini posisinya berdiri, dipercaya sesuatu yang jelek akan terjadi.

Namun, jika diturunkan garam ini posisinya tidur, diyakini sesuatu yang baik akan terjadi.

Biasanya, ritual ini dilakukan sebelum perang maupun sebelum masa tanam.

Namun, karena upacara ini membutuhkan biaya yang cukup besar, lama-kelamaan ritual ini mulai ditinggalkan.

2. Struktur Tahan Gempa

Salah satu keunggulan yang dimiliki Siwaluh Jabu adalah tahan gempa.

Sistem ini ternyata hanya memakai metode tradisional, di mana batang ijuk digunakan untuk melapisi palas, yang berada di antara kayu tiang penyangga dan batu pondasi.

batang ijuk ini fungsinya adalah untuk meredam getaran, sehingga bangunan di atasnya dapat ikut arah getaran gempa dan tetap kokoh berdiri sesudahnya.

Nah, itulah tadi ulasan lengkap rumah adat Karo yang pasti menarik untuk dibaca.

Jika kamu ada pertanyaan seputar rumah Siwaluh Jabu ini, kamu bisa menuliskannya di kolom komentar, ya.

Biar teman-temanmu tahu juga artikel yag asyik ni, jangan lupa like dan share juga.

Anas Fauzi

Hallo! Saya adalah seorang engineer. Selain menyukai dunia blogging, saya juga senang membaca dan menanam.

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar