Rumah Adat Aceh

Provinsi Aceh atau beberapa tahun yang silam lebih dikenal dengan nama Nanggroe Aceh Darussalam memiliki rumah adat dengan nama Rumoh Aceh atau Krong Bade yang merupakan rumah tradisional suku Aceh. Pada dasarnya terdapat berbagai suku yang berasal dari provinsi ini seperti Gayo, Melayu, dan Tamiang, tetapi suku Aceh adalah mayoritas dengan jumlah populasi lebih dari 70% dari keseluruhan jumlah penduduk. Karenanya tak heran rumah adat Aceh paling banyak dikenal dan digunakan. Rumoh Aceh berbentuk rumah panggung dengan ketinggian sekitar 3 meter dari permukaan tanah.

Berikut penjelasan detail tentang rumah adat Aceh beserta gambar dan keterangannya.

Ciri Khas Rumah Adat Aceh

Rumah adat Aceh ukiran pada Krong Bade
Ukiran pada Krong Bade, sumber: https://blogspot.com

Rumoh Aceh terbuat dari bahan utama kayu.

Bangunan tradisional ini merupakan perpaduan antara budaya Melayu dan Islam.

Bentuk Rumoh Aceh antara satu bangunan dengan bangunan yang lainnya tidak selalu sama.

Namun demikian, terdapat ciri khas pada Rumoh Aceh, yaitu keberadaan tangga atau disebut rinyeuen di muka rumah dari bahan dasar kayu yang dapat dijadikan sebagai penandanya.

Tangga ini juga memiliki keunikan dengan jumlah anak-anak tangganya yang ganjil, yakni 7 atau 9.

Pintu untuk memasuki rumah adat berukuran rendah dengan ketinggian berkisar antara 120-150cm

Selain itu, terdapat ornamen ukiran pada dinding luar rumah tepatnya pada bagian tulak angen yang merupakan rongga yang berfungsi sebagai ventilasi.

Motif ukirannya bervariasi, sebagai contoh, aneka flora dengan motif bunga dan daun, motif fauna, hingga kaligrafi berupa ayat suci Al Quran.

Motif ini disusun dengan pola simetris, belah ketupat dan sebagainya.

Atap rumah yang terbuat dari daun rumbia juga menjadi salah satu ciri-ciri rumah adat ini.

Bentuk bangunan adalah berupa persegi panjang dan memanjang dari arah timur ke barat, dengan bagian muka rumah menghadap ke arah barat.

Bagian-bagian Rumah Adat Aceh

Meskipun pintu untuk memasuki rumah cenderung berukuran kecil, tetapi kesan lapang akan segera terasa ketika telah berada di dalam Rumoh.

Ini dikarenakan tidak terdapat perabotan rumah tangga berupa kursi dan meja yang mengisi ruangan.

Hal ini terkait dengan tradisi masyarakat Aceh yang biasa duduk bersila di atas lantai dengan beralaskan tikar pandan.

Pembagian ruangan pada rumoh Aceh dapat berbeda antara rumah yang satu dengan lainnya.

Hal ini nampaknya disesuaikan menurut kebutuhan dan kemampuan pemilik rumah.

Jumlah tiang atau tamee yang digunakan pada Rumoh juga disesuaikan dengan jumlah ruangnya, meski demikian jumlah tiang akan selalu genap.

Rumoh yang terdiri dari 16 tiang memiliki 3 ruangan, sedangkan Rumoh dengan 24 tiang memiliki 5 ruangan.

Seperti halnya jumlah anak-anak tangga, ruangan dalam Rumoh Aceh juga selalu berjumlah ganjil.

Penambahan jumlah ruangan dimungkinkan dengan menambah atau menghilangkan bagian yang terdapat di sisi kiri dan kanan rumah.

Secara umum sebuah Rumoh Aceh terbagi atas empat bagian yaitu, ruang depan, ruang tengah, ruang belakang, dan ruang bawah.

Selain bagian-bagian tersebut, terdapat juga bangunan tambahan berupa lumbung padi yang letaknya terpisah dari bangunan utama.

Berikut adalah bagian-bagian yang ada di Rumoh Aceh beserta fungsi dari setiap ruangan.

a. Ruang depan (Seuramoe ukeu)

Contoh ruangan serambi depan rumah adat Aceh
Serambi depan Rumoh Aceh, https://indonesiakaya.com

Ruangan yang merupakan serambi ini posisinya berada dibagian muka rumah dan digunakan untuk menerima tamu laki-laki.

Tak hanya untuk menerima tamu, Seuramoe ukeu juga berfungsi sebagai ruangan untuk tidur dan tempat makan bagi tamu laki-laki.

Fungsi lain dari ruang ini adalah sebagai tempat belajar bagi anak-anak.

b. Ruang tengah (Seuramoe teungoh)

Contoh rumah adat Aceh ruang tengah
Rumoh Inong, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Ruang tengah dalam bahasa Aceh disebut seuramoe teungoh atau dikenal juga dengan nama rumoh inong yang mengandung pengertian sebagai rumah induk.

Ruang ini merupakan inti dari Rumoh Aceh dan posisinya lebih tinggi dari ruang depan dan ruang belakang.

Bagian tengah ini juga disebut rambat yang sekaligus menjadi penghubung antara serambi depan dengan serambi belakang.

Ruang tengah ini sifatnya privat dan dikhususkan bagi anggota keluarga, hanya pihak luar yang cukup dekat dengan keluarga empunya Rumoh yang diijinkan masuk ke bagian ini.

Pada bagian ini biasanya terdapat dua kamar yang terletak pada sisi kiri dan kanan.

Rumah inong juga dijadikan sebagai tempat melakukan berbagai upacara adat seperti hal yang berkaitan dengan perkawinan, khitanan dan juga kematian.

c. Ruang belakang (Seuramoe likot)

Contoh ruang belakang rumah adat Aceh
Seuramoe Likot, sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id

Ruangan ini juga dikenal dengan nama seuramoe likot.

Bagian ini letaknya lebih rendah dari ruang tengah.

Seuramoe likot memiliki fungsi yang sama dengan Seuramoe ukeu tetapi diperuntukkan bagi tamu perempuan dan letaknya di bagian belakang serambi tengah atau rumoh inong.

Selain itu seuramoe likot juga berfungsi sebagai ruang tempat berkumpul keluarga dan melakukan berbagai aktivitas bagi kaum perempuan, seperti menjahit dan menganyam tikar.

d. Dapur (Rumoh dapu)

Rumah adat Aceh Rumoh Dapu
Rumoh Dapu, sumber: http://nraliyaaa.blogspot.com

Ruangan yang disebut rumoh dapu dalam bahasa Aceh ini berfungsi sebagai dapur dan letaknya berdekatan dengan seuramoe likot.

Namun lantai pada ruangan ini biasanya posisinya sedikit lebih rendah daripada seuramoe likot.

Penempatan dapur di ujung timur ruangan ini bertujuan agar tidak mengganggu ibadah shalat.

e. Ruang bawah (Yubmoh)

Contoh Rumah adat Aceh ruang bawah yubmoh
Ruang bawah Rumoh Aceh, sumber: https://taldebrooklyn.com

Masyarakat Aceh menamakan ruang bawah Rumoh ini yubmoh.

Tujuan masyarakat Aceh meninggikan rumah sehingga terbentuk ruang bawah sesungguhnya untuk mengurangi hawa panas di dalam rumah, selain juga untuk menghindari banjir dan mencegah masuknya binatang buas.

Namun pada akhirnya ruang bawah ini membawa manfaat dan multi fungsi.

Fungsi utamanya antara lain adalah menjadi gudang untuk tempat menyimpan hasil pertanian.

Selain itu kaum perempuan menjadikan ruang ini sebagai tempat untuk menumbuk padi dan membuat kain khas Aceh yang penjualannya pun kerap dilakukan di tempat ini.

f. Teras (Seulasa)

Contoh teras seulasa rumah adat Aceh
Teras Rumoh Aceh, sumber: https://steemit.com

Teras dalam bahasa Aceh dinamakan seulasa.

Teras Rumoh terletak pada bagian paling depan dari Rumoh.

Posisi teras ini tepat di bagian depan pada sisi luar serambi atau ruang depan.

g. Lumbung Padi (Kroeng Pade)

Contoh Rumah Adat Aceh Lumbung Padi Kroeng Pade
Kroeng Pade, sumber: https://steemit.com

Kroeng Pade adalah berupa lumbung padi yang fungsinya sebagai tempat penyimpanan padi setelah panen.

Bangunan ini letaknya terpisah dari rumah tinggal, tetapi masih berada di sekitar rumah yang posisinya bisa di belakang, di samping ataupun di muka rumah.

Pada Kroeng Pade biasanya juga terdapat bale yang digunakan sebagai tempat untuk beristirahat.

h. Gerbang (Keupaleh)

Gerbang atau keupaleh bukan merupakan bagian utama dari sebuah Rumoh Aceh.

Oleh karena itu tidak semua rumah adat memilikinya.

Keupaleh ini biasanya hanya dimiliki oleh tokoh masyarakat dan orang-orang yang berkecukupan.

Material Bangunan

Material bangunan yang digunakan pada Rumoh Aceh umumnya berasal dari bahan-bahan yang tersedia di alam.

Meski berasal dari bahan alami, sejarah mencatat kekokohan bangunan Rumoh Aceh tidak perlu diragukan karena dapat bertahan hingga 2 abad.

Rumah adat ini juga didesain tahan gempa bumi karena tidak menggunakan paku melainkan tali sebagai penyambung antar bagian sehingga fleksibel terhadap guncangan.

Berikut ini adalah beberapa material yang digunakan untuk membangun Rumoh Aceh.

a. Pohon Enau

Rumah adat Aceh material berasal dari pohon Enau
Pohon Enau sebagai salah satu material bangunan Krong Bade, sumber: https://www.kompasiana.com

Salah satu material yang digunakan pada bangunan Rumoh Aceh berasal dari pohon Enau.

Pohon ini tidak hanya batangnya yang dapat dimanfaatkan, tetapi hampir setiap bagiannya dapat didayagunakan

Kayu pohon Enau sering digunakan untuk membuat bagian lantai dan dinding rumah.

Pohon Enau sendiri selain bagian kayu, daunnya juga kerap dimanfaatkan sebagai pengganti Rumbia untuk membuat atap rumah.

Sedangkan bagian ijuknya dimanfaatkan sebagai tali pengikat untuk menyatukan bagian-bagian rumah.

Kelebihan penggunaan tali ijuk untuk mengikat atap adalah ketika terjadi bencana kebakaran, maka pemilik rumah dapat memotong tali pada bagian yang terbakar, sehingga atap yang terbakar akan roboh dengan sendirinya dan kebakaran tidak meluas ke bagian yang lain.

b. Bambu

Contoh Rumah adat Aceh material bambu
Ilustrasi bambu untuk penahan atap, via: https://echocommunity.org

Bambu memiliki berbagai kegunaan mulai dari membuat reng hingga tempat untuk menyematkan atap atau disebut beuleubah dalam bahasa setempat.

Selain dari kayu Enau, bambu juga sering digunakan untuk membuat bagian dari lantai Rumoh Aceh.

c. Rumbia

Contoh umah adat Aceh pohon Rumbia untuk material
Daun dan pelepah pohon rumbia sebagai material Rumoh Aceh, sumber: https://biodiversitywarriors.org

Bagian dari pohon Rumbia yang digunakan adalah daun dan pelepahnya.

Daun Rumbia atau oen meuria dapat dijadikan sebagai atap rumah.

Penggunaan daun Rumbia sebagai atap dapat memberikan hawa sejuk ke dalam rumah selain itu juga berfungsi mencegah suara riuh dari tetesan air hujan.

Sementara pelepah rumbia atau dalam bahasa Aceh disebut peuleupeuk meuria digunakan untuk membuat dinding rumah.

d. Rotan/waru

Contoh Rumah adat Aceh tanaman rotan untuk tali
Tanaman rotan, sumber: https://id.pinterest.com

Rumoh Aceh dibangun tanpa menggunakan paku.

Untuk menyambungkan antara bagian-bagian rumah digunakan tali yang biasa disebut taloe meu-ikat.

Tali yang digunakan biasanya terbuat dari rotan, ijuk ataupun dari kulit pohon waru.

Filosofi dan Makna Rumoh Aceh

Rumoh Aceh dan bagian-bagiannya mengandung makna dan filosofi yang sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakatnya.

Berikut adalah beberapa diantaranya.

a. Arah rumah

Contoh bagian muka rumah adat Aceh
Bagian muka rumoh Aceh, sumber: https://busy.org

Pemilihan arah bangunan diyakini terkait dengan kehidupan masyarakat Aceh sebagai penganut Islam yang taat. Posisi rumah dari timur ke barat dan dibuat memanjang tujuannya memudahkan dalam menentukan arah kiblat saat shalat.

Arah bangunan yang bila ditarik garis, akan berupa garis lurus dengan posisi Ka’bah di Mekkah ini menunjukkan sisi religiusitas masyarakat Aceh.

b. Jumlah anak-anak tangga ganjil

Contoh Tangga rumah adat Aceh Rumoh Aceh
Tangga Rumoh Aceh, sumber: http://nraliyaaa.blogspot.com

Jumlah anak-anak tangga yang ganjil ini konon berkaitan dengan kepercayaan masyarakat Aceh akan rezeki, jodoh, dan kematian.

Namun, sebagian meyakini filosofi yang terkandung di dalam jumlah ganjil pada anak-anak tangga ini merujuk pada Asmaul Husna.

Makna lain yang terkandung dengan keberadaan tangga ini adalah sebagai kontrol yang menjadi ambang batas seorang tamu agar tidak memasuki rumah bila anggota keluarga laki-laki sedang tidak berada di rumah.

Hal ini berkaitan dengan nilai-nilai Islam yang dipegang teguh oleh masyarakat Aceh dan mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

c. Material bangunan

Menebang pohon untuk rumah adat Aceh
Ilustrasi warga Aceh menebang pohon di hutan pulau Simeulue, sumber: https://harianrakyataceh.com

Penggunaan bahan bangunan yang berasal dari alam mengandung makna tentang kehidupan masyarakat tradisional Aceh yang dekat dengan alam.

Selain itu sikap menghargai alam juga terlihat dalam proses penebangan pohon yang akan digunakan.

Penebangan dilakukan dengan penuh kehati-hatian agar tidak merusak alam, dan lingkungan tetap terjaga kelestariannya.

d. Ukiran

Contoh Rumah adat Aceh ukiran dinding
Ukiran pada dinding Rumoh Aceh, sumber: https://steemit.com

Ukiran yang terdapat pada dinding rumah fungsinya tak hanya sekedar mempercantik bangunan.

Ukiran ini juga mengandung makna tentang status sosial, karena banyaknya ukiran menunjukkan kemampuan ekonomi sang empunya rumah.

e. Gentong Air

Contoh Rumah adat Aceh gentong air
Ilustrasi gentong air di muka rumah, via: https://lafatah.wordpress.com

Gentong air yang diletakkan di muka rumah dan digunakan untuk membasuh kaki sebelum memasuki rumah, fungsinya tidak hanya sekedar menjaga kebersihan sebelum menaiki rumah.

Lebih dari itu, hal ini mengandung makna agar orang yang hendak memasuki rumah memiliki niat yang baik terhadap pemilik rumah.

f. Pintu

Contoh pintu rumah adat Aceh Rumoh Aceh
Pintu Rumoh Aceh, sumber: https://wordpress.com

Pintu yang berukuran lebih rendah dari tinggi rata-rata orang dewasa ini mengandung filosofi agar tamu yang datang bersikap hormat kepada pemilik rumah dengan membungkukkan badan ketika memasuki rumah.

g. Musyawarah

Masyarakat Aceh memiliki tradisi bermusyawarah dengan anggota keluarga sebelum memulai pembangunan rumah adat.

Musyawarah bertujuan untuk mencapai mufakat diantara keluarga terkait rencana pembangunan tersebut.

Musyawarah ini juga melibatkan pemuka masyarakat atau ulama agar mereka dapat memberikan saran ataupun nasehat.

Hal ini menunjukkan makna pentingnya kesepakatan yang berupa keputusan bersama dalam keluarga.

Jenis-jenis Rumah Adat Aceh Lainnya

Selain Rumoh Aceh sebenarnya masih terdapat dua jenis rumah adat Aceh lainnya.

Berikut ini adalah jenis lain dari rumah adat Aceh tersebut.

a. Rangkang

Contoh Rumah adat Aceh jenis Rumah Rangkang
Rumah Rangkang, sumber: https://rumah-adat.com

Sama halnya dengan Rumoh Aceh, Rangkang adalah merupakan rumah panggung.

Namun rumah jenis ini hanya terdiri atas satu ruangan dengan menggunakan jenis kayu biasa dan beratapkan daun Rumbia.

Bangunan Rangkang ini biasanya digunakan oleh para petani untuk beristirahat.

b. Rumoh Santeut

Contoh Rumah adat Aceh jenis Rumoh Santeut
Rumoh Santeut, sumber: http://rumohaneukbaca.blogspot.com

Rumoh Santeut dikenal dengan nam lain Tampong Limpong.

Rumah adat jenis ini biasanya didiami oleh masyarakat dengan penghasilan yang lebih rendah.

Rumoh Santeut adalah bentuk sederhana dari Rumoh Aceh.

Ketinggian tiang pada rumah jenis ini hanya sekitar 1,5 meter dari permukaan tanah.

Sementara bagian-bagian pada Rumoh Santeut hampir sama dengan Rumoh Aceh.

Pembeda antara kedua jenis rumah ini adalah pada Rumoh Santeut semua bagian ruangan memiliki ketinggian yang sama.

Tidak ada perbedaan ketinggian antara ruang bagian tengah dengan ruang depan dan belakang.

Terdapat ruang tambahan untuk bale di muka rumah, ini untuk menyiasati ukuran rumah yang tidak terlalu luas dan ruang yang terbatas.

Sedangkan untuk menjamu tamu dan berbagai kegiatan lainnya dilakukan di ruangan bawah atau kolong rumah.

Demikianlah tentang rumah adat Aceh dan penjelasannya.

Bangunan tradisional Aceh ini keberadaannya tidak hanya sekedar tempat tinggal semata, tetapi juga merupakan identitas masyarakat Aceh yang mencerminkan kehidupan mereka dengan nilai-nilai yang dimiliki terhadap alam, sesama manusia, dan Tuhan.

Teramat disayangkan banyak masyarakat setempat yang mulai beralih ke desain banguan modern karena pertimbangan biaya pembangunan dan perawatan yang lebih ekonomis.

Saat ini rumah adat Aceh masih bisa ditemukan di Banda Aceh, tetapi jumlahnya semakin sedikit dan berada diambang kepunahan.

Riska Sri Handayani

- A traveller, writer, and storyteller- Seorang penggemar travelling yang mendokumentasikan catatan perjalanannya dalam potret dan cerita.

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar