Perjanjian Aqabah

Terdapat berbagai pergerakan yang dilakukan Rasulullah untuk menyebarkan agama islam, contohnya seperti membuat perjanjian.

Salah satunya adalah perjanjian Aqabah yang merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah penyebaran agama islam oleh Nabi Muhammad SAW.

Bagaimana baiat Aqabah dapat terjadi? Lalu apa saja isi perjanjiannya? Yuk, simak penjelasan berikut ini.

Pengertian Perjanjian Aqabah

sejarah perjanjian aqabah pengertian perjanjian aqabah
theatlantic.com

Perjanjian Aqabah atau yang disebut sebagai Bai’at Aqabah adalah sebuah perjanjian yang terjadi antara Nabi Muhammad SAW dengan penduduk Yatsrib.

Baiat ini merupakan peristiwa pengikraran dari suatu kelompok Yatsrib yang bersedia memeluk agama islam di hadapan Rasulullah.

Perjanjian ini pertama kali terlaksana pada tahun 12 H dan selanjutnya perjanjian kedua dilangsungkan pada tahun 13H.

Setelah perjanjian ini terjadi, Rasulullah mengganti nama kota tersebut menjadi Madinah seperti yang dikenal hingga kini.

Peristiwa terjadinya perjanjian ini dekat kaitannya dengan hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah.

Sejarah Perjanjian Aqabah

sejarah perjanjian aqabah sejarah perjanjian aqabah asal usul dan latar belakang
Pinterest.com

1. Asal Usul

Secara etimologi, Aqabah sendiri memiliki arti jalur gunung yaitu sebuah jalur yang harus dilalui agar dapat sampai di puncak gunung.

Sedangkan baiat memiliki arti ikrar yang harus dilaksanakan bagi sang pengikrar.

Ajaran islam menggunakan istilah ini untuk merujuk hal yang lebih luas dan lebih jauh.

Terutama seperti hal penegakan pelaksanaan dan ajaran tata cara dalam agama islam.

Maka dari itu peristiwa ini juga dapat disebut sebagai Bai’at Aqabah.

Baiat ini dinamakan sebagai perjanjian Aqabah karena peristiwa perjanjian dilakukan di tempat tersebut.

Tepatnya ada di sebuah jalur gunung yang jauhnya hanya sekitar lima kilo meter dari kota Mekah.

Lokasi tersebut terletak di antara kota Mina dan Mekkah.

2. Latar Belakang

Penyebab terjadinya perjanjian Aqabah dimulai dari kesadaran suku Aus dan Khazraj yang menginginkan persatuan kedua suku tersebut.

Hal ini terjadi karena mereka pikir bahwa permusuhan tersebut dapat mengakibatkan kaum yahudi mengembalikan kedudukan dan mengambil kekuasaan di Yatsrib.

Tidak menginginkan hal tersebut menjadi nyata akhirnya mereka memilih seseorang dari suku Khazraj untuk raja atau pemimpin kedua suku ini.

Setelah bersatunya kedua suku, terdapat beberapa perkembangan di antaranya adalah berangkatnya beberapa orang dari Suku Khazraj ke Mekkah saat musim haji.

Rombongan berisikan enam orang ini bertemu dengan Nabi Muhammad di bukit Aqabah yang letaknya tidak terlalu jauh dari kota Mekah.

Pada pertemuan ini orang-orang dari Khazraj berbincang-bincang mengenai tuhan dan kepercayaan dengan Rasulullah.

Di sinilah Nabi Muhammad mengajak mereka untuk memeluk agama islam dan bertauhid kepada Allah SWT.

Setelah itu, kafilah pertama asal Yatsrib kembali menuju kampung halaman mereka.

Penyebaran agama islam pun semakin merebak di Yatsrib setelah kepulangan keenam orang tersebut.

Baiat Aqabah Pertama

sejarah perjanjian aqabah baiat pertama
theatlantic.com

Baiat pertama terjadi di tahun berikutnya setelah pertemuan pertama golongan Khazraj.

Tepatnya terjadi pada musim haji di tahun 12 H, orang-orang dari Yatsrib baik dari suku Aus maupun Khazraj bertemu dengan Rasulullah.

Nabi Muhammad kembali melakukan dakwah dan akhirnya membuat dua belas orang yang mendatanginya itu memutuskan untuk menjadi mualaf.

Setelah memeluk agama islam, mereka melakukan perjanjian dengan Nabi Muhammad.

Peristiwa ini juga disebut sebagai Bai’at Aqabah Pertama.

Perjanjian Aqabah yang pertama juga terkenal dengan sebutan Baiat Al-Anisa.

Dalam bahasa Indonesia di sebut sebagai baiat wanita.

Hal ini terjadi karena perjanjian terjadi tanpa adanya peperangan atau penumpahan darah di medan pertempuran.

1. Tokoh-tokoh yang terlibat

Perjanjian ini melibatkan orang penting seperti Mus’ab bin Umary yang diutus oleh Nabi Muhammad SAW.

Ia ditugaskan untuk mengajarkan Al-qur’an dan menjadi imam kepada penduduk Yatsrib yang baru memeluk agama islam.

Baiat ini diikuti oleh sepuluh orang dari golongan Khazraj yaitu sebagai berikut:

  • ‘Abbas b. ‘Ubadah bin Nadhlah
  • As’ad b. Zurarah
  • Auf b. al-Harits
  • Dhakwan b. Abd al-Qays
  • Mu’adh b. al-Harith
  • Qutba b. Amir b. Hadida
  • Rafi’ b. Malik
  • Ubada b. al-Samit
  • Uqba b. Amir
  • Yazid b. Tha’laba

Sedangkan dari golongan Aus hanya terdapat dua orang saja yaitu:

  • Abu l-Haytham b. Tayyihan
  • Uwaym b. Sa’ida

2. Isi Perjanjian Pertama

Terdapat enam poin perjanjian yang diikrarkan pada Baiat Aqabah yaitu sebagai berikut:

  • Hanya menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukanNya
  • Tidak melakukan perilaku zina dan mencuri
  • Tidak membunuh anak
  • Tidak berkata bohong atau melakukan fitnah
  • Melaksanan segala ajakan Nabi Muhammad untuk melakukan segala perbuatan kebaikan dan kedamaian

3. Konsekuensi Baiat

Setelah terjadinya perjanjian maka terdapat konsekuensinya yaitu melaksanakan semua isinya tanpa melanggar.

Terdapat sebuah kisah di mana orang-orang Yatsrib sedang melakukan dialog bersama Rasulullah.

Nabi Muhammad berpesan kepada penduduk Yatsrib yang telah memeluk islam agar terus berpegang teguh pada agama Allah.

Rasulullah juga berkata bahwa Ia membaiat mereka supaya dapat melindunginya seperti mereka melindungi keluarga mereka.

Salah satu tetua penduduk Yatsrib merespon dengan memegang tangan beliau.

Ia menegaskan bahwa mereka pasti akan melindungi Rasulullah seperti mereka menjaga keluarga mereka.

Bahkan ia juga menjamin keselamatan Nabi Muhammad dengan fakta bahwa mereka adalah ahli senjata dan juga ahli perang.

Salah seorang penduduk Yatsrib ikut berbicara, ia menjelaskan bahwa mereka memiliki perjanjian dengan kaum

Quraisy dan hendak memutuskan hubungan dengan mereka.

Ia juga menanyakan suatu hal kepada Rasul tentang pembatalan perjanjian yang apabila sukses mereka lakukan.

Apakah rasul akan kembali kepada kaumnya dan meninggalkan para muslim di Yatsrib?

Nabi Muhammad menjawabnya dengan sebuah senyuman untuk meyakinkan mereka yang tampak gusar.

Rasulullah berkata ia tidak akan meninggalkan mereka karena darah mereka adalah darahnya.

Begitu juga dengan kehormatan mereka adalah kehormatannya pula.

Nabi Muhammad meyakinkan mereka bahwa Ia adalah bagian dari mereka, kaum muslim di Yatsrib.

Baiat Aqabah Kedua

sejarah perjanjian aqabah baiat kedua
Pinterest.com

Baiat Aqabah kedua disebut juga dengan perjanjian Baiat Al-Kubra.

Peristiwa ini terjadi saat musim haji pada tahun 13 H penduduk muslim Yatsrib kembali mengunjungi Mekah untuk beribadah.

Terdapat 73 jamaah dan 2 wanita yang ikut dalam menunaikan ibadah haji sekaligus untuk bertemu Rasul.

Mereka menemui Rasul untuk menyampaikan pesan dan memintanya untuk melakukan bai’at yang kedua.

Akhirnya ditetapkan bahwa pertemuan dilakukan di Mina tepatnya di lembah Aqabah pada malam 13 Zulhijjah.

Muslimin yang ada di Yatsrib mulai bertambah banyak akan tetapi mereka masih diam-diam untuk mengikuti dakwah rasul.

Ketika malam tiba, mereka bergerak ke Aqabah dengan hati-hati saat kau musyrik tidur.

Nabi Muhammad telah tiba di Aqabah sebelum para muslimin Yatsrib datang ke tempat yang sudah dijanjikan.

Ketika peristiwa ini terjadi, rasul ditemani oleh pamannya yaitu Al ‘Abbas bin ‘Abdil Muthallib.

Saat itu pamannya masih musyrik namun ia ingin memastikan keselamatan Rasul kepada para penduduk Yatsrib.

Al ‘Abbas membuka upacara tersebut yang kemudian dilanjutkan Nabi Muhammad dengan dakwah menyerukan agama Allah.

1. Tokoh-tokoh yang terlibat

Beberapa tokoh yang terlibat dalam baiat kedua Aqabah:

  • Al-Abbas b. Ubada
  • Asma’ b. ‘Amr bin ‘Adiy
  • Nusaibah b. Ka’ab

2. Isi Perjanjian Kedua

Perjanjian kedua Aqabah memiliki isi yang berbeda dari baiat pertama, yaitu sebagai berikut:

  • Siap dan secara rela untuk melindungi Nabi Muhammad SAW
  • Turut berjuang dalam membela Islam baik dengan harta maupun jiwa raga
  • Berusaha untuk memajukan agama Islam dengan menyiarkannya kepada keluarga dan sanak saudara
  • Siap akan segala resik dan tantangan yang kelak akan dihadapi penduduk Yatsrib

3. Pelaksanaan Baiat

Rasulullah telah menyampaikan baiat yang kedua kemudian disambut tanpa ragu oleh muslimin Yatsrib.

Mereka berkata bahwa mereka siap meskipun harta dan nyawa menjadi taruhannya.

Tetapi mereka juga melontarkan pertanyaan kepada Rasulullah.

Jika mereka melakukan hal tersebut, lalu apakah yang akan mereka dapatkan?

Kemudian Rasulullah menjawab bahwa mereka akan mendapatkan Surga.

Mendengar jawaban Nabi Muhammad, para penduduk itu semakin yakin untuk melakukan ikrar Aqabah ini.

Keesokan harinya setelah peristiwa ini terjadi, berita tentang baiat tersebar dan bocor ke telinga kaum Quiraisy.

Singkatnya, hal ini salah satu yang melatarbelakangi hijrahnya kaum muslim dari Mekah ke Madinah.

Akhir Kata

Pelaksanaan ibadah haji memiliki rukun untuk melempar jumrah di Mina.

Melempar jumrah adalah sebuah kegiatan melemparkan batu ke sebuah tugu yang totalnya ada tiga.

Salah satu tempatnya ada di Aqabah, tempat perjanjian antara Nabi Muhammad dengan penduduk Yatsrib.

Lokasi tersebut memiliki sejarah penting bagi kaum muslim.

Jadi, ketika melempar jumrah di tempat tersebut Anda bisa membayangkan bagaimana perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam.

Semoga informasi mengenai Baiat Aqabah pertama dan kedua ini bermanfaat bagi Anda.

Septi Suci Pradipta W

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar