Perang Teluk 2

Perang Teluk Persia 2 yang juga dikenal dengan dengan Gulf War merupakan sebuah operasi Badai Gurun (Operation Desert Storm) yang dilakukan karena invasi Kuwait yang dilakukan oleh Irak pada Agustus 1990. Operasi tersebut terpaksa dilakukan karena Irak menolak desakan PBB untuk meninggalkan Kuwait secara baik-baik, akhirnya terjadi pertempuran besar yang mengakibatkan kerugian besar antara kedua belah pihak.

Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan lengkap terkait dengan sejarah Perang Teluk 2 berikut ini!

Latar Belakang Perang Teluk 2

latar belakang perang teluk 2
ringtimesbali.pikiran.rakyat.com

Akibat menjalani perang selama delapan tahun dengan Iran, Irak mengalami kemerosotan ekonomi yang signifikan. Saat itu, kelebihan produksi minyak oleh Kuwait dan Arab Saudi membuat harga Petro dollar sangat rendah sementara Irak sangat membutuhkannya sebagai pemasok ekonomi.

Saddam Husein menanggapi hal tersebut dengan menganggapnya sebagai perang ekonomi dan mengungkit perselisihan ladang minyak Rumayla setelah perang Irak-Iran berakhir di mana Irak menuduh Kuwait mencuri minyak Irak dengan melakukan pengeboran miring yang menuju ke ladang minyak Irak di Rumayla. Selain itu, krisis ekonomi yang dialami Irak membuatnya memiliki hutang internasional ke beberapa negara, diantaranya adalah Arab Saudi dan Kuwait.

Irak berusaha membujuk Arab dan Kuwait untuk menghapus hutangnya namun usaha tersebut gagal dan membuat Irak mengungkit masalah perbatasan yang diwariskan oleh Inggris saat jatuhnya pemerintahan Utsmaniyah Persia. Akibatnya, Irak melakukan invasi ke Kuwait dengan strategi gerak cepat yang membuat pasukannya bisa masuk ke Kuwait dengan mudah.

Penyebab Invasi Irak ke Kuwait

invasi Irak perang teluk 2
wikipedia.org

1. Ingin menginvasi Rumaila dan Pulau Babiyyan

Perang teluk 1 yang terjadi antara Irak dan Iran membuat ekonomi keduanya mengalami kehancuran, ditambah dengan tidak adanya kepastian pihak mana yang menang. Pengurangan minyak oleh OPEC membuat Irak semakin kebingungan karena minyak merupakan komoditi utama negaranya untuk memulihkan diri pasca perang.

Pada saat itu, produsen minyak terbesar adalah Uni Emirat Arab dan Kuwait sehingga Irak berambisi untuk menguasai Pulau Babiyyan dan daerah Rumaila yang kaya akan minyak sebagai solusi untuk mendapatkan pemasukan negara untuk merekonstruksi wilayahnya.

2. Tidak mampu membayar hutang ke Kuwait

Perang besar yang dilakukan sebelumnya memakan biaya yang sangat besar sehingga Irak harus meminjam ke negara-negara tetangga untuk mencukupi kebutuhan perang melawan Iran. Salah satu negara yang meminjamkan dana ke Irak adalah Kuwait, yang mana hutang tersebut mencapai 14 miliar dolar. Kehancuran ekonomi yang dihadapi Irak pasca perang membuatnya tidak mampu membayar hutang tersebut, dan Irak membujuk Kuwait untuk menghapuskan hutangnya, namun Kuwait menolak.

Alasan tersebutlah yang membuat Irak kemudian memutuskan untuk melakukan invasi ke Kuwait, termasuk karena ingin menguasai kekayaan alam yang dimiliki Kuwait.

3. Saddam Husein mengklaim bahwa Kuwait adalah wilayahnya

Alasan lain dari invasi yang dilakukan oleh Irak adalah karena Irak menganggap Kuwait adalah bagian dari negaranya yang terpisah pada saat pembagian kekuasaan yang dilakukan oleh Inggris. Faktanya, Kuwait telah diakui secara internasional sebagai negara yang independen dan terpisah dari Irak bahkan sebelum Irak itu sendiri.

4. Rapuhnya kediktatoran Saddam Husein

Dibalik kediktatoran Saddam Hussein, dia menyimpan kekhawatiran bahwa rakyatnya tidak mencintai dia yang mana sifat tersebut merupakan paranoid khas pemimpin diktator akibat self center. Oleh karena itu dia menggunakan cara-cara represif dalam memimpin negaranya dan berusaha agar dia tidak digulingkan seperti pemimpin Iran.

Agar rakyat tidak terfokus pada kediktatorannya dan kemudian berusaha menumbangkannya dengan pemberontakan, Saddam Husein mencari musuh bersama agar rakyat bisa bersatu melawan musuh Irak dan tidak lagi membuat konflik internal. Maka Saddam mulai mencari musuh bersama diawali dengan ikut terjun ke perang saudara Libanon yang seharusnya perang tersebut adalah konflik internal.

5. Saddam Hussein ingin menjadi pemimpin Arab

Bangsa Arab hakikatnya dipersatukan oleh ciri fisik yang serupa dan agama islam yang mereka anut, oleh karena itu Timur Tengah seringkali digunakan sebagai laga bersaing oleh pemimpin-pemimpin bangsa Arab untuk menjadi yang nomor satu.

Sebelum Saddam Husein, telah banyak tokoh-tokoh yang berusaha untuk menguasai bangsa Arab dan menjadi pemimpin nomor satu di wilayah tersebut diantaranya adalah Syah Reza Pahlevi dari Iran, Yasser Arafat dari Palestina, Gamal Abdul Naser dari Mesir, dan lain lain.

Saddam selalu ingin menunjukkan bahwa ia adalah pemimpin terkuat di timur Tengah sehingga dia banyak melanggar perjanjian-perjanjian damai dan akhirnya memulai invasi ke Kuwait pada saat pertemuan Kairo berlangsung.

Negara yang Terlibat

dukungan perang teluk 2
vistapointe.net

Perang antara Irak dan Kuwait melibatkan beberapa negara terutama Kuwait yang didukung secara langsung oleh pasukan koalisi. Pasukan koalisi yang turut terjun langsung dalam peperangan menumpas Irak terdiri dari negara-negara Arab, Afrika, dan Eropa Barat yaitu Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Australia, Belanda, Arab Saudi, Bahrain, Qatar, Bangladesh dan Suriah.

Sedangkan Irak didukung oleh sekutunya yaitu Korea Utara dan Uni Soviet, namun menjelang kekalahannya, Uni Soviet memutuskan untuk menghentikan pasokan senjata ke Irak.

Peta Perang Teluk 2

gambar peta perang teluk 2
wikipedia.org

Gambar peta perang teluk 2 di wilayah Kuwait

Kronologi Perang

jalannya perang teluk 2
britannica.com

Secara tiba-tiba, Irak melakukan bombardir serangan udara ke wilayah Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990 tengah malam. Pasukan militer Kuwait yang kewalahan dengan serangan tersebut berusaha mati-matian memperlambat gerak pasukan Irak dan berhasil memberi waktu kepada keluarga kerajaan untuk melarikan diri ke Arab Saudi untuk meminta pelindungan.

Pada 7 agustus 1990, keluarga Kerajaan dan sebagian pasukan Kuwait yang tersisa meminta bantuan kepada Amerika Serikat atas invasi tersebut. Permintaan tersebut direspon Amerika Serikat dengan mengirimkan pasukan bantuan ke Arab saudi, kemudian disusul dengan datangnya bantuan dari negara-negara lain seperti Arab dan Afrika Utara kecuali Palestina, Libya, Syiria, dan Yordania. Tak hanya itu saja, negara-negara Eropa terutama Eropa Barat seperti Jerman Barat, Inggris dan Perancis serta negara Asia seperti Korea Selatan dan Bangladesh juga turut mengirimkan bantuan.

Maka terbentuklah koalisi yang mana pasukan negara Arab dipimpin oleh Letjen Khalid bin Sultan sedangkan pasukan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa berada di bawah komando gabungan yang dipimpin oleh Jenderal Collin Powell dan Jenderal Norman Schwarzkopf.

Pada Januari 1991, terjadi misi diplomatik antara James Baker dengan Perdana Menteri Irak Tareq Azis, namun berakhir dengan kegagalan karena Irak menolak untuk menarik pasukannya dari wilayah Kuwait. Kongres amerika Serikat kemudian memberikan izin kepada Presiden Amerika serikat George Bush untuk menyatakan perang terhadap Irak pada tanggal 12 Januari. Lima hari kemudian operasi badai gurun mulai dilancarkan dengan melakukan serangan udara di langit Baghdad dan beberapa wilayah Irak lainnya.

Serangan yang diluncurkan koalisi dari Arab Saudi, serta kapal induk di Laut Merah dan teluk Persia memiliki target utama untuk menghancurkan kekuatan Irak yang sebelumnya telah berhasil menyerang Kuwait. Selanjutnya, pasukan koalisi menargetkan pusat komando dan komunikasi Irak yang pada saat itu di bawah kendali penuh Saddam Husein dengan harapan jika titik sentral kendali rusak, koordinasi perang dan semangat pasukan Irak akan kacau dan hancur.

Setelah itu, pasukan Komando Amerika dan Inggris melakukan operasi pencarian instalasi rudal jelajah yang menjadi target ketiga dan paling utama, operasi rahasia yang dilakukan dengan jalur darat tersebut bertujuan untuk mencari dan menghancurkan instalasi rudal terutama rudal Scud.

Pada tanggal 30 Januari 1991, operasi daratan menyebabkan pecahnya perang daratan. Irak merespon dengan melakukan serangan balasan dengan menghujani Arab Saudi dan beberapa wilayah Israel seperti Tel aviv dan Haifa dengan rudal Scud B bernama Al Hussein buatan Uni Soviet yang dirakit oleh Irak dengan tujuan memprovokasi Israel.

Namun pihak koalisi sudah lebih dari siap untuk menghadapi serangan tersebut dengan memasang rudal penangkis dan memburu rudal rudal tersebut dengan sortir udara sebelum sempat diluncurkan. Selain itu, Irak juga melakukan perang lingkungan dengan membakar sumur minyak di Kuwait dan menumpahkan minyak di Teluk Persia.

Pada tanggal 19 Februari 1991 pihak Uni Soviet dan Irak pernah terjadi tawar-menawar perdamaian yang dilakukan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan diplomasi Yevgeni Primakov namun hal tersebut ditolak oleh Presiden Amerika Serikat, George Bush. Setelahnya, Uni Soviet bertindak pasif pada Dewan Keamanan PBB dengan tidak turut andil dalam pengambilan hak veto, padahal posisi Uni Soviet saat itu sebagai sekutu Irak dan sering menyuplai persenjataan dalam perang yang dilakukan Irak.

Amerika Serikat meminta pihak Israel untuk tidak melakukan serangan balasan kepada Irak untuk menghindari berubahnya jalan peperangan akibat berbaliknya kekuatan negara-negara Arab.

Akhir Perang

berakhirnya perang teluk 2
nationalgeographic.grid.id

Invasi Kuwait oleh Irak mendapatkan kecaman dari beberapa negara termasuk Inggris dan Amerika Serikat, bahkan Uni Soviet yang terkenal sebagai sekutu Irak pun memutuskan untuk menghentikan suplai persenjataannya ke Irak. Karena desakannya yang tidak dihiraukan oleh Irak, PBB kemudian memutuskan untuk mengirim pasukannya dan menyerang Irak hingga kekuatan Irak menipis dan saddam bersedia untuk melakukan gencatan senjata.

Perang teluk kemudian resmi berakhir pada 27 Februari 1991 setelah Presiden Amerika Serikat mengumumkan bahwa Irak telah menyetujui 12 resolusi yang diajukan PBB. Irak akhirnya dipaksa untuk meninggalkan Kuwait, namun pada saat itulah kegilaan Saddam Husein semakin menjadi.

Dalam perjalanan pulang, Irak membakar sekitar 600 ladang minyak Kuwait yang menyebabkan kerugian besar karena butuh biaya yang amat banyak dan waktu yang cukup lama untuk memadamkan api yang semua biayanya ditanggung oleh Kuwait.

Api pertama yang dinyalakan oleh Irak pada Februari 1991, baru bisa benar-benar dipadamkan hingga November 1991 menimbulkan polusi udara yang dirasakan di wilayah Kuwait dan sekitarnya. Belum lagi akibat pembumi hangusan yang dilakukan Irak melumpuhkan ekonomi rakyat Kuwait yang sebelumnya bergantung pada ladang-ladang minyak tersebut.

Dampak Perang Teluk 2

Perang yang terjadi karena invasi yang dilakukan Irak yang dipimpin oleh Saddam Hussein ke Kuwait ini memberikan dampak berupa kerugian besar di kedua belah pihak baik di bidang ekonomi, politik maupun sosial.

1. Dampak Ekonomi

dampak ekonomi perang teluk 2
nusadaily.com

Walaupun terjadi dalam waktu yang singkat, baik Irak maupun Kuwait mengerahkan seluruh pasukan dan persenjataan yang membuat keduanya mengalami kerugian mencapai ratusan juta dollar. Kuwait juga mengalami kerugian besar atas ratusan ladang minyak yang dibakar oleh Irak dalam perjalanannya pulang, pembakaran tersebut sempat melumpuhkan ekonomi rakyat Kuwait dan membuatnya harus mengeluarkan biaya besar untuk memadamkan api.

Sedangkan Irak juga mengalami kehancuran ekonomi yang parah setelah perang berakhir, apalagi PBB memberikan sanksi ekonomi yang berat kepada Irak.

2. Dampak Politik

dampak pasca perang teluk 2
breakingnews.co.id

Dampak politik dirasakan terutama oleh negara Amerika Serikat karena dengan adanya perang teluk 2, Amerika dapat memperkuat kedudukannya karena posisinya yang unggul, sedangkan Iran mendapat sanksi dari PBB. Hal tersebut membuat rakyat Irak kemudian memiliki pandangan anti Amerika Serikat.

3. Dampak Sosial

dampak sosial pasca perang teluk 2
greelane.com

Mungkin hampir semua negara yang terlibat merasakan dampak sosial, terutama negara-negara arab yang turut merasakan ketegangan dan merasa tertekan hingga menimbulkan beberapa percecahan.

Setiap peperangan selalu menimbulkan luka mendalam bagi negara yang terlibat, keserakahan dan keegoisan Irak nyatanya menjadi bumerang bagi negara tersebut karena sanksi berat yang dijatuhkan oleh PBB padahal sebelum invasi ke Kuwait, Irak telah mengalami penurunan ekonomi akibat perang Irak-Iran.

Farida Alviyani

Hi, I'm Alvi, who has an interest in writing, traveling and photography,

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar