Perang Baratayuda

Perang Baratayuda adalah istilah di Indonesia untuk menyebut laga besar di Kurukshetra, sebagai klimaks perseteruan antara Pandawa dan Kurawa.

Pihak Kurawa yang berambisi untuk menguasai Astinapura, melakukan segala cara untuk menyingkirkan Pandawa yang sebenarnya merupakan saudara mereka sendiri.

Namun semua usaha tersebut gagal, sehingga meletuslah peperangan 18 hari di padang Kurusetra yang melibatkan banyak kerajaan India masa lampau.

Makin penasaran dengan seluk-beluk pertikaian dua kubu dalam trah keluarga Baratha, yang menjadi bagian dari sejarah kelahiran mereka?

Ikuti penjabaran dan pengertian selengkapnya berikut ini, yuk!

Sejarah Perang Baratayuda

1. Latar Belakang

sosok raden yudistira dalam pewayangan perang baratayuda
Sumber: zakisetiawan.wordpress.com

Sebagaimana versi Mahabarata, puncak perselisihan antarkeluarga ini dipimpin oleh Puntadewa (atau Yudhistira) dan sepupunya Duryudana.

Perlu kiranya menelusuri sejarah asal muasal kelompok Pandawa dan Kurawa terlebih dulu, untuk mengetahui dan memahami penyebab Baratayuda.

Penyebabnya tak bisa digambarkan secara sederhana, karena banyaknya tokoh dan faktor yang terlibat, yang menjadi akar perang ini, yaitu:

a. Persyaratan Satyawati

Dewi Gangga menyerahkan Bisma kepada Sentanu jauh sebelum meletusnya perang baratayuda
Sumber: id.wikipedia.org

Satyawati, istri kedua yang ingin dipersunting Raja Sentanu memberi syarat agar pemegang hak atas tahta Astinapura berasal dari keturunannya.

Keraguan Sentanu untuk memenuhi itu diselesaikan dengan janji Bisma, yang tak akan mengklaim tahta bahkan tak akan menikah selamanya.

Sumpah Bisma demi pernikahan Satyawati dengan ayahnya
Sumber: su.wikipedia.org

Sentanu dan Satyawati berputra Citranggada, pengganti Sentanu menjadi Raja Kuru tetapi tewas dalam pertempuran tanpa meninggalkan istri maupun keturunan, dan Wicitrawirya.

Sang adik lalu menjadi Raja Kuru dan menikahi Ambika dan Ambalika, tapi mati dalam usia muda karena penyakit paru-paru tanpa punya anak.

Baru melalui perantara ritual Resi Byasa, kedua jandanya memiliki Dretarastra (putra Ambika) dan Pandu (putra Ambalika).

b. Dendam Gandari

Bibit perselisihan antara Pandawa dan Korawa dimulai sejak Pandu membawa pulang tiga orang putri dari tiga negara berbeda ke Astinapura, yaitu Kunti, Gendari, dan Madrim.

Pandu mempersilakan kakaknya, Dretarastra, yang buta untuk memilih salah satu dari mereka.

Kebutaan Dretarastra menyebabkannya mengangkat satu persatu ketiga putri itu untuk memilih berdasarkan berat mereka.

Pilihannya jatuh kepada Gendari, karena bobot yang paling berat sesuai dengan asumsinya mengenai kemudahan melahirkan banyak anak, sesuai keinginannya.

Kontan saja putri dari Kerajaan Plasajenar itu tersinggung dan sakit hati kepada Pandu, karena tak ubahnya piala bergilir.

Ia bersumpah bahwa kelak, keturunannya akan menjadi musuh bebuyutan bagi anak-anak Pandu.

c. Konflik pada Masa Kanak-Kanak

percakapan antara destarastra dengan gandari jauh sebelum perang baratayuda
Sumber: id.wikipedia.org

Sepeninggalan Pandu, anak-anaknya kian menderita karena selalu menjadi target kejahatan Kurawa.

Yudhistira adalah putra tertua Dinasti Kuru yang berhak menjadi Raja sejak Amarta diserahkan oleh Dretarastra kepada sang adik –karena kebutaannya.

Ia hanya pengganti sementara sampai Yudistira dewasa, tapi 100 bersaudara Kurawa berpendapat lain karena sumpah dari sang ibu.

bentuk wayang duryudana dalam perang baratayuda
Sumber: docplayer.info

Ada keinginan yang sangat kuat dari Duryudana, putra tertua Kurawa, terhadap takhta Dinasti Kuru.

Timbullah niat-niat jahat dalam diri Duryudana untuk menyingkirkan Pandawa dan ibunya, bersama adik dari Gendari, Sangkuni.

d. Percobaan Pembunuhan Pandawa

Widura paman dari pandawa dan kurawa yang bertempur dalam perang baratayuda
Sumber: wikiwand.com

Duryudana dan pamannya berusaha menyingkirkan Yudhistira bersama saudara-saudaranya dengan segala cara, termasuk melalui upaya pembunuhan.

Duryudana membuat alat pesta dan istana yang mudah terbakar, lalu mengundang Pandawa serta Kunti untuk berpesta.

Ia meminta mereka agar mengonsumsi minuman bercampur obat tidur di sana.

Beruntung siasat mereka selalu gagal, karena Pandawa berada dalam lindungan sang paman, Widura. Dan Sri Kresna, sepupu mereka, sehingga selamat dari percobaan pembunuhan tersebut.

Pandawa dan ibunya kemudian melarikan diri ke hutan dan berkelana.

e. Keberadaan Drupadi dan Kesalahan Yudistira

drupadi dan kelima pandawa dalam perang baratayuda
Sumber: id.wikipedia.org

Pandawa mendengar sayembara yang diadakan di Kerajaan Pancala dalam pelarian mereka.

Pemenangnya, siapapun dia, berhak menikahi putri Raja Panchala yang tak lain adalah Drupadi.

Ketika Arjuna dan Bima membawa Drupadi pulang, tanpa tahu apa yang dibawa, Kunti menyuruh mereka membagi rata hadiahnya, sehingga Drupadi menjadi istri kelima Pandawa.

Agar tak ada lagi pertikaian sekembalinya Pandawa, maka kerajaan Kuru dibagi menjadi dua, yaitu Astinapura untuk Kurawa, dan Kurujanggala untuk Pandawa.

Kunjungan Duryudana ke istana Indraprastha mengawali kebencian dan dendamnya kepada Drupadi, karena suatu insiden.

kebodohan dursasana mempermalukan drupadi memicu perang baratayuda
Sumber: id.wikipedia.org

Maka disusunlah siasat licik sebagai pembalasan dendamnya melalui permainan dadu yang terus mengalahkan Yudistira, sampai mempermalukan Drupadi yang berusaha ditelanjangi oleh Dursasana.

Melihat itu, kegeraman Bima memuncak dan memastikan kematian Dursasana berada di tangannya.

f. Pengasingan Pandawa

Kelicikan dalam permainan dadu mengakibatkan Kerajaan Amarta diambil alih Kurawa.

Pandawa harus angkat kaki dari istana untuk menjalani hukuman pengasingan selama 12 tahun, dan setahun penyamaran sebagai rakyat jelata.

Namun setelah berakhirnya masa pengasingan, Kurawa tetap tak mau menyerahkan kembali hak-hak para Pandawa, yaitu takhta dan wilayah Amarta.

Bahkan Sri Kresna sebagai duta Pandawa yang menemui Kurawa, malah berani-beraninya dikeroyok oleh para prajurit di alun-alun, sampai-sampai terpaksa ber-Triwikrama.

Akhirnya keputusan diambil lewat pertempuran, dan memicu terjadinya perang Baratayuda yang tak dapat dihindari lagi.

2. Upaya Membatalkan Baratayuda

Seorang begawan bernama Surya Dadari diangkat menjadi penasehat Kerajaan Astina.

Meski berada di kerajaan Duryudana, para kesatria Pandawa juga terpikat dan berguru kepadanya.

Maka tercetuslah ikrar Begawan Surya Dadari untuk menyatukan Pandawa dan Kurawa.

Namun upaya yang sesungguhnya merupakan niat buruk Patih Sengkuni itu mendapat perlawanan dari Kresna dan Semar.

Surya Dadari sebenarnya ingin kedua pamomong Pandawa itu menjadi saksi penyatuan Kurawa dan Pandawa agar gagalkan berlangsungnya Perang Baratayuda.

Namun menurut Semar, Perang Baratayuda itu tak terhindarkan, karena memang harus terjadi dan sudah kodrat.

Akhirnya wujud Begawan Surya Dadari berubah menjadi dewa, lalu mengakui kesalahan yang dilakukannya.

3. Pertemuan Arjuna dan Duryudana dengan Krishna

Menjelang masa-masa kian mendekati hari peperangan, pihak Kurawa dan Pandawa merasa perlu meminta dukungan Kerajaan Dwaraka.

Krishna masih terlelap dalam tidurnya saat kedatangan dua keturunan leluhur Dinasti Kuru tersebut.

Ketika bangun, yang tampak kali pertama oleh Krishna adalah Arjuna yang duduk dekat kakinya, baru kemudian ia melihat Duryudana di kursi dekat kepalanya.

Arjuna meminta Krishna ada di pihak mereka meskipun tanpa senjata.

Sementara Duryudana memilih bala tentara Dwaraka lengkap dengan persenjataannya.

4. Ikrar Janji dari Salya

Saat Pandawa dan pasukannya sedang sibuk mempersiapkan perang, Salya, Penguasa Kerajaan Madradesa itu menata pasukan dalam jumlah besar untuk menggabungkan diri dengan Pandawa.

Begitu terdengar oleh Duryudana, ia langsung memerintahkan pembangunan tempat peristirahatan yang indah, dan menyediakan limpahan makanan dan minuman di sepanjang jalur pasukan Salya.

Karena sangat senang dengan pelayanan itu dan mengira semua itu telah diatur oleh Yudhistira, Salya beniat menghadiahi semua yang telah menyambut dia dan pasukannya.

Keramahtamahan Duryudana membuat Salya terbuai lalu menjanjikan balasan.

Maka Duryudana pun meminta keberpihakan Salya dan bala tentaranya sebagai balas budi.

Salya tak kuasa menolak permintaan itu, dan mengabaikan cinta dan kehormatan yang sesungguhnya lebih pantas untuk para Pandawa.

5. Rumusan Peraturan (Dharmayuddha)

Menjelang pecahnya Perang Baratayuda, ada pertemuan penting antara pihak Kurawa dan Pandawa untuk membuat deretan perjanjian penting bernama Dharmayuddha, antara lain:

  • Perang dimulai saat matahari terbit, dan harus berhenti saat matahari terbenam.
  • Harus dilakukan satu lawan satu, dilarang mengeroyok prajurit yang sendirian.
  • Dua kesatria diizinkan berduel pribadi, bila punya senjata atau kendaraan yang sama.
  • Dilarang membunuh prajurit yang telah menyerahkan diri.
  • Prajurit yang telah menyerahkan diri itu harus jadi tawanan perang atau budak.
  • Kesatria yang tak bersenjata dilarang dilukai atau dibunuh.
  • Prajurit yang sedang dalam keadaan tidak sadar dilarang dilukai atau bahkan dibunuh.
  • Orang yang tak ikut ke tengah medan perang atau binatang dilarang dilukai atau bahkan dibunuh.
  • Dilarang melukai atau bahkan membunuh dari belakang.
  • Dilarang menyerang wanita.
  • Ketika sedang menggunakan gada, tidak boleh memukulkannya ke bagian pinggang ke bawah.
  • Dilarang berlaku curang atau tidak adil dalam berperang.

Walau aturan-aturan ini memang telah disepakati, “sayangnya” tetap saja dilanggar oleh kedua belah pihak demi meraih kemenangan.

6. 100 Lilin dari Kunti

Satu perkara yang membuat Duryudana dan para Kurawa lainnya ketar-ketir menjelang perang besar, karena hidup mati mereka sudah ditandai oleh ibu kandung Pandawa, Dewi Kunti.

Kunti membakar 100 lilin yang tak bisa dimatikan, karena menjadi penanda setiap nyawa Kurawa yang melayang di medan perang.

Gandari menangis melihat hal itu, karena tak sanggup menerima ajal kematian Duryudhana dan 99 anak lainnya di palagan Baratayudha nanti.

Selama 18 hari perang berlangsung, Gendhari senantiasa menunggui lilin-lilin itu dengan setia.

Apa yang dilakukan Kunti itu dilandasi rasa sakit hati atas perilaku para Kurawa yang tak adil kepada Pandawa, padahal ia selalu menahan sabar bertahun-tahun melihat perilaku mereka.

7. Genderang Pertempuran

Pertempuran yang berlangsung selama 18 hari ini adalah peperangan sampai mati, maka kesatria yang berhasil mempertahankan nyawanya adalah pemenang.

a. Babak Pertama

bisma sang panglima utama perang baratayuda
Sumber: docplayer.info

Baratayudha dibuka dengan pengangkatan senapati agung atau pimpinan perang di kedua belah pihak.

Pihak Pandawa mengangkat Resi Seta sebagai pimpinan perang dengan Arya Utara sebagai pendamping di sayap kanan dan Arya Wratsangka di sayap kiri.

Ketangguhan ketiganya telah dikenal dan sama-sama berasal dari Kerajaan Wirata.

pengangkatan resi durna jadi pemimpinan pendamping bisma
Sumber: id.wikipedia.org

Sementara pihak Kurawa mendaulat Bisma (Resi Bisma) sebagai panglima perang dengan Pandita Drona dan Prabu Salya, Raja Kerajaan Mandaraka, sebagai pendampingnya.

melantik prabu salya di perang baratayuda
Sumber: id.wikipedia.org

Pasukan Pandawa yang berjumlah lebih kecil membentuk 7 divisi dengan Formasi Bajra atau Brajatikswa (senjata tajam), yang memungkinkan mereka menyerang pasukan yang lebih besar.

Sedangkan sebelas divisi bentukan Kurawa menggunakan siasat Wukirjaladri yang berarti “gunung samudra” dari Bisma.

Serangan balatentara Kurawa laksana gulung-gulungan gelombang lautan, sedangkan serangan pasukan Pandawa pimpinan Resi Seta bagai tusukan senjata yang langsung ke pusat kematian.

Arya Utara gugur dalam babak pertama peperangan ini di tangan Prabu Salya, sedangkan Pandita Drona berhasil menewaskan Arya Wratsangka.

Bersenjatakan Ajian Nagakruraya dan Dahana, Busur Naracabala serta Panah kyai Cundarawa, juga Kyai Salukat, Bisma menghadapi Resi Seta dengan Gada Kyai Lukitapati-nya, pengantar kematian bagi yang mendekatinya.

Duel keduanya saling mengimbangi dan sangat seru, sampai akhirnya Bisma bisa menewaskan Resi Seta.

b. Babak Kedua

drestadyumna memimpin pandawa usai resi seta gugur dalam perang baratayuda
Sumber: id.wikipedia.org

Gugurnya Resi Seta menyebabkan Pandawa mendaulat pimpinan perang baru, yakni Drestadyumna (Trustajumena) dalam Baratayudha.

Sedangkan Bisma tetap memimpin batalyon Kurawa.

Kedua kubu menggunakan siasat yang sama dalam babak ini, yaitu Garuda-nglayang (Garuda terbang).

Usai menyaksikan gugurnya para komandan pasukannya, Bisma maju ke medan pertempuran, mendesak banyak barisan, dan menggempur ratusan lawan.

Kresna menunjukkan jalannya untuk mengatasi kesaktian sesepuh itu, yakni mengirim Dewi Wara Srikandi menghadapinya.

srikandi tiba sebagai penyebab kematian bisma dalam perang baratayuda
Sumber: imginn.com

Srikandi adalah seorang wanita yang berubah menjadi pria, karena itu ia digunakan sebagai tameng karena Bisma akan merasa segan untuk menyerangnya.

Bisma seketika menyadari akhir dari usianya sudah dekat saat melihat sosok Srikandi, maka ia tak memberi perlawanan berarti.

Arjuna memanfaatkannya dengan perantara panah Hrudadali yang dilepaskan oleh istrinya, Srikandi, hingga menembus zirah Bisma sampai ke dagingnya.

Bisma masih bertahan hidup bersama ratusan panah di sekujur tubuhnya, karena memiliki anugerah yakni menentukan waktu kematian sendiri.

Karenanya, Bisma masih menyempatkan diri memberi wejangan ke para cucu yang berperang, sampai menyaksikan kekalahan Kurawa.

c. Pahlawan dalam Perang Baratayudha

gatot kaca sang pahlawan dalam perang baratayuda
Sumber: wayang.wordpress.com

Adipati Karna yang enggan menggunakan Kuntawijayadanu saat menghadapi Gatotkaca, berencana hanya akan melepaskan senjata sakti itu jika berhadapan dengan Arjuna.

Namun saat Duryudana menyaksikan banyaknya korban yang berjatuhan dan kerusakan di pihaknya gara-gara Gatotkaca, ia mendesak Karna melesatkan senjata pamungkas itu.

Saat Adipati Karnna memanahkan Kuntawijayadanu, senjata itu terbang teramat tinggi.

Kesaktian senjata itu terus memburu Gatot Kaca bagai peluru kendali, seakan dirasuki roh Paman Kalabendana yang dulu pernah dizaliminya.

Gatotkaca menjatuhkan diri ke atas kereta Karna di perang baratayuda
Sumber: id.wikipedia.org

Gatotkaca masih ingat pelajaran dari Kumbakarna, mengenai pemusnahan sebanyak mungkin musuh sebelum mati.

Maka Gatotkaca berusaha menjatuhkan diri tepat pada tubuh Adipati Karna saat ia jatuh ke Bumi.

Tetapi kewaspadaan senapati Kurawa itu tak bisa dianggap remeh, karena dengan cepat ia melompat menghindar.

Adipati karna setelah bentrokan dengan gatotkaca di perang baratayuda
Sumber: id.wikipedia.org

Jatuhnya tubuh putra Bima itu memang hanya menghancurkan kereta perang, tapi semua senjata di dalamnya yang meledak malah membunuh banyak pasukan Kurawa.

Pada hari ke-16 nantinya, giliran Karna yang menjadi panglima pasukan dan berhadapan dengan Arjuna.

d. Tawur Demi Kemenangan

Baratayuda juga membutuhkan korban (tumbal) sebagai syarat kemenangan tiap pihak yang berperang.

Resi Ijrapa dan putranya, Rawan, sukarela menumbalkan diri sebagai korban (Tawur) untuk Pandawa, karena mendapat pertolongan Bima dari bahaya raksasa.

Antareja sang putra Bima bersedia pula menjadi tawur, menewaskan diri sendiri dengan menjilat bekas kakinya sendiri.

Sementara itu Sagotra, hartawan yang punya hutang budi kepada Arjuna juga ingin berkorban bagi Pandawa.

Namun ia malah terkena tipu muslihat Kurawa, dan dipaksa menjadi tawur bagi mereka.

Meski menolak mentah-mentah, akhirnya Dursasana membunuhnya sebagai tawur pihak Kurawa.

8. Akhir Perang Bharatayudha (Intervensi Krishna)

sosok pengganti yudhistira usai perang baratayuda
Sumber: asaltahusaja15.blogspot.com

Dalam Baratayudha versi wayang, telah banyak kematian akibat keganasan ajian Candabirawa dari Prabu Salya di Padang Kuruksetra.

Sebagai titisan Bathara Wisnu Prabu Kresna menyikapi itu dengan memerintahkan Yudhistira untuk menghadapinya, bersama pusaka Cakra Bagaskara, panah bermata cahaya sebagai bekalnya.

Senjata itu melesat begitu cepat bak kilat, membentur tanah, terpental, dan menghunjam dada Prabu Salya yang menyepelekan kemampuan perang Yudhistira.

Saat gugur Prabu Salya, seketika itu pula sepasukan raksasa kerdil (dari ajian Candabirawa) ikut berhenti menyerang dan musnah.

Saat fajar merekah di ufuk timur palagan Kurusetra, Suyudana maju berperang menghadapi Wrekudara yang mengerikan.

Kresna mengintervensi dengan isyarat pada Wrekudara untuk memukul paha Suyudana yang tersingkap.

Wrekudara pun memukul paha Suyudana yang telah bertarung dengan kemuliaan tinggi hingga ia jatuh tersungkur dan merintih kesakitan.

Telah hampir seluruh prajurit di kedua pihak meregang nyawa: hanya tersisa tujuh senopati Pandawa yang masih hidup, di antaranya Pandawa lima, Satyaki, dan Yuyutsu.

Sementara Kurawa hanya menyisakan tiga senopati, yakni Krepa, Aswatama, serta Kertawarma.

perjalanan akhir pandawa usai perang baratayuda
Sumber: herjaka.com

Pada akhirnya Yudistira dinobatkan menjadi raja di Kuru atau Hastinapura.

Ia lalu menyerahkan takhta kepada cucu Arjuna, Parikesit, usai sekian waktu mengemban tampuk kepemimpinan itu.

Bersama Drupadi dan keempat saudara Pandawa, ia melaksanakan perjalanan spiritual dengan menapaki Gunung Himalaya untuk tujuan terakhir atas perjalanan hidup mereka.

Sayangnya, Drupadi beserta keempat Pandawa adik-adik Yudhistira meninggal dalam pertengahan jalan.

Tinggal menyisakan Yudhistira sendiri yang berhasil sampai di puncak, lalu dianugerahkan izin untuk memasuki surga oleh Bathara Dharma sebagai manusia.

Rahasia Perancangan Baratayuda oleh Para Dewa Bocor

para dewa batal mengikutsertakan baladewa ke perang baratayuda
Sumber: keocial.pw

Konon sebelum kelahiran Pandawa dan Kurawa, konfrontasi ini sudah ditetapkan kapan terjadinya oleh para dewata.

Saat sudah hampir tertulis semua tokoh-tokoh yang akan terlibat, dua nama terakhir sedang dibahas, yakni Baladewa di pihak Kurawa dan siapa yang akan dihadapinya.

Tetapi tinta yang tengah digunakan oleh para dewa malah ditumpahkan lebah putih yang tiba-tiba datang menghampur entah dari mana, membatalkan kisah Baladewa berperang.

Padahal juru tulis kadewataan tinggal menggoreskan nama yang akan melawan sang Kakrasana itu.

Ialah Sri Batara Kresna, yang menjelma sebagai lebah putih itu untuk menyadap sidang para dewa, sehingga ia pun tahu persis siapa saja yang akan bertemu ajalnya dalam Baratayuda.

Para dewa hanya tertegun saat tahu penulisan kitab yang diberi nama Jitapsara itu ternyata disadap.

Maka sebagai gantinya, Kresna harus menyerahkan Kembang Wijayakusuma, pusaka yang bisa menghidupkan orang mati.

Tokoh-Tokoh yang Terlibat

Sejumlah kecil tokoh yang terlibat dalam konfrontasi raksasa di medan Kuruksetra antara lain:

1. Kresna

Sri kresna mengusiri kereta arjuna dalam perang baratayuda
Sumber: ainulparasarora.blogspot.com

Salah satu wujud reinkarnasi Dewa Wisnu dengan wajah yang tampan, favorit siapa saja.

Warna kulitnya gelap –beberapa kisah menggambarkan warna kulitnya adalah biru.

kresna adalah ipar arjuna dalam wiracarita perang baratayuda
Sumber: pamujiku.wordpress.com

Krisna menjadi ipar dari Arjuna, sejak Arjuna menikahi adiknya, Subadra.

Krisna memosisikan diri agar bersikap adil dalam perang Baratayudh.

Ia tak membela Pandawa secara langsung sebagai kesatria tempur, melainkan hanya mengusiri kereta Arjuna.

2. Drona

wujud pewayangan resi drona dalam kisah perang baratayuda
Sumber: docplayer.info

Drona memang adalah mahaguru para Kurawa dan Pandawa, tapi murid yang paling disukainya adalah Arjuna.

Walau kasih sayang ini tetaplah yang kedua bila dibandingkan dengan rasa kasih sayang kepada putranya sendiri, Aswatama.

Drona sangat ahli dalam seni pertempuran bahkan melakukan pengembangan-pengembangan, termasuk Dewāstra.

3. Raja Wirata

Wirata adalah raja yang memberi pertolongan kepada para Pandawa untuk bersembunyi dalam kerajaannya selama masa pengasingan mereka.

Asalnya adalah dari Dinasti Kerajaan Matsya, yang kemudian mendirikan kerajaan baru, yakni Kerajaan Wirata.

Raja Wirata punya tiga putra, antara lain Utara, Sweta, lalu Sangka.

Ia juga turut-serta ke dalam perang besar di palagan Kurukshetra dengan berpihak kepada Pandawa.

4. Bhima

sosok pewayangan bima dalam kisah perang baratayuda
Sumber: wayang.wordpress.com

Raden Werkudara atau Pangeran Bima adalah putra kedua Dewi Kunti dan Prabu Pandudewanata.

kutukan untuk Pandu dalam kisah perang baratayuda
Sumber: id.wikipedia.org

Walau sesungguhnya ia adalah putra dari Batara Bayu, karena Pandu yang tak bisa memberi keturunan gara-gara kutukan dari Begawan Kimindama.

Namun ajian Adityaredhaya milik Dewi Kunti mampu menyebabkan pasangan tersebut bisa punya keturunan.

5. Arjuna

arjuna sang ahli panah dalam perang baratayuda
Sumber: alnindonews.com

Raden Arjuna atau Janaka (dalam versi pewayangan Jawa) adalah putra ketiga pasangan Prabu Pandu dan Dewi Kunti.

Ia kerap pula disebut Kesatria Panengah Pandawa.

Sebagaimana keempat saudaranya, Arjuna pun sebenarnya adalah putra dari Dewa Indra.

Menurut versi orang Jawa, Arjuna melambangkan manusia dengan tingkatan ilmu yang tinggi, tapi selalu ragu untuk bertindak.

Tampak jelas sekali bukti adanya hal itu, saat ia kehilangan gairah begitu tahu akan berhadapan dengan saudara sepupu, bahkan para gurunya di medan Kuruksetra.

6. Gatot Kaca

dalam kisah perang baratayuda gatotkaca adalah putra dari bima dan arimbi
Sumber: wayang.wordpress.com

Gatotkaca sang putra Raden Bimasena (Bima) atau Wrekudara adalah tokoh yang tak bisa dianggap angin lalu dalam keluarga Pandawa.

Sang ibu, yang berasal dari bangsa raksasa, bernama Hidimbi (Arimbi).

Kesatria ini dikisahkan punya kekuatan dahsyat dan luar biasa, baik fisik maupun pemahaman spiritual.

Ia telah menewaskan banyak sekutu Korawa sepanjang pertempuran besar di Kurukshetra, hingga gugur oleh senjata pamungkas milik Karna.

Dampak dan Buah Kelakuan Para Kesatria

abimanyu diserbu dengan banyak senjata dalam perang baratayuda
Sumber: heuristplus.sydney.edu.au

Para kesatria pun baru memetik buah kelakuannya sepanjang kehidupan saat dalam Bharatayuda:

  • Abimanyu yang berstatus telah menikahi Siti Sendari, malah berbohong saat melamar Dewi Utari, sang putri Wirata.

Ia justru mengaku “belum” menikah, bahkan sampai berani bersumpah: tubuhnya akan diserang dengan sangat banyak senjata, bila ia memang sudah beristri.

  • Kalabendana, paman Gathutkaca, yang tewas saat kepalanya dipukul (dikeplak) tanpa sengaja oleh keponakannya sendiri, karena membenarkan bahwa Abimanyu telah menikahi Dewi Utari.

Maka saat Gathut rssf menerjang medan laga, Kalabendana menitiskan diri ke senjata Kunta milik Karna dan menjemput ajal putra dari bangsa raksasa itu.

  • Narpati Basukarna (Karna) yang membohongi Ramabargawa atau Begawan Parasurama dengan mengaku sebagai anak Brahmana saat akan berguru kepadanya.

Usai menurunkan semua kesaktiannya dan mengetahui kebohongan itu, Parasurama menyumpahi Karna bahwa semua ilmunya tidak akan berguna ketika sudah tiba waktunya.

Perbedaan Versi Cerita

Beberapa perbedaan lain yang terdapat dalam Kisah Baratayuda dibanding versi India di antaranya:

Lokasi seluruh kisah Baratayuda (mulai dari masa leluhur Dinasti Kuru sampai akhir perjalanan Pandawa) dibuat seolah-olah berada di Pulau Jawa.

Penambahan kisah-kisah selipan di antara rangkaian peristiwa asli yang tentunya tak ada dalam epos Mahabharata versi India, termasuk kemunculan “tokoh-tokoh kembangan” seperti Punakawan.

Kisah Kakawin Baratayudha pada gilirannya diadaptasikan ke Bahasa Jawa Baru berjudul Serat Baratayuda, oleh pujangga bernama Yasadipura I pada era Kasunanan Surakarta dulu.

Sedangkan di Yogyakarta, wiracarita Baratayuda ditulis ulang menggunakan judul Serat Purwakandha pada era kepemimpinan Sri Sultan HB V.

Proses penulisannya sendiri mulai 29 Oktober 1847 dan selesai pada 30 Juli 1848.

Peta Peperangan

menunjukkan rute pancala dan kuru dalam kisah perang baratayuda
Sumber: vincentspirit.blogspot.com

Pada peta ini, cukup jelas bagaimana seseorang menempuh perjalanan dari atau ke Pancala dan Kuru.

menunjukkan lokasi indraprastha terhadap hastinapura dalam kisah perang baratayuda
Sumber: vincentspirit.blogspot.com

Dalam peta ini, ditunjukkan rute yang harus ditempuh bila ingin menuju Indraprastha dari Hastinapura.

menunjukkan posisi kuru terhadap wilayah-wilayah di sekitarnya dalam kisah perang baratayuda
Sumber: vincentspirit.blogspot.com

Dinasti Kuru bukanlah penguasa seluruh tanah India, karena masih ada sejumlah wilayah lain yang mengelilinginya.

Bagaimanapun juga, peristiwa Baratayuda memang sudah ditakdirkan untuk terjadi.

Dua kubu yang selalu bermusuhan harus saling bentrok di palagan Kuruksetra, antara trah Kurawa dan Pandawa, walau keduanya masih terpaut darah ikatan bersaudara.

Miftachul Arifin

Peminat genre fantasi dalam perbukuan, penulisan, dan perfilman yang ingin terus belajar berkarya. Saya pun penggemar musik-musik orkestra, terutama dari biola, cello, dan piano.

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar