Pakaian Adat Sulawesi Barat

Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki ciri khas serta kebudayaan yang menarik untuk dipelajari.

Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari lima kabupaten dengan Mamuju sebagai ibukotanya.

Selain destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi, Sulawesi Barat juga memiliki pakaian adat yang harus dijaga serta dilestarikan penggunaannya.

Pengertian pakaian adat menurut wikipedia dapat disebut juga dengan pakaian tradisional, baju adat, busana adat, busana daerah, sebagai identitas daerah yang dapat menunjukkan status sosial dan pernikahan, yang dikaitkan dengan wilayah geografis maupun sejarah daerah tersebut.

Penggunaan pakaian adat Sulawesi Barat tidak lepas dari kegiatan atau acara tertentu.

Misalnya pada acara pernikahan.

Hal ini menandakan bahwa pakaian adat dapat menjadi salah satu penanda identitas atas suatu kegiatan yang sedang berlangsung.

Sehingga masing-masing orang akan mengenakan busana adat atau busana tradisional sebagaimana budaya di daerah mereka.

Jenis-jenis Pakaian Adat Sulawesi Barat

gambar jenis-jenis pakaian adat sulawesi barat
sumber: senibudayaku.com

Provinsi yang dibentuk pada tahun 2004 ini memiliki beberapa jenis pakaian adat yang dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin, waktu penggunaan, acara atau ritual kegiatan, serta aksesoris yang digunakan.

Umumnya jenis pakaian adat Sulawesi Barat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan suku yang mendiami provinsi tersebut, yaitu Suku Mandar, Suku Toraja, dan Suku Mamasa.

Ketiganya memiliki ciri khas pakaian adat masing-masing yang menjadi identitas provinsi Sulbar.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas seputar pakaian adat dari beberapa suku yang ada di Sulawesi Barat beserta foto dan penjelasannya.

Selain penjelasan dari tiap-tiap pakaian adat, fungsi penggunaan baju adat dan keterangannya akan dijabarkan pada pembahasan berikut:

1. Pakaian Adat Suku Mandar

gambar pakaian adat sulawesi barat suku mandar
sumber: sejarah-negara.com

Sebagai suku asli yang mendiami provinsi Sulbar, Suku Mandar biasanya menggunakan pakaian adat ini saat pada acara pernikahan.

Jenis pakaian adat Suku Mandar terlihat lebih sederhana.

Namun, mengandung makna yang dalam. Berikut ini gambar pakaian adat suku Mandar dan penjelasannya.

Pakaian Adat Pria

gambar pakaian adat sulawesi barat pria mandar
sumber: diskominfo.gresikkab.go.id

Pakaian adat pria Suku Mandar terlihat lebih sederhana.

Perpaduan dari jas hitam serta celana hitam dengan kain sarung tenun khas Mandar yang digunakan sebagai ikat pinggang, menjadikan pakaian adat pria Mandar terlihat elegan dan menawan.

Hal ini dilandasi dengan alasan bahwa pria Mandar harus gesit dan cekatan dalam bekerja.

Pada bagian kepala menggunakan penutup kepala bernama songkok tabone.

Alas kaki menggunakan sepatu pantofel atau sandal kulit.

Selain itu pakaian adat pria Mandar juga dipadankan dengan aksesoris seperti liontin yang disematkan di saku jas.

Pakaian Adat Wanita

gambar pakaian adat sulawesi barat wanita mandar
sumber: seringjalan.com

Pakaian adat wanita Mandar dinamakan Pattuqduq Towaine.

Umumnya pakaian adat ini digunakan saat menari tarian daerah yang bernama patuqdu atau saat pernikahan.

Baju Pattuqduq Towaine berlengan pendek dengan kombinasi warna yang cerah seperti merah, kuning, serta hijau.

Ada sedikit perbedaan dalam penggunaan pakaian adat wanita Mandar ini. Perbedaan tersebut terdapat pada jumlah aksesoris yang digunakan.

Aksesoris yang digunakan pada saat upacara pernikahan aksesoris berjumlah 24 buah, sedangkan saat menari tarian tradisional berjumlah 18 buah.

Aksesoris yang dipadukan dengan pakaian adat wanita Mandar ini terdiri dari hiasan kepala, ikat pinggang (dinamakan Kliki), serta gelang.

Sementara itu ada beberapa macam gelang yang digunakan sebagai pembeda antara gelang satu dan lainnya, di antaranya:

  1. Gallang Balleq (sepasang gelang yang digunakan di tangan kanan dan kiri berukuran 15-20 cm)
  2. Poto (gelang kecil yang digunakan di kedua lengan sebagai pengait gelang dengan ukuran lebih besar)
  3. Jima Salleto (gelang dengan ukuran yang cukup lebar dan dikaitkan pada bahu)
  4. Teppang (gelang yang dipakai di bawah gelang Jima Salleto)
  5. Jima Maborong (gelang yang digunakan para bangsawan sebagai pengganti dari gelang Jima Salleto)
  6. Sima-simang (gelang yang memiliki 8 buah bulir yang cukup besar)

2. Pakaian Adat Suku Toraja

gambar pakaian adat sulawesi barat suku toraja
sumber: guratgarut.com

Suku Toraja banyak mendiami provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.

Tepatnya di kabupaten Mamasa, suku Toraja banyak tinggal di sana.

Selain rumah adat yang unik, Toraja memiliki jenis pakaian adat yang beragam.

Lalu, apa nama pakaian adat suku Toraja?

Berikut macam-macam pakaian adat suku Toraja yang perlu kita ketahui.

Pakaian Adat Pria

gambar pakaian adat sulawesi barat pria toraja
sumber: twitter.com

Nama pakaian adat pria suku Toraja adalah Seppa Tallung Buku.

Sebagai salah satu upaya untuk melestarikan budaya, pakaian adat ini wajib digunakan oleh PNS (Pegawai Negeri Sipil) di instansi pemerintah Sulbar setiap hari Sabtu.

Warna dominan pada pakaian adat ini adalah merah, kuning, dan putih.

Uniknya pakaian adat ini memiliki panjang hingga lutut.

Selain itu, pakaian adat yang satu ini juga dipadankan dengan beberapa aksesoris, seperti Kandore (aksesoris yang dibuat dari rangkaian manik-manik, digunakan pada ikat kepala, ikat pinggang, dan dada),

Lipa’ (sarung sutra dengan motif yang beragam), Gayang (sejenis senjata yang berbentuk parang, diselipkan pada bagian bawah sarung)

Pakaian Adat Wanita

gambar pakaian adat sulawesi barat wanita toraja
sumber: Budaya-Indonesia.org

Jika pakaian adat pria Toraja dinamakan Seppa Tallung Buku, maka pada pakaian adat wanita Toraja dinamakan Pokko.

Berbeda dengan pakaian adat pria Toraja dengan ciri panjang, baju adat Pokko memiliki ciri lengan pendek dan tetap dilengkapi dengan berbagai aksesoris.

Sama halnya dengan Seppa Tallung Buku, baju Pokko juga digunakan oleh PNS wanita setiap hari Sabtu sebagai bentuk pelestarian budaya.

Selain itu, setiap ada upacara adat, pernikahan, atau tarian, para wanita di Toraja yang terlibat dalam kegiatan tersebut juga mengenakan baju Pokko dengan dipadukan beberapa macam aksesoris.

Kain Tenun Khas Toraja

gambar pakaian adat sulawesi barat kain tenun toraja
sumber: kasisi.wordpress.com

Kain tenun khas Toraja digunakan oleh pemuka adat pada ritual Rambu Solo’, yaitu ritual penutupan peti jenazah.

Contoh penggunaan kain tenun khas toraja digunakan untuk menyimpan dan mengawetkan jasad orang mati.

Hal tersebut dilakukan dengan membebat jasad menggunakan berlapis-lapis kain tenun selama menunggu pihak keluarga mempersiapkan upacara kematian.

Selain digunakan untuk ritual kematian, kain tenun khas Toraja juga dijual sebagai suvenir bagi wisatawan yang berkunjung ke Toraja.

Sejak kecil, anak-anak perempuan di Toraja sudah dilibatkan dalam proses pembuatan kain tenun.

Mulai dari memintal benang, mewarnai benang dengan bahan-bahan alam, hingga menjadi kain tenun yang khas dari Toraja.

Baju Adat Kandore

gambar pakaian adat sulawesi barat baju adat kandore
sumber: tambahpinter.com

Seperti penjelasan di atas, kandore menjadi salah satu aksesoris yang digunakan bersama dengan pakaian adat Seppa Tallung Buku maupun Pokko.

Kandore merupakan aksesoris manik-manik yang dirangkai secara unik hingga membentuk motif seperti ukiran.

Kandore digunakan untuk menghiasi dada, gelang, ikat kepala, dan ikat pinggang.

Menurut sejarah, konon Kandore memiliki kekuatan dan nilai magis yang dapat mendatangkan hujan dan melindungi diri dari bahaya.

Selain itu, kandore dapat menunjukkan status sosial masyarakat Toraja.

Pasalnya, zaman dulu kandore hanya dipakai oleh para bangsawan Toraja karena harganya yang mahal. Semakin kuno dan masak bahan manik-manik yang digunakan, harganya pun semakin mahal.

3. Pakaian Adat Suku Mamasa

gambar pakaian adat sulawesi barat suku mamasa
sumber: bajuadatradisional.blogspot.com

Mamasa termasuk salah satu dari lima kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang kaya akan budaya serta adat istiadat.

Termasuk di dalamnya yaitu pada pakaian adatnya. Pakaian adat suku Mamasa dibedakan berdasarkan status sosial masyarakatnya.

Pakaian adat yang dikenakan oleh pemangku adat dan para bangsawan maupun pejabat pemerintahan bernama Tana’ Bulawan, sedangkan pakaian adat masyarakat umum disebut Pellembangan.

Penggunaan pakaian adat ini sama seperti pakaian adat suku lainnya, yang dipakai saat upacara ritual adat, perayaan kemerdekaan, upacara kematian, maupun acara pernikahan.

Pakaian adat ini juga tidak lepas dari padu-padan aksesoris yang digunakan.

Terdapat perbedaan yang sangat terasa antara baju adat milik para bangsawan dan masyarakat umum.

Berikut ulasannya:

Baju Adat Tana’ Bulawan

gambar pakaian adat sulawesi barat tana' bulawan
sumber: lokadata.id

Tana’ Bulawan dapat diartikan sebagai “kasta emas”.

Maka dari itu, hanya para bangsawan kaya yang layak menjadi pemimpin.

Hal ini didasarkan oleh pandangan masyarakat setempat yang memercayai bahwa pemimpin tersebut merupakan seorang yang berwibawa dan tidak akan melakukan korupsi sebab keadaan ekonomi yang berkecukupan.

Para bangsawan menggunakan pakaian adat ini baik dalam acara resmi maupun tidak resmi.

Pada acara resmi, seperti perayaan hari kemerdekaan, penyambutan pejabat pemerintah, pertemuan kepala-kepala adat, serta acara pernikahan dengan skala besar.

Sedangkan pada acara tidak resmi seperti menghadiri rapat biasa, menghadiri pernikahan masyarakat umum, serta acara syukuran lainnya.

Ciri umum yang dapat membedakan tana’ bulawan dengan pakaian adat lain adalah baju dengan bentuk kemeja yang berwarna putih (bayu pongko’).

Celana yang dipakai adalah celana pendek khas suku Mamasa (talana toraya Mamasa).

Kelengkapan lainnya seperti sarung berwarna merah (samban lea).

Penutup kepala berwarna putih (passapu).

Selain tana’ bulawan bagi pria, ada juga baju tana’ bulawan yang digunakan wanita Mamasa.

Cirinya hampir sama dengan tana’ bulawan bagi pria.

Sementara itu, aksesoris yang dipadukan dengan baju adat tana’ bulawan, diantaranya:

  1. Sempa sepu’ (tas), disimbolkan sebagai tempat dokumen, tempat menaruh sirih, dan aturan adat setempat.
  2. Gayang (keris), disimbolkan sebagai tameng pelindung diri serta menandakan bahwa zaman dulu suku Mamasa gemar berburu.
  3. Sassang (jumbai), aksesoris yang dibuat dari manik-manik dan dipasangkan di bagian dada serta bagian depan pinggang.
  4. Ponto Naga (gelang), gelang berbentuk naga dengan bahan campuran dari emas.
  5. Ponto lola (gelang), gelang yang hanya dipakai para bangsawan dengan bahan campuran dari emas.
  6. Rara (sejenis gelang), gelang dengan bahan campuran emas yang berukuran lebih besar dari ponto lola.
  7. Manikrarak (kalung), kalung tradisional yang secara turun-temurun diturunkan sebagai benda pusaka.
  8. Sapu’ (penutup kepala), kain berwarna putih yang dililitkan di atas kepala.
  9. Sarong (topi), topi yang berbentuk bundar dan berukuran lebar dengan hiasan berbentuk bulat di atasnya.

Baju Adat Masyarakat Umum

Baju adat masyarakat umum dari suku Mamasa disebut baju Pellembangan.

Masyarakat umum di sini disebut dengan “kasta palem” yang berarti mereka bukan golongan penguasa maupun pemimpin.

Masyarakat yang bersifat independen, tetapi bukan pula hamba sahaya.

Perbedaan stratifikasi sosial pada masyarakat suku Mamasa dapat dilihat dari pakaian adatnya.

Jika tana bulawan dominan dengan warna putih, maka baju pellembangan tidak boleh menggunakan warna putih.

Penutup kepala juga tidak boleh berwarna putih.

Sehingga akan nampak perbedaan mencolok dari status sosial masyarakat setempat.

Itu tadi tiga macam pakaian adat Sulawesi Barat berdasarkan suku yang mendiaminya.

Sebagai masyarakat Indonesia yang menjunjung nilai kebudayaan bangsa, kita perlu mengetahui jenis pakaian adat Sulawesi Barat yang kaya akan makna dan filosofi sejarah daerah setempat.

Dinda Ayu Maulida

Hello! I am special education enthusiast

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar