Kerajaan Kahuripan

Kerajaan Kahuripan adalah salah satu kerajaan di kawasan Jawa Timur yang didirikan oleh pewaris takhta Wangsa Isyana, bernama Airlangga.

Kahuripan menjadi kerajaan baru setelah runtuhnya Kerajaan Medang Kamulan pada tahun 1016 M.

Kerajaan ini berkuasa dari tahun 1019 – 1045 M.

Berakhirnya kerajaan disebabkan adanya politik perebutan kekuasaan di internal keluarga.

Akibatnya wilayah Kerajaan Kahuripan harus dibagi menjadi dua yaitu daerah kekuasaan Jenggala dan Kediri untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah.

Sejarah Kerajaan Kahuripan

Kerajaan Kahuripan berdiri sebagai upaya mempertahankan eksistensi Wangsa Isyana.

Kekuasaan Wangsa Isyana terakhir berada di tangan Dharmawangsa Teguh saat memerintah Kerajaan Medang Kamulan.

Kerajaan ini runtuh akibat mendapat serbuan dari Kerajaan Sriwijaya yang berkoalisi dengan Raja Wurawari dari Lwaram ketika sedang melangsungkan pernikahan Airlangga dengan putri Raja Dharmawangsa Teguh.

Dalam pralaya tersebut, sang raja gugur dan kerajaan menjadi porak poranda.

Airlangga berhasil lolos lalu mengasingkan diri ke hutan di daerah pegunungan (wanagiri) bersama abdinya yang bernama Narotamma.

Tahun 1019 M, Airlangga didaup oleh para pendeta dan rakyat bekas Kerajaan Medang untuk kembali mendirikan kerajaan.

Karena keadaan kota Watan yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Medang sebelumnya telah hancur, Airlangga sebagai pendiri membangun ibukota baru di Watan mas, sebuah daerah yang berdekatan dengan Gunung Penanggungan.

Ia dinobatkan sebagai raja pertama Kerajaan Kahuripan dengan menyandang gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramotunggadewa.

Lokasi, Letak Geografis dan Peta Wilayah

Letak Kerajaan Kahuripan
https://id.wikipedia.org/

Mulanya bangunan utama Kerajaan Kahuripan berada di kota Watan mas.

Namun disebutkan bahwa kota tersebut dihancurkan oleh musuhnya yang berasal dari sebuah kerajaan di Tulungagung.

Akhirnya, Raja Airlangga memerintahkan untuk memindah pusat pemerintahan ke Kahuripan (sekarang lokasi tersebut dimungkinkan berada di Desa Tulangan, Kabupaten Sidoarjo).

Wilayah pemerintahan kerajaan ini berada di delta Sungai Brantas.

Oleh karena itu kawasan Kerajaan Kahuripan memiliki tanah yang subur.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Kahuripan membentang dari daerah Pasuruan di pulau Jawa bagian timur hingga ke arah barat mencapai Madiun, kemudian menyebrang ke pulau Bali dan juga beberapa daerah di Jawa Tengah.

Silsilah Raja yang Pernah Memimpin

Arca Garudamukha Lambang Lambang Prabu Airlangga Kerajaan Kahuripan
https://id.wikipedia.org/

Referensi menyebutkan raja yang sempat memerintah Kerajaan Kahuripan hanyalah Raja Airlangga (1019 – 1045 M).

Setelah mendengar kekalahan Kerajaan Sriwijaya atas Raja Colamandala, India pada tahun 1023 M, Raja Airlangga mulai menyusun peta pergerakan.

Raja raja di daerah bekas Kerajaan Medang Kamulan yang sempat melepaskan diri kembali ditaklukkan untuk memperkuat kekuasaan.

Raja Airlangga berusaha mengembalikan kejayaan Wangsa Isyana di pulau Jawa.

Pertama-tama Raja Airlangga berhasil menundukkan Raja Hasin dari sebuah kerajaan yang berada di selatan Wengker (sekarang dimungkinkan berada di daerah Trenggalek Jawa Timur).

Disusul tahun 1030 M Raja Airlangga mampu menggulingkan Raja Wisnuprabhawa dari Kerajaan Wuratan; Raja Wijayawarma dari Kerajaan Wengker; dan Raja Panuda yang memerintah di Kerajaan Lewa.

Di tahun berikutnya, 1031 M, seorang putra Raja Panuda berusaha melakukan balas dendam terhadap Raja Airlangga, namun usahanya dapat ditumbangkan oleh pasukan Kerajaan Kahuripan.

Bahkan ibu kota Lewa yang menjadi pusat pemerintahan kerajaan tersebut diruntuhkan.

Tahun 1032, usaha ekspansi wilayah yang dilakukan Airlangga mendapat cekalan dari Raja Dyah Tulodong dari Kerajaan Lodoyong (sekarang masuk di daerah administratif Tulungagung).

Kekalahan Raja Airlangga ini bahkan sampai harus terjadi pemindahan pusat pemerintahan ke Kahuripan, karena Istana di Watan Mas hancur.

Airlangga kemudian menuju desa Patakan untuk melarikan diri bersama Mapanji Tumanggala.

Setelah kondisi aman Raja Airlangga memerintahkan pembangunan ibukota baru di daerah Kahuripan.

Taktik serangan balik kemudian disusun oleh Raja Airlangga, dan Raja Dyah Tulodong berhasil ditumpas.

Di akhir tahun 1032 M, Raja Airlangga dengan bantuan Mpu Narotama berhasil membalas dendam dengan menggulingkan kekuasaan Raja Wurawari.

Tidak berhenti di situ, pada tahun 1035 M, Raja Airlangga masih harus melawan upaya pemberontakan yang dilakukan oleh Raja Wijayawarma dari Kerajaan Wengker yang sudah berada di bawah kekuasaannya.

Selama melaksanakan tampuk pemerintahan, Raja Airlangga memegang teguh prinsip Asto Broto yang diajarkan oleh Mpu Kanwa.

Delapan elemen dalam Asto Broto ini adalah logo pemerintahan yang ditegakkan oleh Raja Airlangga, terdiri dari:

1. Ambeging bhumi

Bhumi berarti tanah.

Maksudnya seorang raja atau pemimpin hendaknya tetap tangguh dalam keadaan apapun entah baik ataupun buruk, tidak mudah mengeluh, sabar dan legowo dalam menerima kondisi yang harus dijalani.

Ambeging bhumi merupakan simbol karakter manusia yang pemurah di satu sisi dan kuat di sisi yang lain.

2. Ambeging tirta

Tirta berarti air.

Sesuai dengan karakter air yang mampu menjalar kemana-mana, maka seorang raja harus bisa berlaku sama rata kepada rakyatnya baik dalam hal kesejahteraan, keselamatan dan kemakmuran hidup.

Ambeging banyu adalah representasi sifat adil seorang pemimpin.

3. Ambeging bayu

Bayu berarti angin.

Ajaran ini menginginkan sifat seorang raja yang mampu menempatkan diri sehingga mampu mendengarkan keluh kesah masyarakat.

Dengan demikian pemimpin akan lebih mudah membuat kebijakan yang bertumpu pada masyarakat, tidak hanya mementingkan diri sendiri.

Ambeging bayu menyimbolkan seorang pemimpin yang harus bisa berada di segala lapisan masyarakat.

4. Ambeging agni

Agni berarti api.

Api divisualkan sebagai sesuatu yang panas, mampu membakar segala sesuatu di sekitarnya, tetapi suci.

Hal ini adalah gambaran dari seorang raja yang seharusnya berani ‘membakar’ kebobrokan yang ada di untuk menegakkan kebenaran, tanpa pilih kasih.

5. Ambeging suryo

Suryo artinya matahari.

Matahari adalah sumber energi bagi kehidupan di muka bumi.

Raja dengan Ambeging suryo diharapkan mampu menjadi pemantik untuk terus menumbuhkan dan menggerakkan masyarakat untuk terus berkarya dan membangun negaranya.

6. Ambeging dahono

Dahono diartikan sebagai angkasa.

Seperti sifat angkasa yang luas tanpa batas.

Ambeging dahono adalah karakter pemimpin yang hendaknya mempunyai hati seluas angkasa.

Sifat ini akan menjauhkan seorang raja dari kekuasaan otoriter.

Raja akan bisa menerima pendapat dan kritik, baik yang bernada positif maupun negatif dari pihak lain, termasuk dari rakyatnya.

7. Ambeging kartiko

Kartiko adalah bintang.

Bintang adalah simbol kepastian.

Bintang selalu memiliki posisi yang tetap di langit darimanapun mata melihatnya, sehingga dijadikan pedoman oleh orang dahulu untuk menentukan arah.

Hal ini memproyeksikan sifat dari seorang raja atau pemimpin yang hendaknya bisa menjadi patokan, barometer, dan pegangan yang teguh oleh rakyatnya.

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin haruslah tegas dan tidak menyesatkan.

Dengan demikian rakyat yang dipimpinnya memiliki pijakan yang jelas dan pas dalam menjalani kehidupan.

8. Ambeging condro

Condro diartikan sebagai bulan.

Karakter bulan adalah sebagai penerangan ketika malam sudah turun menjadi gelap.

Hal ini dapat direalisasikan oleh seorang raja dalam bentuk memberikan ‘cahaya terang’ kepada rakyatnya.

Misalnya adalah menjamin rakyat dari krisis pangan, kerusuhan, dan juga menyediakan jalan terang bagi masyarakatnya untuk beranjak dari ruang gelap kebodohan.

Kehidupan di Kerajaan Kahuripan

A. Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi perdagangan maritimKerajaan Kahuripan
Ilustrasi Kehidupan Perdagangan Maritim Kerajaan Kahuripan. Sumber: https://kekunoan.com/

Poros perekonomian yang digerakkan olh Kerajaan Kahuripan adalah perdagangan.

Sumber sejarah menyebutkan bahwa bandar (pelabuhan) dagang yang dimiliki Kerajaan Kahuripan adalah kedua terbesar dan teramai setelah Kerajaan Sriwijaya di Palembang.

Bandar niaga milik Kerajaan Kahuripan terdiri dari Hujung Galuh di daerah Mojokerto dan Kambang Putih di wilayah Tuban.

Setelah kondisi kerajaan mulai settle Raja Airlangga merekonstruksi pelabuhan Hujung Galuh yang berada muara sungai Brantas.

Pelabuhan Kambang Putih pun diberikan perhatian dengan diberikan hak-hak khusus.

Di sektor lain, Raja Airlangga membangun tanggul di wilayah Waringin Sapta untuk mencegah terjadinya banjir bandang akibat luapan Sungai Brantas.

Bendungan ini kemudian digunakan untuk mengairi sawah untuk menyambung kehidupan masyarakat.

Hal ini merupakan salah satu wujud jaminan aman terhadap kecukupan sandang dan pangan penduduk Kerajaan Kahuripan dari Raja Airlangga.

Komoditas dagang yang diperjualbelikan di Kerajaan Kahuripan meliputi barang pecah belah seperti tembikar, kain hasil tenun, serta produk pertanian dari daerah pedalam seperti beras, kayu dan juga bermacam-macam daging.

B. Kehidupan Sosial & Budaya

Kehidupan sosial & budaya Kerajaan Kahuripan
Ilustrasi Interaksi Sosial di Kerajaan Kahuripan. Sumber: https://kekunoan.com/

Berdasarkan penafsiran prasasti peninggalan, diketahui bahwa sejak awal berdirinya Kerajaan Kahuripan sudah melakukan interaksi dagang dengan bangsa Asing khususnya dari Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Di dalam Prasasti Cane (1021 M) tertulis beberapa negara dikenai pajak dagang oleh Kerajaan Kahuripan yang terdiri dari negara Sinhala (Srilangka), Pandikira (Daerah Pandikira di India), Campa (Vietnam) dan Remen (Burma).

Di bidang budaya, Raja Airlangga memberikan perhatian penuh pada dunia kesastraan.

Salah satu bentuk kecintaannya adalah perintah yang ia keluarkan pada tahun 1035 M kepada Mpu Kanwa untuk menggubah suatu kakawin yang diberi judul Arjuna Wiwaha.

Kakawin Arjuna Wiwaha ditulis sebagai jayasastra untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan Raja Airlangga untuk memenangkan ekspansi wilayah.

C. Kehidupan Agama

Toleransi beragama di Kerajaan Kahuripan
Ilustrasi Kehidupan Beragama di Kerajaan Kahuripan. Sumber: https://seribuanimasi.blogspot.com/

Kehidupan beragama di Kerajaan Kahuripan terkenal dengan toleransi beragamanya yang tinggi.

Masyarakatnya saling hidup rukun dan bahu membahu tanpa memandang perbedaan agama.

Agama yang berkembang di Kerajaan Kahuripan antara lain Hindu Siwa, terlihat dari sebagian besar prasasti peninggalannya; Buddha, dan juga agama Resi atau Brahmana.

D. Kehidupan Politik

Di kehidupan politik, Raja Airlangga membangun struktur kerajaan yang kuat.

Dalam menggerakkan kehidupan kenegaraan, Raja Airlangga menunjuk abdi abdi setia.

Salah satunya adalah Narottama sebagai Rakyan Kanuruhan dan Niti menjadi Rakyan Kuningan.

Setelah kehidupan di istana mulai tertata, Raja Airlangga mulai bergerilya untuk menggalang kekuatan dari para raja lokal di sekitar Kerajaan Kahuripan.

Koalisi yang terbangun membuat Raja Airlangga mampu memperluas wilayah kekuasaannya bahkan bisa mencapai beberapa daerah di Jawa Tengah.

Penaklukan daerah daerah yang menjadi sekutu dan kehancuran Sriwijaya yang merupakan musuh terkuat mengantarkan Kerajaan Kahuripan pada masa keemasan.

Masa Kejayaan

Ouncak kejayaan Kerajaan Kahuripan
Ilustrasi Kerajaan Kahuripan sebagai Kerajaan Maritim kedua di Nusantara. Sumber: https://kekunoan.com/

Di masa kegemilangan Raja Airlangga banyak melakukan pembangunan infrastruktur untuk menunjang kehidupan masyarakat.

Hal ini dilakukan karena Raja Airlangga sangat memperhatikan kemakmuran rakyatnya.

Beberapa pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh Raja Airlangga untuk memudahkan rakyatnya menggelorakan roda perekonomian antara lain:

a. Membuat Sri Wijaya Asrama pada tahun 1036 M.

b. Mendirikan tanggul di wilayah Waringin Sapta pada tahun 1037 M untuk membendung luapan air dari Sungai Brantas.

c. Merekonstruksi bandar penting di muara Sungai Brantas yang bernama Pelabuhan Hujung Galuh.

d. Membangun dan mempersiapkan jalan penghubung daerah kekuasaan di pesisir dengan pusat Kerajaan Kahuripan yang ada di pedalaman.

e. Meresmikan tempat pertapaan yang berlokasi di Gunung Pucangan pada 1041 M.

f. Memindahkan ibukota Kerajaan dari daerah Kahuripan ke wilayah Daha.

Runtuhnya Kerajaan

Dewi Kilisuci atau Sanggramawijaya Tunggadewi Kerajaan Kahuripan
Arca Dewi Kilisuci. Sumber: https://bittercp17.blogspot.com/

Kerajaan Kahuripan dengan raja terkenalnya Raja Airlangga mengalami masalah pelik di ujung eksistensinya.

Raja Airlangga sebenarnya sudah menunjuk Sanggramawijaya Tunggadewi sebagai penerusnya.

Tetapi sang calon raja menolak dan memilih menjadi resi atau pertapa.

Kedua putranya yang lain, Sri Samarawijaya dan Mapanji Grasakan, justru saling bersaing untuk memperebutkan takhta yang sudah ditolak.

Memperhatikan saran dari Mpu Barada, penasehat Kerajaan Kahuripan, akhirnya Raja Airlangga membagi kerajaan dan wilayah kekuasaan menjadi dua.

Wilayah bagian barat yang dinamai Kadiri dengan Daha sebagai ibukotanya dipasrahkan kepada Sri Samarawijaya.
Sedangkan kerajaan bagian timur diamanatkan ke Mapanji Grasakan.

Meliputi daerah Jenggala dengan Kahuripan sebagai ibukota negaranya.

Hal ini menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Kahuripan.

Setelah pemecahan kerajaan pada tahun 1045 M, Raja Airlangga turun takhta dan kembali menjadi pertapa dengan gelar Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana.

Pertapaan di daerah Pucangan di kawasan Gunung Penanggungan dipasrahkan kepada Sanggramawijaya Tunggadewi.

Saat ini, Sanggramawijaya Tunggadewi lebih dikenal sebagai Dewi Kili Suci.

Sumber Sejarah

a. Prasasti Kamalgnyan (1037 M)

Prasasti Kamalagyan bukti Kerajaan Kahuripan
https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/

Prasasti Kamalagyan adalah salah satu prasasti yang menjadi sumber sejarah dari Kerajaan Kahuripan.

Prasasti ini berangka tahun 959 saka atau 1037 M.

Prasasti Kamalagyan ditemukan di Klagen, Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Ukiran pada prasasti ini menggunakan huruf serta bahasa Jawa Kuno.

Berdasarkan hasil inskripsi, prasasti ini berisi tentang proses pembangunan bendungan di kawasan Wringin Sapto berdasar perintah Raja Airlangga.

Dijelaskan pula tujuan pembangunanya adalah untuk membendung luapan air Sungai Brantas yang menyebabkan banjir di beberapa desa dan membuat area persawahan menjadi rusak.

Desa Kemalagyan kemudian ditetapkan sebagai Desa Sima untuk jasanya merawat operasional bendungan.

b. Prasasti Pucangan atau Prasasti Calcuta (1042 M)

Prasasti Calcuta bukti Kerajaan Kahuripan
http://www.1000monarki.com/

Prasasti Pucangan atau dikenal dengan nama lain yaitu Prasasti Calcuta adalah salah satu sumber sejarah Kerajaan Kahuripan yang ditulis pada 963 saka atau 1042 M.

Bahasa yang digunakan adalah Jawa Kuno pada pahatan di bagian depan prasasti.

Dan bahasa Sanskerta untuk ukiran di prasasti bagian belakang.

Sedangkan huruf yang dipakai adalah huruf kawi atau huruf jawa kuno.

Prasasti Pucangan berisi silsilah keluarga Raja Airlangga secara runtut.

Selain itu di dalam prasasti juga disebutkan perintah untuk membangun sebuah pertapaan di kawasan Pucangan, di area Gunung Penanggungan.

Hal ini yang menyebabkan prasastinya dikenal dengan nama prasasti Pucangan.

c. Prasasti Cane (1021 M)

Prasasti Cane sumber sejarah kerajaan Kahuripan
https://munas.kemdikbud.go.id/

Prasasti Cane bertahun 943 saka atau 1021 M.

Prasasti ini memiliki ukuran tinggi 144 cm dan ukiran tulisannya menggunakan aksara jawa.

Prasasti ini merupakan sebuah pemberian status sima dari Raja Airlangga untuk warga Desa Cane yang telah berjuang untuk Kerajaan Kahuripan.

Pada Prasasti Cane disebutkan mengenai Wwtan mas dan beberapa negara asing yang diharuskan membayar pajak ke Kahuripan seperti negara Sinhala (Srilangka), Pandikira (Daerah Pandikira di India), Campa (Vietnam) dan Remen (Burma).

d. Prasasti Baru (1030 M)

Prasasti Baru sumber sejarah Kerajaan Kahuripan
https://munas.kemdikbud.go.id/

Prasasti Baru berangka tahun 1030 M.

Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Airlangga untuk masyarakat Desa Baru berkat dukungannya untuk menumbangkan kekuasaan Raja Hasin dari daerah bagian selatan Wengker.

Penafsiran bahasa pada Prasasti Baru dilakukan oleh Jan Laurens Brandes, seorang pionir penerjemah manuskrip naskah kuno termasuk prasasti.

e. Prasasti Terep (1032 M)

Prasasti Terep memiliki tahun pembuatan 1032 M.

Raja Airlangga membuat Prasasti ini dengan tujuan menuangkan kisah penyerangan Dyah Tulodong terhadap istana kerajaan di Watan Mas.

Serangan ini meluluh lantakan banguan istana.

Selanjutnya, Raja Airlangga pergi ke Patakan untuk melarikan diri.

Setelah keadaan membaik, Raja Airlangga kemudian membangun pusat pemerintahan baru di daerah Kahuripan.

Peninggalan

1. Candi Belahan

Situs Candi Belahan Peninggalan Kerajaan Kahuripan
https://id.wikipedia.org/

Candi Belahan juga dikenal dengan nama Petirtaan Sumber tetek.

Situs peninggalan Kerajaan Kahuripan ini terletak di Desa Wonosunyo, Gempol, Pasuruan, Jawa Timur.

Lokasinya berada di lereng Gunung Penanggungan sebelah timur.

Candi Belahan merupakan area pemandian Kerajaan Kahuripan,

Di area situs, ada kolam pemandian berbentuk persegi panjang dengan sumber air berasal dari sungai yang tidak terlalu besar.

Dewi Laksmi di Peninggalan Candi Belahan Kerajaan Kahuripan
https://travelingyuk.com/
Arca di Candi Belahan peninggalan Raja Airlangga Kerajaan Kahuripan
https://bittercp17.blogspot.com/

Di dinding bagian barat yang mengelilingi kolam berdiri dua arca dengan posisi mengapit relung yang dulunya berisi Arca Dewa Wisnu dengan pose sedang menunggang kendaraan Garuda.

Dua Arca lainnya adalah melambangkan permaisuri Raja Airlangga bernama Dewi Sri dan Dewi Laksmi.

Dari tetek (penyebutan payudara dalam bahasa jawa) kedua arca tersebut mengalir pancuran air.

Hal ini membuat tempat ini juga terkenal sebagai Sumber Tetek

2. Candi Jolotundo

Situs Candi Jolotundo Peninggalan Kerajaan Kahuripan terletak di Mojokerto
http://uki82.blogspot.com/
Situs Candi Jolotundo Kerajaan Kahuripan
http://uki82.blogspot.com/

Candi Jolotundo adalah tempat bertapa Mpu Bharada.

Tempat ini kemudian menjadi tempat semedi atau menyepi Raja Airlangga.

Candi Jolotundo berlokasi di kawasan hutan di Seloliman, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur.

Bangunan candi disusun dari batuan jenis andesit dengan panjang 16,85 m dan lebar 13,52 m.

Sumber mata air di Candi Jolotundo berasal dari sendang di sisi bagian timur dinding.

Kolam pemandiannya terdapat dua buah dengan masing-masingnya berbentuk persegi dengan sisi dua meter.

3. Kakawin Arjuna Wiwaha

Kitab Arjuna Wiwaha untuk Prabu Airlangga Kerajaan Kahuripan
https://wayangku.id/

Kakawin Arjuna Wiwaha digubah oleh Mpun Kanwa, seorang sastrawan besar sekaligus guru spiritual Raja Airlangga.

Kakawin ini digunakan untuk melambungkan semangat Raja Airlangga untuk menaklukkan daerah lain untuk dijadikan wilayah kekuasaan Kerajaan Kahuripan.

4. Petilasan Airlangga

Petilasan Prabu Airlangga di wanagiri Kerajaan Kahuripan
http://jombangcityguide.blogspot.com/

Petilasan Airlangga yang ditemukan di Sendang Made daerah Kudu, Kabupaten Jombang, Jawa Timur adalah lokasi

ketika Raja Airlangga melarikan diri seusai pralaya Kerajaan Medang Kamulan.

Di lokasi situs ini terdapat banyak kolam dengan fungsi masing-masing.

Diantaranya adalah Sendang Payung untuk melakukan pertapaan.

Sumber Patung di Petilasan Prabu AIrlangga Peninggalan Kerajaan Kahuripan
http://jombangcityguide.blogspot.com/

Kemudian Sendang Pegilon yang berfungsi untuk berkaca wajah sekaligus mengintai musuh yang mungkin ada.

Adapula Sendang Kamulyan yang dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan luka.

Lalu tempat untuk mengambil air yang digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari disebut Sendang Paomben.

Sendang Paomben di Petilasan Raja AIrlangga Peninggalan Kerajaan Kahuripan
http://jombangcityguide.blogspot.com/

Sedangkan sendang yang diperuntukkan untuk digunakan khalayak umum disebut dengan Sendang Gede.

Dan masih ada banyak kolam-kolam lain yang berada di komplek situs Sendang Made.

Sendang Made di Petilasan Raja AIrlangga Peninggalan Kerajaan Kahuripan
http://jombangcityguide.blogspot.com/

Nah, ulasan di atas adalah sejarah mengenai Kerajaan Kahuripan sampai bagaimana kerajaan tersebut runtuh.

Plot twist dari pemaparan di atas terletak di nama kerajaannya sendiri.

Kenapa?

Karena sesungguhnya Kahuripan hanya berkedudukan sebagai nama pusat pemerintahan setelah dipindahkan dari Watan Mas.

Dalam Serat Calon Arang dan juga Kitab Nagarakertagama disebutkan Raja Airlangga adalah Raja di Kerajaan Panjalu dengan pusat pemerintahannya terletak di Daha.

Jadi, mungkin akan lebih tepat jika sebutan Kerajaan Kahuripan ini disandingkan dengan nama lain yaitu Kerajaan Panjalu atau Kerajaan Daha.

Walaupun begitu, ketenaran nama Kahuripan saat ini diabadikan hingga saat ini.

Salah satunya adalah nama kereta api yaitu KA Kahuripan dan juga nama perumahan elit salah satunya yang berada di Bogor bernama Grand Kahuripan Cileungsi.

Laila Nur Fatimah

Agriculture entusiast || Writer of Digital Journal || (newbie) Illustrator ❣

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar