Pidato Sumpah Pemuda

Teman-teman dan para hadirin yang saya hormati, izinkan saya untuk memberikan sebuah pidato yang berjudul Cintai Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia, satu bahasa yang kita pelajari selama 12 tahun bersekolah. Atau mungkin lebih. Ada yang diajarkan sejak dini, ada juga yang diajarkan saat baru menginjakkan kaki di sekolah.

Ketahuilah teman-teman bahwa satu bahasa ini, berhasil menyatukan satu Indonesia. Ia menghubungkan masyarakat dari Sabang sampai Merauke.

Seharusnya kita bangga dengan bahasa persatuan kita, Bahasa Indonesia. Jangan pernah menganggap remeh bahasa kita sendiri. Apalagi sekarang sudah banyak yang mencampur-adukkan dengan Bahasa Inggris. Tren berbicara Bahasa Indonesia dicampur dengan Bahasa Inggris atau istilah populernya adalah keminggris atau anak Jaksel.

Untuk apa kita berbicara seperti itu? Biar dibilang keren? Tidak, itu justru membuat kita terlihat bodoh. Artinya kita tidak bisa menemukan kata dalam Bahasa Indonesia yang tepat. Jangankan itu, arti kata Bahasa Inggrisnya saja juga kita tidak mengetahuinya.

Sebutkan! Which is, literally, meanwhile, good, fine, of course, online, website, feeds, dan masih banyak lagi. Padahal apa susahnya kita bilang secara harfiah yang berarti literally, atau yaitu yang berarti which is, atau kata daring untuk online.

Kemampuan berbahasa Indonesia kita harus ditingkatkan lagi. Kalau kita mengetahui arti Bahasa Inggrisnya berarti kita telah berhasil meningkatkan kemampuan Bahasa Indonesia kita.

Yuk teman-teman kita mulai gunakan bahasa negara kita dengan seutuhnya. Sekian pidato dari saya, thank you very much.

Hadirin yang saya hormati, pada kesempatan berbahagia ini saya akan membawakan pidato tentang pemuda sebagai generasi kunci masa depan Indonesia.

Tahukah saudara-saudara, mau tidak mau kita sebagai pemuda generasi sekarang adalah pelopor kesuksesan NKRI. Sama seperti para pemuda dan pemudi pada zaman pra kemerdekaan. Mereka adalah generasi penentu Indonesia pada zaman mereka.

Kenapa bisa saya berkata demikian? Ini dibuktikan dari perjuangan mereka untuk menciptakan sumpah pemuda. Mereka berjanji bahwa kita bertanah air satu, bertumpah darah satu, dan berbahasa satu, Indonesia. Selanjutnya janji mereka diperjuangkan lagi dengan cara mendesak para pemimpin negara untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Bahkan mereka menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok hanya untuk mendesak mereka.

Tanpa aksi pemuda-pemudi tersebut, para golongan tua hanya menunggu janji kemerdekaan dari Jepang, yang mungkin belum diketahui pasti apakah akan diberikan atau tidak.

Lalu beberapa puluh tahun berikutnya, para pemuda era 90-an melancarkan aksinya melawan pemerintahan otoriter Soeharto. Era reformasi dan negara demokrasi lahir berkat para pemuda.

Dari dua contoh itu, bisa dibayangkan betapa kuatnya pengaruh pemuda bagi bangsa. Kita tidak bisa diam, asyik dengan gawai kita, dan malas-malasan untuk berkegiatan. Kitalah yang menentukan nantinya Indonesia akan seperti apa. Kitalah masa depan Indonesia. Sekian pidato saya, terima kasih.

Teman-teman, guru-guru, dan hadirin yang saya cintai, dalam kesempatan ini saya akan berpidato tentang memperingati sumpah pemuda.

Teman-teman masih ingat peringatan sumpah pemuda jatuh pada tanggal berapa?

Ya, 28 Oktober. Bagi teman-teman yang tidak mengetahuinya, sumpah pemuda jatuh pada 28 Oktober.

Di tanggal itu pada tahun 1928, para pemuda melakukan kongres kedua kalinya dan melahirkan sebuah sumpah yang berisi cita-cita dan semangat mendirikan sebuah negara yang bernama Indonesia. Mereka menegaskan bahwa akan ada tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan Bahasa Indonesia.

Ketiga elemen itu yang akan menjadikan Indonesia seutuhnya. Menyatukan seluruh wilayah kepulauan nusantara. Dan setelah itu, disebarkan kepada masyarakat pesannya.

Beberapa dari mereka masih sama seperti kita teman-teman. Ada yang sudah lulus dari sekolah atau bahkan masih duduk di bangku SMP yang dulu disebutnya Meer Uitgebreid Lager Onderwijs disingkat MULO.

Masih muda belia, tapi jiwanya sudah memikirkan tentang kemerdekaan. Sungguh hebat para remaja era lampau.

Kita perlu mengikuti langkah para pemuda dahulu kala dan tetap mengingat jasa mereka melalui hari peringatan Sumpah Pemuda. Setidaknya, kita hafal janji yang mereka ucapkan pada 28 Oktober 1928 itu.

Tidak perlu aksi anarkis dan kekerasan, kita buktikan melalui prestasi dan keterampilan kita. Karena kita adalah pemuda bangsa generasi zaman now. Sekian pidato dari saya, terima kasih atas waktu dan kesempatannya.

Hei teman-teman, senang ya kalau waktu lebaran beli baju baru? Apalagi kalau mereknya Uniqlo, Supermen eh Supreme, Adadis, Nikeu, dan lain-lain. Wah mata langsung melotot kalau dikasih itu sebagai hadiah ulang tahun.

Tapi giliran dikasih sepatu khas Cibaduyut langsung bingung, “hah sepatu apa ini?”. Jangankan sepatu, pasti dibeliin batik buat hadiah ulang tahun saja pasti berkata “memangnya mau kondangan?”. Kurang tertariknya akan produk sendiri itu bahaya sahabat.

Kita terlalu mendamba-dambakan produk asing sehingga lupa kalau kualitasnya tidak kalah bagusnya dengan produk dalam negeri. Harganya terkadang tidak masuk akal mahalnya, namun tetap saja kita membeli produk impor.

Gengsi itu wajar, beberapa barang saya juga pasti buatan luar negeri. Tetapi saya sadar bahwa saya juga perlu memakai produk Indonesia dalam kehidupan sehari-hari saya.

Tidak harus semuanya, namun kita bisa mencoba. Ini bukan berarti saya sok-sokan ya. Namun, kita perlu melihat bahwa dengan membeli produk asing, kita membuat kaya produsen asing tersebut. Sedangkan kalau kita membeli produk tangan masyarakat maka kita memberikan rezeki kita kepada mereka, saudara kita sendiri.

Paling sederhana yang bisa kita coba adalah makanan dan minuman, mulailah beli dari warung makan serta restoran buatan masyarakat Indonesia. Mulai mencintai produk bangsa turut menghidupkan pula sumpah kita sebagai pemuda pada zaman 1928, yakni mencintai tanah air dan bangsa kita, Indonesia.

Dengan menghidupkan produk negeri, kita juga turut menghidupkan semangat sumpah pemuda. Sekian pidato dari saya, terima kasih.

Hadirin sekalian, semboyan “kami putra-putri, mengaku bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan menjunjung bahasa persatuan, Indonesia” sebenarnya dapat diartikan menjadi banyak hal.

Mungkin banyak yang akan meremehkan “ah, cuma kalimat-kalimat omong kosong saja”. Tapi saudara-saudara sekalian, kalimat-kalimat tersebut dirumuskan dalam sebuah kongres. Mati-matian mereka membuat dan mewujudkan sumpah mereka demi kemerdekaan Indonesia.

Secarik kertas berisi tulisan tersebut berhasil memotivasi ribuan bahkan jutaan pemuda Indonesia. Tidak peduli dari latar belakang pekerjaan, suku, agama, dan ras, mereka bertekad bulat untuk menjadikan Indonesia merdeka.

Setelah kemerdekaan, ia juga berfungsi sebagai pengingat bahwa kita akan terus bersatu apapun yang terjadi. Sampai titik darah penghabisan. Pengingat bahwa kita sebagai generasi penerus harus membuat Indonesia bangga. Melawan mereka baik pemerintah ataupun kelompok-kelompok yang tidak adil.

Kita punya suara untuk melawan dan tidak bisa tinggal diam melihat kesengsaraan yang masih tersisa di bumi pertiwi. Oleh karena itu, jangan pernah melupakan sumpah pemuda-pemudi leluhur kita. Sekian pidato dari saya, atas waktunya saya ucapkan terima kasih.

Wahai para pemuda-pemudi bangsa era modern, jangan pernah sekalipun kalian malu untuk bersuara dan berpendapat. Keluarkanlah isi hati dan pikiran kalian. Meski dapat menyinggung orang lain.

Melawan ketidakadilan yang terjadi sekarang tidak menggunakan kekerasan dan paksaan. Demonstrasi tidak melulu menjadi kunci pemerintah untuk mendengarkan suara pemuda. Cara lain yang sederhana cukup berasal dari gawai atau gadjet kita.

Media sosial menjadi senjata bagi kita para pemuda untuk beropini. Namun, terlebih dahulu kita harus meliterasi diri kita akan paparan dari dunia internet. Informasi yang baik dan yang buruk harus bisa kita bedakan. Bijak dalam menggunakan media sosial. Katakan yang perlu dikatakan dan tetap dengan bahasa yang baik.

Contoh lain yang sering kita lihat, yaitu kalau kita dibully di sekolah atau melihat teman kita dibully, kita bisa bersuara, meminta pertolongan dan membantu teman kita. Jangan pernah takut untuk bersuara, kita bisa menolong banyak orang dengan bersuara.

Diam itu emas, ya itu benar untuk beberapa situasi, tapi diam selamanya itulah yang tidak baik. Mulailah bersuara demi diri kita sendiri terlebih dahulu! Sekian pidato dari saya, terima kasih.

Selamat siang, saudara-saudara. Kami para pemuda memang eksploratif, kreatif, suka petualangan, nakal, ceroboh, berani, pemalas, suka berdemo dan segala sifat buruk lainnya di mata publik. Tapi kami berusaha membuktikan bahwa kami tidak selamanya salah.

Jangan terus menerus menyalahkan kami, jika kami membuat macet jalan akibat aksi kami. Atau sampah-sampah kami di media sosial yang mungkin mengganggu beranda orang. Kami hanya ingin membuktikan bahwa kami pemuda Indonesia masih memiliki sumpah yang hampir seratus tahun lalu diucapkan.

Membuktikan bahwa kami masih peduli dengan negara kita. Dan inilah cara kami. Tapi mengapa selalu dianggap negatif, bahkan para polisi memukul dan menendang kami selagi kami menyuarakan pendapat dengan damai. Kami tidak membawa senjata, hanya bendera, poster, dan secercah karya tulis lainnya.

Tolong jangan salahkan kami, kami hanya mempraktisasikan demokrasi, kalau masih ingat bahwa negara kita adalah negara demokrasi. Sekian pidato dari saya, selamat melanjutkan aktivitas lainnya, dan sampai jumpa di kesempatan berikutnya. Terima kasih.

Ladies and gentleman, on this happy occasion I will deliver a speech about the youth as creator for the future of Indonesia.

Do you know that, like it or not, we as the youth of the present generation are the pioneers of the success of the Republic of Indonesia. Just like the youths in the pre-independence era. They are the defining generation of Indonesia in their era.

Why can I say that? This is evidenced by their struggle to create a youth oath known as Sumpah Pemuda. They promised that we have one homeland, have one blood and speak one language, Indonesia. Furthermore, their promises were fought for again by urging the country’s leaders to proclaim independence.

They even kidnapped Soekarno and Hatta to Rengasdengklok just to push them even harder.

Without the action of these young people, the old groups are just waiting for the promise of independence from Japan, which may not be known for sure whether it will be given or not.

Then in the following decades, the youth of the 90’s launched their actions against Suharto’s authoritarian government. The era of reform and the democratic state was born thanks to the youth.

From these two examples, you can imagine how strong the influence of youth is for the nation. We cannot be silent, preoccupied with our devices, and lazy to do activities. We are the ones who determine what Indonesia will be like. We are the future of Indonesia. That’s all for my speech, thank you very much.